Keysha

nesya ekda
Chapter #17

Tujuh Belas | Sebuah Benci

"Kenapa sih lo selalu beri gue alasan untuk benci sama lo”

***

Sang surya telah bersinar, namun Draco masih tidur di balik selimutnya. Hari ini ia tak sekolah, jangan lupakan tentang hukuman yang di berikan Bu Roro kemarin. 

Ting!

Ponselnya berbunyi. Tangan lelaki itu terangkat untuk meraba nakas, dan mengambil benda pipih berwarna hitam. Draco mulai membaca pesannya satu persatu

*LINTANG BEDEBAH*

Lintang ; Guys kelen dimana. Gua di hukum gendut anj

Laskar ; Wkwk Mampus

Chiko ; Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur

Lintang ; ASU

Mona ; Draco dimana

Laskar ; Diskors Mon

Mona ; Lah kenapa lagi tu kunyuk satu

Lintang ; Gimana sih lo. Kudet amat, kemaren dia kan gebukin Ken

Draco ; Aurell gmn?

Lintang ; Bujugileee... nongol nongol yang ditanyain Keysha dong. Lo kaga nanyain kabar gue yang di hukum tong?

Draco ; Kabar lo gmn? @lintang

Lintang ; Baik akang

Chiko ; Najis

Laskar ;Lo kemaren knp gebukin Ken gitu bro? Lo belom cerita sama kita

Alana ; Weist.lagi pada ngobrol nih

Mona ; Pasti lo gebukin Ken karena Aurell lo itu kan? Buta karena cinta lo

Draco ; Gue gk suka sm dia

Mona ; Gue pegang omongan lo

Lintang ; Gue disuruh bersihin kamar mandi woy

Lintang ; Heh ga pada kasian apa

Lintang ; Saoloh bedebah lo pada

Draco menutup room chat nya. Ia tak punya minat untuk meladeni Lintang saat ini. Lelaki itu turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. 

Ceklek

Knop pintu kamar apartemen Draco terbuka. Disusul masuknya seorang wanita paruh baya yang menenteng tas belanjaannya. Tak lama Draco keluar dari kamar mandi. Hanya menggunakan celana jeans putih dan dengan keadaan rambutnya yang masih basah.

“Asslamu’alaikum mas Draco” 

Draco menoleh di saat seseorang memanggil namanya, “Wa’alaikumsalam ibu..” Draco berlari dan langsung memeluk wanita paruh baya yang di panggilnya dengan sebutan “ibu” itu. Draco terisak dalam tangisnya, “ibu jangan pergi lagi” begitu sekiranya yang lelaki itu ucapkan

“Ibu gak akan pergi lagi, mas” ucap wanita paruh baya itu sambil mengusap pelan rambut Draco

“Ibu tinggal di sini sama Draco kan bu?” 

Draco melepas pelukannya ketika wanita paruh baya itu terdiam dan tak kunjung menjawab pertanyaannya. Lelaki itu menatap manik mata wanita di depannya ini.

Wanita paruh baya itu menggeleng, “tidak mas. Ibu tidak bisa tinggal di sini. Tapi, ibu bakalan ke sini kalo sempat buat jengukin mas Draco” Draco tertunduk lesu. Ibu mengusap lengan Draco, “gak papa mas. Jangan sedih gitu. Ibu masakin bubur kesukaan mas Draco ya”

Draco menggeleng, lalu lelaki itu tersenyum hangat “ibu istirahat aja, Draco mau pergi keluar” 

Lihat selengkapnya