Sementara dukun tersebut mempersiapkan ritualnya, orang tuanya Rendi menelpon anak buahnya dan meminta 80 anggota kepolisian datang untuk membantunya. Delapan puluh pria dan wanita dewasa termasuk ayahnya rendi dan angga berusaha menahan para siswa yang kesurupan agar tidak menyakiti anaknya. Karena dia sempat melihat ketika ada satu orang yang berhasil mendekat dan menarik baju rendi, baju rendi seketika itu sobek dan meninggalkan luka bekas cakaran di punggungnya.
Ke delapan puluh orang polisi mencoba menerobos kerumunan siswa-siswi yang sedang kesurupan akan tetapi mereka tidak berhasil menembus dan menarik satu siswapun, bahkan ketika seorang polisi pria dengan kasar menarik seorang siswa yang kesurupan untuk menjauh dari rendi, polisi tersebut langsung di banting ke tanah dan seketika pingsan, begitupun Polwan yang menarik tangan siswi perempuan yang kesurupan, tangan polwan tersebut seperti menarik sebuah batu besar. Malah tangan polwan tersebut ditarik dan diseret oleh siswi yang sedang kesurupan tersebut, lalu polwan tersebut di banting ke arah kaca kelas. Seketika itu juga polwan menembus kaca jendela sekolah dan memberikan banyak luka bekas pecahan kaca. Banyak dari personel kepolisian yang mencoba menggunakan ilmu kebatinan mereka untuk menyadarkan para siswa dan siswi yang kesurupan akan tetapi luka yang didapat dari para personel tersebut lebih parah dari luka fisik personil yang lainnya, bahkan ada yang sampai memuntahkan darah dan pingsan.
“lapor komandan, kejadian ini diluar kekuasaan kita bagaimana mungkin seorang anak muda dapat dengan mudah membanting 3 orang anggota kita dengan sagat mudah.” lapor seorang polisi kepada bapaknya rendy.
“saya juga tahu hal tersebut, lalu kamu punya solusi apa.” tanya ayahnya Rendi.
“Lapor komandan yang saya liat para siswa dan siswi yang kesurupan tidak pernah menyerang anak-anak yang berkumpul di sana, terutama kedua anak yang kembar identik itu.” jawab polisi tersebut.
“lalu maksud mu meminta kedua anak tersebut sebagai perisai hidup anak ku.” tanya bapaknya rendi.
“benar komandan.” jawab polisi bawahan bapaknya rendi.
Ayahnya Riri dan Rara yang mendengar hal tersebut memperhatikan kedua anaknya dan benar saja tidak ada dari siswa dan siswi yang kesurupan yang menyakiti dan menyentuh kedua putrinya, malah siswa dan siwi yang kesurupan tersebut cenderung menghindar dan tidak ingin berpapasan dengan Riri dan Rara.
Ketika ayahnya Rendi dan angga ingin menghampiri Riri dan Rara, mereka dihentikan oleh ayahnya Rara dan Riri.