"Gue khawatir sama lo Key. Ada yang luka?”
***
Seusai makan malam, Keysha berniat ingin jalan jalan keluar kompleks. Ia tak mempunyai niat untuk belajar malam ini. Menurutnya belajar sangatlah membosankan. Apalagi ia di minta setiap hari belajar oleh orang tuanya. Marinka dan Arkan juga menyekolahkan Keysha di sekolah musik, karate, kursus memasak dan mengundang guru privat bahasa untuk Keysha. Menurut mereka belajar bahasa sangatlah penting, apalagi mengingat bahasa Perancis Keysha yang sudah mulai belepotan. Keseharian Keysha penuh dengan les, sampai sampai ia tak mempunyai waktu untuk bermain. Keysha sudah siap dengan Hoodie dan celana Hotpants denimnya.
“Mau kemana?” suara dingin Sean menghentikan langkah Keysha
“Ngagetin aja. Mau jalan jalan Sean, gue bosen dirumah” Sean melirik adiknya dari bawah sampai atas
“Ganti celana”
“Ih Sean, palingan juga sebentar kok” Keysha memanyunkan bibirnya
“Gue temenin. Ga bantah”
Keysha memutar bola matanya malas. Kakaknya ini terlalu over protective kepadanya. Tapi Keysha cukup tau alasan mengapa Sean se protektif itu. Sean hanya tak mau kehilangan adiknya lagi.
Sekarang Keysha ada di minimarket, ia merengek meminta dibelikan jajanan. Sean selalu menuruti permintaan adiknya itu asalkan itu positif, Sean akan menurutinya. Setelah berbelanja snack ia menunjuk penjual martabak telur yang ada di seberang sana. Sean sudah tau maksud adiknya itu. Maksudnya apa lagi jika bukan minta dibelikan martabak telur.
“Lo tunggu sini. Jangan kemana mana. Disana tempat duduknya penuh kasian kalo lo berdiri. Sini jajannya biar gue yang bawa” ujar Sean. Keysha mengangguk mematuhi apa yang kakaknya katakan.
Sean menyeberangi jalan raya dan membelikan apa yang adiknya itu inginkan. Sementara Keysha masih menunggu di depan minimarket tadi. Keysha celingak celinguk seperti orang linglung. Ia merasakan dentuman musik yang amat keras dari club malam yang ada disebelah minimarket yang ia tempati. Keysha berjalan mendekati club malam itu. Ia ingin tau seperti apa tempat maksiat ini. Karena sesungguhnya Keysha tak pernah memasuki tempat semacam ini. Ia mulai mendekati pintu masuk club yang ternyata tidak di jaga oleh penjaga. Ia tak berniat masuk, ia hanya mengintip dari balik pintu.
“Hai manis..” Keysha tersentak kaget, ada dua lelaki di belakangnya. Ia berniat kabur, tapi tangannya di cekal oleh satu lelaki yang menggunakan celana jeans biru itu.
“Mau kemana cantik. Masuk aja ayo, sama abang” Keysha bergidik ngeri dengan kedua lelaki itu. Sepertinya mereka bukan lelaki baik baik.
“Lepasin gue! Atau, gue piting leher lo” berontak Keysha yang sudah siap mengambil ancang-ancang
“Oh, mau main kasar ternyata. Ayo kita ladenin”
Kedua cowok itu benar benar tak tau malu, beraninya melawan seorang cewek saja. Salahkan Keysha jika ia memakai pakaian terbuka, Keysha benar benar menyesal ingin tau tentang tempat ini. Salahkan saja rasa kepo nya itu. Tak sia-sia ia belajar karate, ilmu itu dapat bermanfaat juga untuk situasi seperti ini Keysha mulai kewalahan, ia hanya mampu menangkis setiap pukulan pukulan kedua lelaki itu. Tubuhnya mulai melemas sekarang ia hanya mengharapkan malaikat datang dan membantunya
“Aduh...” Sial.. kepala belakang Keysha terkena pukulan dari salah satu diantara mereka
Tiba tiba..
“Woy..” teriak seorang cowok berjeans putih turun dari mobil sport hitamnya di susul seorang cowok lagi mengenakan jeans warna hitam. Kedua cowok itu membantu Keysha melawan kedua lelaki brengsek tadi. Setelah beberapa lama bertarung akhirnya kedua lelaki brengsek berhasil di kalahkan dan pergi berlari memasuki club karena ketakutan.
Keysha sudah duduk sambil memegangi kepalanya yang tadi terpukul.
“Lo gapapa?” tanya cowok berjeans putih. Keysha hanya menggelengkan kepala. Keysha bangkit dari duduknya untuk kembali ke depan minimarket. Sean pasti sudah mencarinya, jarak club malam dan minimarket itu memang bersebelahan. Namun club malam itu lebih masuk kedalam. Sean tak mungkin melihat Keysha, apalagi banyak mobil dan motor parkir berjejer di depan club ini. Jadi terpaksa Keysha harus menghampiri Sean. Namun rasanya ia tak mampu berjalan. Pandangannya kabur dan setelah itu gelap.
“Waduh.. ini Keysha co. Temen sekelas gue.” Chiko kaget ketika cewek yang pingsan itu adalah Keysha. “Aduh Key.. lo kok bisa sampe kesini sih.. mana pake hotpants lagi. Waduh gila bodynya” Naluri seorang cowok Chiko mulai keluar. Mana ada cowok yang tak tergiur dengar body gadis satu ini. “Mulus euy” celetukan terakhir Chiko mendapat hadiah jitakan dari Draco.
“Bawa ke apartemen gue aja” ujar Draco santai
“Gila mau lo apain ini anak orang”
“Santet” Jawab Draco sekenanya. Ia malas basa-basi saat ini. Terlebih ada seorang gadis pingsan. Bisa bisa orang mengira merekalah yang membuat gadis itu pingsan
Chiko membopong Keysha ala bridal style membawa Keysha masuk ke dalam mobil Draco. Ia membaringkan Keysha di kursi kemudi
“Lo duduk belakang aja. Jagain kepalanya biar ga kepentok. Biar gue yang nyetir”
“Woke” dengan senang hati Chiko membiarkan Keysha bersender dipundaknya
“Jangan lo apa apain. Anak orang” ujar Draco mewanti-wanti agar Chiko tak melakukan hal lain