"Kenapa sih lo selalu beri gue alasan untuk benci sama lo”
***
Sang surya telah bersinar, namun Draco masih tidur di balik selimutnya. Hari ini ia tak sekolah, jangan lupakan tentang hukuman yang di berikan Bu Roro kemarin.
Ting!
Ponselnya berbunyi. Tangan lelaki itu terangkat untuk meraba nakas, dan mengambil benda pipih berwarna hitam. Draco mulai membaca pesannya satu persatu
*LINTANG BEDEBAH*
Lintang ; Guys kelen dimana. Gua di hukum gendut anj
Laskar ; Wkwk Mampus
Chiko ; Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur
Lintang ; ASU
Mona ; Draco dimana
Laskar ; Diskors Mon
Mona ; Lah kenapa lagi tu kunyuk satu
Lintang ; Gimana sih lo. Kudet amat, kemaren dia kan gebukin Ken
Draco ; Aurell gmn?
Lintang ; Bujugileee... nongol nongol yang ditanyain Keysha dong. Lo kaga nanyain kabar gue yang di hukum tong?
Draco ; Kabar lo gmn? @lintang
Lintang ; Baik akang
Chiko ; Najis
Laskar ;Lo kemaren knp gebukin Ken gitu bro? Lo belom cerita sama kita
Alana ; Weist.lagi pada ngobrol nih
Mona ; Pasti lo gebukin Ken karena Aurell lo itu kan? Buta karena cinta lo
Draco ; Gue gk suka sm dia
Mona ; Gue pegang omongan lo
Lintang ; Gue disuruh bersihin kamar mandi woy
Lintang ; Heh ga pada kasian apa
Lintang ; Saoloh bedebah lo pada
Draco menutup room chat nya. Ia tak punya minat untuk meladeni Lintang saat ini. Lelaki itu turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Ceklek
Knop pintu kamar apartemen Draco terbuka. Disusul masuknya seorang wanita paruh baya yang menenteng tas belanjaannya. Tak lama Draco keluar dari kamar mandi. Hanya menggunakan celana jeans putih dan dengan keadaan rambutnya yang masih basah.
“Asslamu’alaikum mas Draco”
Draco menoleh di saat seseorang memanggil namanya, “Wa’alaikumsalam ibu..” Draco berlari dan langsung memeluk wanita paruh baya yang di panggilnya dengan sebutan “ibu” itu. Draco terisak dalam tangisnya, “ibu jangan pergi lagi” begitu sekiranya yang lelaki itu ucapkan
“Ibu gak akan pergi lagi, mas” ucap wanita paruh baya itu sambil mengusap pelan rambut Draco
“Ibu tinggal di sini sama Draco kan bu?”
Draco melepas pelukannya ketika wanita paruh baya itu terdiam dan tak kunjung menjawab pertanyaannya. Lelaki itu menatap manik mata wanita di depannya ini.
Wanita paruh baya itu menggeleng, “tidak mas. Ibu tidak bisa tinggal di sini. Tapi, ibu bakalan ke sini kalo sempat buat jengukin mas Draco” Draco tertunduk lesu. Ibu mengusap lengan Draco, “gak papa mas. Jangan sedih gitu. Ibu masakin bubur kesukaan mas Draco ya”
Draco menggeleng, lalu lelaki itu tersenyum hangat “ibu istirahat aja, Draco mau pergi keluar”