“Mata lo cantik”
***
Keysha di tugaskan oleh Bu Andin—guru sejarah— untuk mengambil buku paket di perpustakaan. Setelah menemukan apa yang ia cari Keysha melapor apa yang ia pinjam pada petugas perpustakaan. Menata buku itu dan mulai membawanya ke kelas.
Keysha berjalan sempoyongan karena buku yang ia bawa cukup berat dan berjumlah 15 buku. Hanya dirinya saja yang Bu Andin minta untuk mengambil buku tersebut, jadi Keysha membawa 15 buku berat sendirian. Buku itu bertumpuk tingginya hingga di tengah jalan tak sengaja Keysha menabrak seseorang.
“Aduh..” pekik Keysha kesakitan. Buku yang tadi ia bawa juga sudah berantakan. Cowok yang tadi Keysha tabrak tak jatuh sama sekali. Cowok itu melangkah mundur
“Ngapain lo ndeprok di lantai?” ujar cowok itu santai
“Ndeprok jidat lo segede GBK. Gara gara lo gue jatoh gini. Dan liat bukunya jatoh semua kan jadinya”
“Orang lo yang nabrak, minta maaf kek. Malah ngomel”
“Yodah MAAF. Bantuin kek malah liatin doang. Ga guna banget lo”
Keysha POV
Cowok tadi yang gue tabrak malah melengos pergi gitu aja tanpa bantuin gue. Heh songong banget tu cowok. Mana jutek lagi. Ahh.. terpaksa gue susun buku buku ini lagi dan.. gue bawa sendiri.. Huaaa.. oh tuhaaann.. kasianilah ciptaan mu yang cantik bin imut ini.
“Lah.. hahahaaa..” Oh.. tidak gue denger suara dedemit nyebelin disini..
“Siskaa.. ngapain lo ngesot disitu? Mau ngepel neng?” Astajim.. ngapain gue ngepel? Ngeselin banget gue punya sahabat satu. Udah tau gue lagi kesusahan bukannya di tolong malah diketawain, dikatain ngesot pula.
“Eh Vero.. ga guna banget lo. Udah tau gue lagi susah, tolongin kek”
“Iya iya.. sini gue bantu. Ulululuuu kacian”
Akhirnya gue ada yang bantu... Walaupun pake acara ngatain dulu tapi gapapa deh.
Author POV
Kini Keysha sedang berada di kantin bersama.. siapa lagi jika bukan kedua sahabatnya. Keysha tak punya teman lain, bukannya ia nolep. Hanya saja ia merasa dua sahabat sudah cukup. Mereka memilih meja kosong di pojokan kantin. Meja itu ada empat kursi, yang artinya bisa di tempati empat orang. Keysha duduk di samping Naufan, ia tak pernah mau duduk di samping Kavi karena Kavi selalu saja usil saat ia sedang makan. Seperti biasa Kavi yang memesan makanan
“Siska, lo mau mesen apa?”
“Siomay, yang pedes. Sama lemon tea aja deh”
“Gue samain Siska aja Ver”
Kavi bangkit dari duduk dan mulai berjalan ke tukang siomay. Kavi menjadi pusat perhatian di kantin. Bagaimana tidak? Parasnya yang tampan membuat para kaum hawa melongo melihatnya. Apalagi saat Kavi bermain basket, banyak kaum hawa berteriak teriak menyorakan nama Kavi. Hal itu yang membuat Keysha malas jika harus menemaninya latihan basket. Tiba tiba Arsha datang menghampiri meja mereka, kali ini ia tak bersama antek anteknya.
“Hai, gue boleh gabung ga?” tanya Arsha dengan halus dan tak lupa ia memberikan senyum. Bukan kepada Keysha melainkan senyum untuk Naufan
“Duduk aja” timpal Naufan dingin. Ia selalu dingin dengan orang yang tak di kenalnya. Apalagi spesies human macam Arsha
“Boleh duduk samping lo Naufan?”
“Duduk di bangku kosong yang Ada” dengan ekspresi kecewa Arsha duduk di bangku kosong sebelah Kavi
Keysha hanya diam. Ia menatap Arsha, begitupun Arsha yang balik menatap Keysha. Tapi tatapan Arsha ke Keysha berbeda. Seperti ada rasa kebencian. Sementara Keysha menatap Arsha santai.