KHADIJAH:PEREMPUAN TELADAN SEPANJANG MASA (REPUBLISH)

Mizan Publishing
Chapter #3

Lingkungan Khadijah

Makkah Al-Mukarramah adalah lingkungan tempat Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid r.a. hidup. Kota tersebut memiliki tempat khusus di hati para penduduk yang tinggal di dalamnya. Makkah juga memberikan dampak besar bagi kehidupan mereka, begitupun bagi Khadijah.

Makkah—semoga Allah Swt. senantiasa menjaga dan melindunginya—adalah sebuah kota kuno. Kota ini memiliki sejarah yang samar. Hal paling pertama yang diketahui ten-tang Makkah adalah kota tersebut dahulu merupakan tempat persinggahan bagi kafilah-kafilah dagang yang melintasinya, baik bangsa Arab maupun non-Arab. Mereka melintasinya ketika hendak menuju Palestina atau negeri-negeri sekitarnya maupun pulang dari Palestina menuju Yaman atau wilayah Timur.

Dahulu, Makkah merupakan tempat pemberhentian para pedagang untuk beristirahat melepas lelah karena ia terlihat nyaman. Saat itu, kota tersebut belum terlalu ramai. Di sana, mereka mendirikan tenda-tenda peristirahatan dan melakukan tukar-menukar barang dagangan dengan penjual lain. Karena itulah, Makkah menjadi tempat berdagang.

Riwayat paling sahih menyatakan bahwa Nabi Isma‘il ibn Ibrahim a.s. adalah orang pertama yang menjadikannya sebagai tempat bermukim dan ibadah. Jauh sebelum kedatangan Nabi Ibrahim a.s. beserta putranya, Nabi Isma‘il, dan istrinya, Hajar, kota tersebut juga telah dijadikan tempat ibadah. Nabi Ibrahim a.s., kemudian menetap lama di sana. Hal ini sesuai dengan yang Al-Quran isyaratkan melalui lisan Nabi Ibrahim a.s., Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullâh) yang dihormati. Ya Tuhan, (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudahmudahan mereka bersyukur (QS Ibrâhîm [14]: 37).

Dapat dipahami dari ayat tersebut bahwa Rumah Suci (Ka‘bah) telah ada sebelum Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma‘il a.s. datang ke Makkah. Makkah merupakan kota yang dimuliakan dan disakralkan sejak awal penciptaannya hingga Hari Kiamat tiba. Banyak orang yang mengemukakan berbagai pendapat mengenai sebab kemuliaan dan keutamaan kota tersebut. Bahkan, di antara mereka ada yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah Swt. memuliakan Makkah karena ia adalah titik pusat bumi.” Dalam kaitannya dengan hal ini, salah satu ilmuwan Mesir yang memanfaatkan komputer dalam studi Al-Quran di Amerika ketika melakukan studi mengenai ukuran bumi menuturkan, “Makkah adalah jantung bumi.” Jika kita menganalogikan bumi sebagai manusia, Makkah adalah jantungnya.

Jauh sebelumnya, Al-Qadhi Abu Zaid Al-Dabbusi (w. 413 H), dalam naskah kunonya yang langka berjudul Al-Amad Al-Aqshâ, berkata “Makkah Al-Mukarramah adalah Ummul Qurâ (induk negeri-negeri). Bagi dunia, ia seperti kepala bagi tubuh. Rumah pertama yang dibangun untuk manusia adalah yang terletak di Bakkah (Makkah) yang penuh berkah.

Bagian bumi yang pertama tampak adalah wilayah Makkah, seperti halnya bagian fisik manusia yang pertama kali terlihat ketika berdiri adalah kepalanya. Karena itulah— wallâhu a‘lam—Makkah dinamakan Ummul Qurâ, seperti halnya tempat otak berada disebut Ummul Ra‘s (induk kepala). Asal-usul anak adalah ibunya. Dia menjadi permulaan anak tersebut. Permulaan tubuh adalah kepala, sedangkan permulaan negeri-negeri adalah Makkah.Tempat suci tersebut merupakan tempat yang aman. Setiap orang yang berlindung di sana akan mendapatkan rasa aman, kecuali jika ada orang yang berbuat kejahatan. Namun, hal itu tentu akan mengundang hukuman.

