KHAJANA

Anisa Saraayu
Chapter #24

22. Huru Hara

KAZUKI

Kenapa jadi begini? 

Kenapa Shigure yang biasa berkepala dingin itu malah berbuat hal bodoh begini? Jika dari awal dia sudah tahu bahwa si setan jalur barat itu adalah Bara, kenapa tidak melapor? Kenapa malah ia simpan sendiri informasi itu dan justru mengambil jalan bodoh begini? 

Sial. 

Masalah setan jalur barat bukan hanya masalah kematian Touya dan pembantaian prajurit Azumachi. 

Masalah setan jalur barat bisa jadi punya hubungan erat dengan keadaan kota Khajana. Dengan siasat para tetua kota dan fakta adanya pelatihan anak-anak panti sebagai prajurit muda. 

Kalau informasi itu bisa Kazuki dapatkan lebih cepat, kejadian malam ini tidak akan pernah ada. 

Bukan. 

Ini semua salahnya karena tidak becus menjalankan penyidikan. 

Karena mengira semuanya akan berjalan sesuai maunya. 

Dan sekarang semuanya malah berantakan. 

Sudah, batin Kazuki. Sekarang yang penting kembali dulu ke perehatan. Shigure sudah ada di tangan para dokter Khajana. Walau mereka tidak bisa menjanjikan apa-apa, berdiam di rumah sakit juga bukan pilihan. Malam ini, dia harus menganggap Shigure akan baik-baik saja. 

Kazuki memacu kudanya, berderap kembali ke perehatan. 

Melihat pekarangan depan yang penuh dengan jejak kuda, tampaknya sudah ada beberapa orang yang kembali dari tugasnya. 

Bagus. 

Dia perlu bicara secepatnya dengan Kichiro. 

Kazuki turun dari kudanya, masuk ke perehatan dan bergegas mencari Kichiro. Namun, baru juga masuk, sudah ada yang memanggilnya.

“Kolonel!” 

Kazuki berhenti, menoleh ke arah ruang administrasi. Salah satu prajuritnya sedang berlari kecil ke arahnya, wajahnya terlihat takut.   

“Maaf kolonel. Kapten Kuroda menunggu di ruangan anda. Katanya ada pesan penting dari Khutamas.” 

Apa lagi ini?

“Baik, terima kasih banyak.” Jawab Kazuki. 

Kuroda.

Perasaan Kazuki tidak enak. Letjen Sato tidak akan mengirim Kuroda kalau bukan ada hal penting yang harus segera diselesaikan. 

Sambil bergegas ke ruangannya, Kazuki berusaha mengingat-ngingat jika ada surat dari Letjen Sato yang belum ia balas. Atau jika ada tugas mendesak yang belum ia selesai. 

Tapi seingatnya, tidak ada surat penting dari Khutamas beberapa hari terakhir ini.

Lalu orang itu sudah menunggunya di ruangannya? Apa Kichiro juga di sana? 

Perasaannya makin tidak enak. 

Kazuki membuka pintu ruangannya. 

Dan seperti dugaannya, ruangannya terasa seperti sebuah ruangan besi. Dingin, hening, dan tidak bersahabat. 

“Kolonel Izumi.” Kapten Kuroda, dan Kichiro langsung berdiri dan memberi salam begitu melihat Kazuki masuk. 

Kazuki membalas salam mereka dan bergegas menuju mejanya. Walau hanya sekilas, Kazuki bisa melihat bagaimana Kichiro berusaha menjaga jarak sejauh mungkin dari Kuroda. Sebuah keajaiban keduanya memilih jadi patung setan alih-alih berusaha saling memenggal kepala satu sama lain.

“Maaf atas kedatangan saya yang mendadak.” Ujar Kuroda.

“Tidak apa-apa.” Jawab Kazuki seraya duduk di kursinya. “Ada hal mendesak apa?”

“Kolonel, Anda baik-baik saja?” Tanya Kichiro, memotong Kuroda yang sudah hampir bicara.

“Iya, kenapa?”

“Baju Anda penuh darah.” Jawab Kichiro.

Kazuki menunduk, melihat pakaiannya sendiri. Karena terlalu pusing berpikir ini itu, dia sampai lupa bajunya pasti penuh darah karena tadi membawa Shigure ke rumah sakit. Dia juga tidak sadar ada beberapa luka di tubuhnya. Dengan sekali lirik, Kazuki bisa melihat jejak darah yang ia tinggalkan. 

“Saya tidak apa-apa. Ini bukan darah saya.” Ujar Kazuki. “Kapten Kuroda, silakan.”

Kuroda mengangguk. “Letjen Sato meminta Anda kembali ke Khutamas.” 

Kazuki mengangkat alisnya. “Anda ke sini jauh-jauh hanya untuk menjemput saya?”

Kuroda menyodorkan selembar amplop kepada Kazuki. Dilihat dari cap yang tertera, amplop itu berisi surat tugas resmi dari Jendral Amano. 

Apalagi ini?

Was-was, Kazuki membuka surat tersebut dan mulai membacanya. 

Dan Kazuki tidak tahu apakah dia harus marah atau takut saat membaca perintah penarikan batalyonnya dari Khajana kembali ke Khutamas. 

Alasannya jelas, untuk membantu pasukan di Khutamas menghalau pasukan pemberontak yang mulai semakin berani bergerak. 

Tapi kalau semua batalyon ditarik dari Khajana, bagaimana dengan kota ini? Kota ini jauh dari baik-baik saja. 

Lihat selengkapnya