Aku bukan gadis populer yang disukai cowok-cowok sekolah. Jika kau bertanya tentang gadis-gadis populer, akan aku tunjukan gerombolan gadis-gadis tinggi semampai yang biasa berkumpul di kantin sekolah atau di koridor. Mereka biasanya selalu memiliki banyak penggemar dan tentu saja punya pacar dan selalu menjadi buah bibir diantara para siswa lelaki dari kelas sepuluh sampai dua belas.
Aku tidak pernah pacaran dan tidak tertarik untuk pacaran meski aku gadis normal. Aku pernah memiliki rasa suka terhadap satu dua lelaki yang kukagumi dalam diam. Hanya saja aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku. Bagiku, menjaring rasa kagum dari setiap lelaki dan berkencan dengan salah satu dari mereka bukanlah prioritasku. Prioritasku adalah belajar sehingga aku bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Aku memiliki cita-cita bisa kuliah kedokteran di universitas ternama di negeri ini dan aku sudah menyampaikan hal itu kepada ibuku. Dia bangga padaku. Dia bilang bahwa aku memiliki bakat dan nasib baik akan selalu berpihak kepadaku.
"Kau memang anak shalihah dan pintar," puji ibu kala itu. Aku tersenyum masam. Untuk urusan kepintaran dan nilai akademik, ibu tidak salah menduga. Tapi ketika dia bilang aku anak shalihah, ibu salah menduga. Itu artinya aku sukses mengelabui ibu. Selama ini aku pura-pura shalat, puasa dan segala macamnya. Aku bahkan ikut organisasi Rohis supaya semua orang tahu betapa islaminya diriku ini.
Ibu melarangku untuk pacaran dengan alasan prinsip. "Lagi pula kamu masih kecil. Jika pun suka seseorang, ini belum saatnya. Jika pun sudah saatnya, tinggal taaruf dan nikah saja," begitulah ibu selalu bilang. Teman-teman Rohisku juga bilang pacaran itu pintu dari perzinaan. Tentunya aku dan semua penghuni sekolah sudah mendengar kasus seorang gadis yang dikeluarkan karena ketahuan melakukan tindakan tak senonoh yang direkam oleh kamera hape si cowok. Dan parahnya video itu bocor dan disebarkan ke semua grup kelas entah oleh siapa. Karena menangguk malu, pada akhirnya si gadis malang itu lebih memilih untuk keluar dari sekolah dan menanggung aibnya sendiri. Belakangan kami mengetahui kabar kalau gadis malang itu melahirkan bayinya dan menjadi ibu di usia yang sangat belia. Sementara sang anak harus lahir tanpa ayah. Sungguh kasihan.
Jadi, aku tidak mau pacaran dengan banyak alasan. Pertama, prioritasku adalah belajar dan tidak ada urusan dengan dunia percintaan. Kedua, tuntutan orangtua dan komunitas rohis yang aku ikuti. Ketiga, aku sudah mendapatkan pelampiasan tersendiri atas gejolak seksualku.
Lagi-lagi semua bermula dari mimpi dan dia yang selalu datang untukku.
Awalnya aku bermimpi bahwa seseorang tengah mencumbuku dengan gairah yang luar biasa. Ketika bangun tidur, aku menemukan selangkanganku basah dan aku berpikir itu hal yang biasa bagi remaja.
Pak Sobari pernah menjelaskan di dalam meteri fiqih pelajaran agama islam bahwa tanda-tanda akil baligh seorang manusia adalah mimpi basah bagi lelaki dan menstruasi bagi perempuan. Aku tidak tahu apakah perempuan juga bermimpi. Yang jelas, sejak kejadian mimpi itu aku selalu mengharapkan sosok itu datang dalam mimpiku dan mencumbuku sampai tubuhku menggelinjang tak karuan. Awalnya hanya di dalam mimpi, tapi kemudian mimpi itu menjadi kenyataan. Sosok itu tiba-tiba muncul di pojok kamarku dan kemudian menerkamku dengan ganas. Aku hanya diam dan mengikuti gerakannya.
Pada saat itu aku semakin yakin makhluk ghaib itu ada. Dan aku beriman kepada realitas ghaib. Tapi pada saat yang sama aku juga bingung siapa dia sesungguhnya dan kenapa dia datang untuk hal yang absurd seperti ini? Jika dia jin, akankah jin bisa berhasrat untuk mencintai manusia?
Aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu.
Tapi yang pasti aku tiba-tiba saja menyukai kehadirannya. Aku tahu betul seperti apa bentuk garis wajahnya. Dia lelaki tampan. Setidaknya itu yang bisa aku katakan ketika dia berubah wujud menjadi bentuk manusia. Aku tidak tahu seperti apa wujud aslinya selain sebagai lelaki rupawan atau seekor kucing besar berwarna belang. Atau bahkan bentuk asli dari sosok itu adalah kucing besar? Apa pun itu, aku menyukai kedua bentuk itu. Lelaki dan kucing. Aku juga suka kucing jika kau ingin tahu.
Suatu malam, ketika dia mencumbuku, dia berkata kepadaku. "Jangan pernah bicara tentang hubungan kita kepada siapa pun."
Aku tertawa manja. "Meskipun aku menceritakannya kepada orang lain, mereka tidak akan percaya atau menganggapku sudah gila."
"Meskipun mereka tidak percaya, jangan pernah katakan hal ini kepada siapa pun.” Dia memperingatkanku dengan sorot mata tajamnya.