Pada pukul 16.30 ada sebuah mobil CRV yang datang kerumah Pieter, pengendara Mobil tersebut adalah Sadewo yang datang bersama Mbah Jambrong dan dua orang asistantnya. Dengan sigap satpam yang menjaga rumah Pieter membukakan Pintu gerbang.
Pieter dan Ningsih menunggu Sadewo dan Mbah jambrong di ruang tamu. Wajah Pieter dan Ningsih tampak pucat karena kurang tidur. Sadewo bersama Mbah Jambrong berserta kedua asistantnya turun dari mobil dan menghampiri Pieter dan Ningsih yang menunggu kedatangan mereka di ruang tamu.
“asalamualaikum Mr. Pieter” ucap Sadewo
“walaikum salam, mari silahkan masuk Sadewo dan Mbah Jambrong” jawab Pieter sambil tersenyum Ramah.
“loh, bule ini penganut agama islam toh, dan sudah bisa berbicara bahasa indonesia dengan sangat lancar sekali.” Ucap Mbah Jambrong yang merasa heran melihat Pieter Fasih berbahasa Indonesia dan menjawab salam yang diberikan oleh Sadewo.
“Alhamdulilah Mbah, semenjak saya menikah dengan istri saya yang bernama Ningsih, saya menjadi mualaf dan saya sudah tinggal di indonesia sejak tahun 1980. Oh iy Sadewo, Mbah jambrong dan kedua mas ini mau minum apa” ucap Pieter.
“saya air mineral ini saja Mr. Pieter” jawab Sadewo
“klo saya takut merepotkan Pak Pieter, tapi klo ada kopi hitam pait saja.” Jawab Mbah Jambrong
“klo kami juga kopi saja pak tapi pake gula sedikit pak karena jika terlalu pait kami tidak kuat pak, karena kehidupan kami berdua sudah cukup pait.” Jawab salah satu Asistant Mbah Jambrong yang menggunakan kaca mata.
“hush kamu nih ngawur klo ngomong di depan klien, jangan begitu mastur nanti klien kita berfikir saya tidak bisa mensejahterahkan kalian berdua.” Ucap mbah Jambrong ketus kepada mastur.
“hehehe, tidak apa-apa mbah, kebetulan umur mastur dan umur anak saya mungkin tidak terlalu berbeda jauh jadi saya sudah paham dengan candaan anak muda zaman sekarang. Bi ijah tolong bawakan empat kopi hitam dan yang satu tidak pakai gula.” Ucap Pieter.