*****
Hari ini Almira kembali berbelanja ke supermarket dengan membawa satu bungkusan makanan yang sudah dia siap kan.
" Assalamualaikum, Hani. Ini aku ada bawakan makanan untuk kamu. Kamu pasti belum makan siang kan?" Sapa Almira dengan ramah meletakkan bungkusan makanan itu di atas meja kasir.
" Waalaikumsalam. Mbak Almira tahu saja. Hani memang belum makan, mbak. Belum istirahat. Mbak Almira mau belanja ya?" Jawab Hani dengan ramah.
Hani membuka bungkusan dan memasukkannya ke dalam lemari kasir.
" Iya, Hani. Mau beli bahak untuk bikin puding."
" Oh ya mbak. Mbak ingat nggak sama cowok yang pernah mbak tabrak di depan pintu?" Ujar Hani mengingat kedatangan Lian tempo hari.
Almira mengangguk setelah dia mengingat dengan jelas kejadian itu.
" Iya ingat. Kenapa? Orang nya belanja ke sini ya? Dia marah ya sama aku?"
" Bukan marah. Tapi dia malah kepo sama mbak Almira. Semalam dia ke sini. Tanya soal nama dan alamat nya mbak Almira. Kayak nya dia suka deh sama mbak Almira."
" Masak sih?" Gurau Almira tersenyum.
" Bener, mbak. Mbak mau nggak kenalan sama mas nya? Mas itu juga sering mbak belanja di sini. Kalau di lihat - lihat dari gaya nya, kayak nya dia orang lumayan deh mbak. Mana ganteng lagi. Mbak Almira nggak akan nyesal deh kenalan sam dia." Goda Hani menjelaskan dengan serius pada Almira.
" Tapi saya nggak suka dengan dia, Hani.Lagian saya ini sudah bersuami. " Jawab Almira.
" Jadi mbak susah nikah? Tapi saya nggak pernah lihat mbak di temani suami mbak pas belanja." Ujar Hani tidak percaya.
" Memang nya kalau sudah nikah, suami harus ikut nemenin istri belanja gitu? Nggak juga kan? Tapi saya memang sudah bersuami. Terserah kalau kamu nggak percaya."
Hani masih terlihat sangat bingung. Dia melihatku Almira dengan tatapan curiga nya. Mengingat penampilan Almira yang sangat muda dengan hijab dusty pink yang dia pakai hari itu.
" Udah ah. Saya mau belanja dulu. Da Hani..." Almira melambaikan tangan dan berlalu dari hadapan Hani.
*
*
*
Saat langkah Almira baru saja keluar dari pintu supermarket, penuh dengan tas belanjaan di kedua tangannya, langkah kaki Lian malah terhenti di ambang pintu yang sama. Mata mereka bertemu dalam kebetulan yang tak disangka.
" Hai. Akhir nya kita bertemu lagi." Sapa Lian dengan ramah.
Almira hanya tersenyum kaku.
" Lian. Boleh saya tahu nama kamu?" Lian mengulurkan tangan nya.
" Almira." Jawab Almira yang hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
" Almira... Senang bisa berkenalan dengan kamu."
" Iya. Tapi saya harus pergi." Pamit Almira akan berlalu.
" Sebentar." Tahan Lian.
" Boleh saya minta nomor hp kamu?" Tanya Lian.
" Nomor hp saya? Untuk apa?" Almira malah bertanya balik.