Nama paling terkenal untuk kota ini adalah Makkah. Dinamakan demikian karena kota tersebut melenyapkan (ta mukku) para tiran, yaitu menghilangkan kebengisan mereka. Allah Swt. berfirman, Dan Dialah yang mencegah tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (mencegah) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah (kota) Makkah, setelah Allah memenangkan kamu atas mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS Al-Fath [48]: 24).

Menurut pendapat lain, dinamakan demikian karena kota tersebut dapat mengusir (tamukku) orang jahat. Ada juga yang mengatakan bahwa dinamakan Makkah karena bangsa Arab pada masa jahiliah mengatakan, “Ibadah haji kita tak akan sempurna, kecuali setelah kita mendatangi Ka‘bah dan bersiul (namukku) di sana.” Dahulu mereka selalu bersiul dan menepuk-nepukkan tangan di sana. Ada juga yang menyatakan bahwa dinamakan demikian karena kota tersebut dapat menghabiskan (tamukku) dosa-dosa seperti seorang anak yang disapih menghabiskan (mengisap) air susu ibunya dan tak menyisakannya sedikit pun.2

Nama lain Makkah adalah Bakkah. Allah Swt. berfirman, Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullâh) yang di Bakkah (Makkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam (QS Âli ‘Imrân [3]: 96).

Sebagian sejarawan menyatakan bahwa Bakkah adalah pusat Kota Makkah. Bahkan, di antara mereka ada yang secara tegas mengatakan, “Bakkah adalah tempat Ka‘bah berada. Sedangkan, Makkah adalah daerah sekitarnya.” Namun, ada juga yang menyangkal dengan mengatakan, “Yang benar, Makkah adalah Rumah Suci (Ka‘bah) itu sendiri. Sementara, tempat sekitarnya dinamakan Bakkah.” Nama lain dari Makkah adalah Al-Bâssah. Dinamakan demikian karena ia menghancurkan (tabussu) atau mengusir orang-orang durhaka.

Kota ini dinamakan juga Ummul Qurâ, sebagaimana Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw., Agar engkau memberikan peringatan kepada penduduk Ummul Qurâ (Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya (QS Al-Syûrâ [42]: 7).

Penamaan Makkah dengan Ummul Qurâ (induk negerinegeri) dan makna keibuan yang menjadi asal muasal anakanaknya sangat sesuai dengan firman-Nya, Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia (QS Al-Baqarah [2]: 125).

Ke sanalah semua orang kembali. Seperti halnya anakanak kembali ke pangkuan ibunya. Mereka merasa aman berada di sampingnya. Makkah adalah ibu, jantung, dan kepala bagi dunia. Makna keibuan yang dikandungnya adalah unsur universalitas yang menjadi ciri khas agama Islam.3 Makkah juga dinamakan Al-Balad Al-Amîn (negeri yang aman). Allah Swt. berfirman, Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Demi gunung Sinai. Dan demi negeri yang aman ini (QS Al-Tîn [95]: 1-3). Yang dimaksud dengan “negeri yang aman” adalah Makkah Al-Mukarramah.

Allah Swt. memerintahkan Nabi-Nya untuk berkata kepada kaumnya, Aku hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini (Makkah) yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang Muslim (QS Al-Naml [27]: 91). Tak ada penghormatan yang lebih agung dari ini. Allah Swt. telah menyebut namanya secara khusus dan menghubungkannya dengan diri-Nya.

Makkah adalah negeri yang paling Allah cintai. Negeri paling mulia di sisi-Nya. Isyarat yang Allah Swt. berikan tentangnya adalah bentuk pengagungan. Makkah adalah kampung halaman Nabi-Nya dan tempat wahyu-Nya turun. Allah Swt. telah bersumpah atasnya. Kiranya ini cukup menjadi kebanggaan negeri tersebut atas negeri lainnya. Dia berfirman, Aku bersumpah dengan negeri ini. Dan engkau (Muhammad) bertempat di negeri ini (QS Al-Balad [90]: 1-2).

Lihat selengkapnya