Bel pulang telah berbunyi, Ayudia segera bergegas menuju gerbang belakang pabrik, tampak Pak Azriel sudah menunggu duduk di atas motornya. Setelah kedatangan Ayudia, segera Pak Azriel melajukan motornya dengan cepat.
"Jalannya pelan-pelan, Pak. Jangan terlalu kencang!" teriak Ayudia yang duduk di belakang motor Pak Azriel.
Pak Azriel menoleh sesaat, kemudian ia raih tangan Ayudia untuk berpegangan melingkar di area pinggangnya. Sontak Ayudia kaget, dan berusaha menepisnya.
"Terserah, jika tidak mau berpegangan. Nanti kalau jatuh, jangan salahkan aku." ucap Pak Azriel yang semakin mengencangkan laju motornya.
Ayudia ketakutan dan tidak mempunyai pilihan lain, selain menuruti perkataan Pak Azriel. Ia berpegangan dengan sangat erat pada kedua sisi pinggang Pak Azriel. Seketika degup jantungnya berdetak dengan keras, ada rasa yang menggelitik di area perutnya saat ini. Sepanjang perjalanan Ayudia menutup ke dua matanya sangat lekat, ia tidak berani membuka mata karena laju motor yang sangat kencang. Pak Azriel tersenyum mengetahui Ayudia bersedia menuruti perkataannya.
Tak berapa lama, mereka tiba di sebuah rumah yang cukup luas. Ayudia lantas membuka ke dua matanya, dan ia terkejut karena tidak mengetahui tempat keberadaannya saat ini.
"Kita ada di mana, Pak?" tanya Ayudia yang masih kebingungan.
"Ini adalah kediamanku, Yu. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu dan bersiap-siap. Ayo, kita masuk," ajak Pak Azriel kepada Ayudia.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Pak Azriel keluar dengan mengenakan kemeja batik warna putih lengan pendek, beserta celana panjang jeans berwana biru dan memakai sepatu pantofel. Terlihat sangat rapi. Tanpa sengaja Ayudia tertegun melihatnya. Tampilannya terlihat berbeda dari biasanya, Pak Azriel terlihat tampak lebih muda dari usianya. Kemudian Pak Azriel datang menghampiri Ayudia,
"Aku telah membelikan sebuah gaun dan sepatu untukmu. Maafkan aku karena tidak memberitahumu terlebih dahulu, aku pikir sebagai sepasang kekasih, seharusnya kita memakai baju senada. Jika tidak, temanku pasti akan curiga," kata Pak Azriel menjelaskan dengan seksama kepada Ayudia.
"Baik, Pak. Tak apa, aku mengerti, terimakasih. Aku akan mengenakannya sekarang,"
"Aku yang berterimakasih, Yu. Baiklah, kamu akan dibantu Mbok Sri untuk mempersiapkan diri, aku akan menunggumu di sini," ucap Pak Azriel.
Kemudian Ayudia bergegas mengikuti Mbok Sri menuju lantai atas. Ia segera membersihkan diri dan mengenakan gaun yang telah diberikan oleh atasannya tersebut. Ayudia tampak anggun mengenakan gaun panjang tersebut lengkap dengan kerudungnya. Tak lupa ia mengenakan riasan minimalis di wajahnya, menambah kesan elok nan cantik pada parasnya.
Seketika Pak Azriel terkejut dan tak berkedip melihat kedatangan Ayudia, ia terpesona dengan kecantikan wajah Ayudia beserta gaun yang dikenakannya. Terlihat sangat menawan. Segera mereka berdua berjalan menuju keluar rumah, Ayudia hendak memakai helm yang ada di atas motor Pak Azriel. Tapi tiba-tiba Pak Azriel menegurnya.
"Kamu mau ke mana, Yu? Masa iya, sudah dandan secantik itu mau naik motor? Ayo, kita naik mobil." ajak Pak Azriel sambil membukakan pintu mobilnya untuk Ayudia.
Ayudia tertawa dan seketika menaiki mobil milik Pak Azriel, kemudian mereka berdua berangkat menuju tempat pernikahan. Sesampainya di tempat tujuan, Pak Azriel menggandeng tangan Ayudia, mereka berjalan memasuki ruangan beriringan. Tampak seorang lelaki melambaikan tangannya kepada mereka.
"Itu meraka sahabatku, Yu. Tolong bersikaplah seolah kita adalah sepasang kekasih." ucap Pak Azriel mengingatkan Ayudia.
Ayudia mengangguk, lalu kemudian Pak Azriel mengenalkannya kepada ke dua sahabatnya, Angga dan Firman, beserta dengan istri-istri mereka. Tak jarang Angga ataupun Firman menggoda pasangan dadakan tersebut, tetapi dengan santainya Ayudia dapat mengimbangi candaan mereka dengan baik, dan sesekali juga Ayudia yang mengawali sendau gurauan. Tanpa diduga Pak Azriel pun kagum kepada Ayudia, dia merasa sangat puas dengan akting anak buahnya tersebut.