“asalamualaikum Dady, Momy” ucap Riri dan Rara berbarengan
“walaikum salam” jawab Pieter dan Ningsih
Suasana haru terjadi karena kedua anak kembar dan orang tua kandung bertemu dan saling berpelukan dengan erat dan keempat manusia tersebut saling meneteskan air mata. Mereka berempat bagaikan orang tua dan anak yang telah terpisah selama lebih dari 30 tahun. Padahal antara orang tua dan anak hanya berpisah selama tiga hari. Akan tetapi selama tiga hari kedua orang tua dan juga kedua anak tersebut telah melalui hari-hari yang sangat berat dan sangat mencekam. Terutama untuk Ningsih dan Pieter.
Saking larutnya mereka berempat dalam suasana haru tersebut, mereka sejenak melupakan orang-orang yang berkumpul di sekitar mereka. sampai suasana haru yang dramatis tersebut di rusak oleh asistant mbah jambrong yang bernama Mandra
aa..haaciih
“aduh maaf semuanya ini hidung dan mulut saya tidak bisa di ajak kompromi, selalu saja bersin setiap melihat adegan yang menguras air mata seperti ini.” ucap Mandra merasa bersalah karena sudah merusak momen keluarga Pieter yang penuh dengan air mata.
“emang lu ya mandra, selalu merusak suasana haru seperti ini di setiap kesempatan. Ini pasti gara-gara lu ga pernah makan bangku sekolahan nih, jadi lu ga punya Attitude.” Celetuk mastur yang sangat kesal kepada madra.
“lah, lu kira gue rayap yang makan bangku sekolahan. Mulut lu noh ga pernah di sekolahin, makanya klo bicara serampangan.” Oceh mandra dengan emosi.
“sudah-sudah sesama yang tidak tamat Sekolah Dasar, jangan saling menghina.” Celetuk Mbah Jambrong merelai perselisihan kedua Asistantnya.
Akhirnya Pieter, Ningsih, Rara dan Riri menghentikan adegan yang menguras air mata tersebut dan mereka masing-masing mengenalkan pihak baru yang mereka jumpai baru-baru ini. Pieter memperkenalkan Mbah Jambrong, Mandra, Mastur dan Pak Sadewo, sedangkan Riri memperkenalkan Wulan, Bob dan Dadang sebagai teman baru mereka yang bertemu di Gunung Salak. Tentu saja Riri tidak menceritakan detail bagaimana mereka bisa berkenalan kepada kedua orang tuanya.
“oh iy om sampai lupa, kalian pasti lelah, mari silahkan masuk sekaligus ada yang ingin om bahas dan diskusikan kepada nak Aris dan nak Gunawan.” Ucap Pieter
Mereka semua akhirnya masuk kedalam ruang tamu yang berada di rumah Pieter, setelah semuanya duduk. Pieter menjelaskan situasinya kepada Aris, Gunawan. Rombongan Bob hanya menjadi pendengar dan mereka tidak berani menyela dialog yang sedang berlangsung.