Khodam Leluhur

Kakco
Chapter #42

BAB 42 TEROR DARI ALAS ROBAN

#HARI SABTU PUKUL 22.00

Ningsih yang tidak suka dengan sifat dan kelakuan mbah Jambrong segera meninggalkan mbah jambrong selepas makan malam bersama dan meminta ijin untuk beristirahat duluan. Hanya Pieter dan Sadewo yang menemani mbah Jambrong mempersiapkan Ritual untuk menghadang serang malam ini. Mbah Jambrong sudah meminta kepada Pieter dan Sadewo untuk pergi tidur dan tidak usah menemani dirinya, karena dia sudah mendapatkan bayaran maka dia kini memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan ganguan dan teror dari makhluk gaib yang mengincar Pieter dan Ningsih.

Tetapi Pieter tidak enak membiarkan mbah Jambrong begadang sendirian di rumahnya, dikarenakan Sadewo juga tidak kembali kerumahnya maka Pieter memutuskan untuk menemani Sadewo dan Mbah Jambrong berserta dua Asistantnya yang sedang mempersiapkan ritual di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi hitam bersama sadewo dan membahas Project perumahan di sentul. Pieter dan Sadewo duduk agak jauh dari Mbah Jambrong.

Tiba-tiba pada pukul 23.00 malam terdengar tiga suara ledakan yang sangat kencang sekali di atas rumah Pieter. Tiga ledakan tersebut terdengar oleh penghuni rumah Pieter termasuk Satpam yang sedang bertugas. Para penghuni Rumah Pieter masih trauma dan ketakutan akibat serangan yang terjadi di hari jumat.

Ningsih yang tertidur dikamarnya, berlari keruang tamu menemui Pieter dan memeluk Pieter dengan tubuh yang Gemetar ketakutan. Tidak berselang lama setelah Ningsih keluar terdengar lagi suara ledakan lebih dari sepuluh ledakan diatas rumah Pieter.

Duar..Duaaaar..Duaaarrr

Setelah tiga ledakan susulan tersebut di hadapan mbah jambrong yang sedang duduk bersila tiba-tiba ada kabut putih tipis, kehadiran kabut putih tipis tersebut langsung membuat seluruh penghuni rumah merinding dan ketakutan. Bahkan Sadewo yang sudah pernah melihat serangan gaib di rumah kakak iparnya gemetaran ketika dia mendengar suara ledakan-ledakan keras dan melihat tiga kabut tipis yang berhasil masuk kerumah Pieter

“hehehe, hebat juga kalian bisa menembus pagar gaib yang ku ciptakan. Sudah berapa ratus anak buah kalian yang kalian tumbalkan untuk menembus pagar gaib yang kuciptakan?” tanya mbah Jambrong santai kepada tiga kabut tipis yang berada di depannya.

Tiga kabut putih tipis tersebut perlahan-lahan menjadi kabut yang cukup pekat dan membentuk tiga sosok mahkluk secara perlahan dan tinggi tiga sosok makhluk yang dibentuk oleh kabut putih tersebut hampir menyentuh langit-langit rumah Pieter yang memiliki tinggi tiga meter lebih.

Secara perlahan tiga sosok makhluk yang awalnya berbentuk kabut putih kini mulai memadat dan membentuk sosok makhluk yang tinggi besar di penuhi oleh bulu hitam. Di tangan dan kaki mereka terdapat kuku yang sangat panjang, dan dari mulut mereka bertiga meneteskan darah yang berbau anyir yang sangat menyengat. Ketiga makhluk menyeramkan tersebut menyeringai memamerkan gigi mereka yang berbentuk runcing dan sangat tajam. Satu makhluk yang paling kecil maju selangkah kedepan dan menoleh ke arah Pieter yang sedang memeluk Ningsih yang berdiri gemetaran. Sementara itu Pieter menatap Makhluk tersebut tanpa rasa takut, mata Pieter dan Makhluk tersebut beradu pandang, terlihat dan terekam dengan jelas di memori otak Pieter wajah menyeramkan dari makhluk tersebut dan bau amis darah yang mereka keluarkan. Sementara itu Sadewo yang berada tepat di samping Pieter tidak berani menatap wajah ketiga jin yang kini semuanya mengarah ke Pieter dan Ningsih.

Sementara itu dari kejauahan terdengar suara mobil memasuki halam rumah Pieter, pengendara mobil tersebut adalah Pak Sandri yang sengaja pulang ke karena semenjak setelah sholat isya hatinya selalu ingin kembali ke tempat kediaman Pieter.

Ketiga makhluk menyeramkan tersebut mengacuhkan mbah jambrong dan dua Asistantnya, ketiganya berjalan menuju tempat Pieter dan Ningsih berada. Sadewo walaupun sedang dalam keadaan sangat ketakutan, dirinya berjalan dengan susah payah dan memposisikan dirinya didepan Pieter dan Ningsih dengan badan yang gemetar ketakutan.

Lihat selengkapnya