KHADIJAH:PEREMPUAN TELADAN SEPANJANG MASA (REPUBLISH)

Mizan Publishing
Chapter #2

Gelar-Gelar Khadijah

Gelar yang menunjukkan pujian adalah sifat yang disematkan kepada seseorang yang memiliki keistimewaan berupa sikap konsisten terhadap suatu hal. Gelar tersebut hanya dapat disematkan setelah dilakukan pengamatan yang panjang dan serangkaian ujian yang harus dijalani seseorang.

Dia menempuh berbagai tahapan hingga diyakini bahwa dia benar-benar jauh dari berbagai hal yang dapat mencemari sifat tersebut. Apabila dia telah melalui semua tahapan yang diakui oleh semua orang, disematkanlah gelar kepadanya sehingga dia dipanggil dengan nama baru yang seakan ditambahkan pada nama aslinya.

Dengan gelarnya, seseorang mendapatkan kebanggaan, kehormatan, dan kemuliaan melebihi orang lain. Konsensus (kesepakatan) untuk menyematkan suatu sifat kepada seseorang merupakan kesaksian sebenarnya yang menunjukkan bahwa orang tersebut memang bersifat demikian. Konsensus masyarakat adalah perkara yang tak dapat diremehkan dan selalu diperhitungkan dari waktu ke waktu. Ketika seseorang diuji, nilai dirinya akan bertambah dan mendapatkan kedudukan terhormat dan martabat yang tinggi.

Seseorang boleh merasa bangga dengan gelar pujian dan sifat yang disematkan kepadanya, sebab untuk mendapatkannya tidaklah mudah. Keberhasilan seseorang dalam mendapatkan gelar pujian mengharuskannya untuk melakukan hal tertentu yang terkadang merenggut banyak kesenangan hidup. Namun, pujian dan sanjungan yang dia dapatkan dari orang-orang menjadi kebahagiaan dan kompensasi karena dia telah meninggalkan kehidupan yang biasa dia lakukan dalam memenuhi berbagai kebutuhannya.

Terkadang seseorang memiliki suatu gelar yang membuat pamornya meningkat. Namun, seiring berlalunya waktu, gelarnya tersebut pun terlupakan, dan sang pemilik gelar menjalani kehidupannya seperti biasa—tak memperoleh kedudukan yang mulia dan martabat yang tinggi. Bahkan, terkadang kita juga menemukan ada sebagian orang yang memiliki gelar yang sama sekali tak membuatnya berbeda dengan orang lain. Namun, apabila seseorang memiliki keistimewaan berupa gelar dan sifat terpuji lebih dari satu, dia akan mendapatkan kedudukan mulia dan martabat yang tinggi. Dia seakan menduduki singgasana yang membuat iri banyak orang. Dan, inilah keistimewaan Khadijah yang memiliki lebih dari satu sifat istimewa.

Gelar pertama yang disematkan kepada Khadijah adalah Al-Thâhirah (perempuan suci). Gelar tersebut disematkan kepadanya karena dia memang pantas dan layak mendapatkannya. Pada masa jahiliah, dia menikah dua kali, sebelum akhirnya mendampingi manusia paling agung, Nabi Muhammad Saw. Suaminya yang kedua meninggal dunia ketika Khadijah masih dalam usia muda.

Khadijah hidup dalam keagungan dan kemegahan. Dia dan kaumnya termasuk orang-orang yang terhormat. Dia terjun ke bidang perdagangan dan hartanya pun melimpah. Banyak laki-laki yang berharap dan berhasrat mencuri hatinya. Pekerjaan itu memberikannya ruang yang luas untuk berhubungan dengan para laki-laki dan berbagai urusan perdagangan bersama mereka. Namun, semua itu tidak pernah terjadi.

Khadijah sama sekali tak pernah mengarahkan pandangannya kepada pemimpin Quraisy mana pun. Pun, tak pernah melibatkan diri dengan mereka dalam semua perkara perdagangan. Dia juga tak pernah menjadikan perdagangannya sebagai media untuk berhubungan dengan mereka atau menguatkan hubungannya dengan laki-laki mana pun, baik di dalam maupun di luar Kota Makkah.

Khadijah—semoga Allah meridhainya—menempuh cara cerdik yang menjauhkannya dari hawa nafsu dan hasrat-hasrat tak terpuji. Perdagangannya sungguh banyak dan beragam. Namun, dia tak pernah berhubungan dengan para pedagang dari kaumnya, sekalipun mereka semua hanyalah pedagang. Dia juga tak pernah melibatkan diri dalam perkumpulan yang bersifat khusus maupun umum, apalagi berjalan dalam kafilah mereka.

Adapun yang menjalankan perdagangannya adalah para hamba sahaya. Mereka dipimpin oleh pelayannya yang terbaik, Maisarah. Khadijah hanya memberikan pengarahan dari loteng rumahnya. Apabila terjadi kesulitan, dia akan mendiskusikannya di ruang tamu yang dipadati oleh sanak saudara dan keluarganya.

Setiap malam, rumah-rumah di Makkah selalu mengadakan berbagai pesta, hiburan, dan nyanyian. Orang-orang yang meramaikan pesta tersebut biasanya adalah para adik, kakak, maupun keponakan si pemilik rumah. Rumah ‘Abdul Uzza ibn ‘Abdul Muththalib, yang pada masa Islam dikenal dengan nama Abu Lahab, terkenal sering mengadakan halhal tersebut.

Rumah Abu Lahab dekat dengan rumah Khadijah. Khadijah pun terkadang melintasi rumah Abu Lahab. Di rumah tersebut, orang-orang bersenang-senang dalam pesta yang dapat meringankan rasa penat dan lelah setelah bekerja. Pesta tersebut juga dihadiri oleh perempuan-perempuan setempat yang merupakan teman-teman Ummu Jamil, istri Abu Lahab. Namun, hal tersebut tak sedikit pun menarik hati Khadijah. Dia juga tak pernah menaruh minat untuk berpesta dengan perempuan Quraisy lainnya.

Perempuan-perempuan Makkah mengetahui benar hal tersebut. Demikian juga dengan orang-orang yang dekat dengan Khadijah. Mereka sendiri sering mengunjungi Khadijah di rumahnya. Khadijah memiliki kedudukan terhormat dalam hati kaumnya. Mereka juga mendapatkan banyak hal karena kebaikan dan kedermawanannya.

Apabila Khadijah keluar untuk berthawaf mengelilingi Ka‘bah, mereka akan mengikuti dan mengerumuninya. Tak seorang pun di antara mereka berani mengatakan omong kosong. Mereka hanya akan mengatakan hal-hal yang serius. Mereka juga tak ingin mendengar ucapan tak senonoh keluar dari mulut siapa pun, yang akan membuat perasaan Khadijah tak nyaman.

Lihat selengkapnya