Khodam Leluhur

Kakco
Chapter #63

BAB 63 : WAROK IRWAN

Kuda hitam Warok langsung berlari melesat kencang dan bekas langkah kaki kuda tersebut menimbulkan percikkan bara api dan meninggalkan jejak api yang langsung padam seketika setelah kuda hitam berlari beberapa langkah. Ketiga panglima dan pasukan level S memacu kuda mereka akan tetapi mereka tidak bisa mengejar kecepatan semberani dan samber nyawa. Para rakyat jin berdiri dan melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa ketika gunawan telah melewati mereka semua. Gunawan terlihat seperti anak kecil yang sangat senang ketika menunggangi semberani dan terbang di angkasa. Semberani memutari istana yang besar tersebut sebanyak tujuh kali sambil menunggu sahabatnya samber nyawa tiba di istana kerjaan laut hitam.

Ketika samber nyawa tiba di istana laut hitam, semberani meringkik dua kali, seolah-olah semberani mengejek kawannya itu “lama banget sampainya, gue nungguin lu sampai ngantuk dan berjamur.” Lalu samber nyawa membalasnya dengan ringkikan panjang sambil menggeleng-gelengkan lehernya lalu berdiri dengan kedua kakinya membuat warok irwan yang masih berada di atas punggungnya harus memeluk leher samber nyawa, karena Samber Nyawa dan Semberani tidak memiliki tali kekang. sambernya nyawa seolah-olah berkata “lu curi start duluan, main kabur dan terbang aja. Klo berani ayo kita balapan kehutan tapi tidak pake terbang.” Semberani mendengus pelan dan meringkik sekali, semberani seolah berkata “ok, siapa takut tapi tunggu majikan baru ku turun dari punggung ku.” Lalu semberani dan samber nyawa menjatuhkan tubuh mereka ke posisi Duduk. Setelah itu warok Irwan dan Gunawan turun dari punggung mereka. kedua kuda tersebut meringkik panjang dan berdiri dengan kaki belakang mereka lalu berlari dengan sangat kencang menuju ke arah hutan.

Ketiga panglima dan pasukan Level S baru saja sampai di hadapan gunawan ketika Semberani dan Samber Nyawa sudah mejauh dan berlari kearah hutan, lalu mereka semua melihat kedua kuda tersebut sambil menggelengkan kepala mereka siapa yang menyangka kedua kuda legendaris yang hidup di kedalaman hutan di daerah kekuasaan Istana Laut Hitam, memilih pangeran Gempar Bumi dan warok irwan sebagai Tuan mereka.

“salam Hormat kami kepada pangeran Gempar Bumi.” Ucap Baharudin dan 5 juta pasukan laut hitam serta 100 panglima perang dari level C, level B, Level A dan Level S, sambil berlutut dan menundukan wajahnya di hadapan gunawan.

“bangkitlah kalian semua” ucap gunawan.

“terima kasih pangeran Gempar Bumi.” Ucap mereka semua, kemudian mereka semua membuka jalan.

Di hadapan gunawan kini terhentang sebuah karpet merah yang menuju sebuah singgasana yang terbuat dari emas dan memiliki simbol 7 kepala naga di singgasana tersebut. Di dekat singgasana tersebut terdapat seorang pria paruh baya berjenggot putih menggunakan pakaian seperti seorang ulama besar khas indonesia, Pria paruh baya itu menggunakan peci berwarna merah dan mengenakan baju gamis berwarna putih. Pria tersebut membungkukan badannya dan tersenyum kearah gunawan ketika pandangan matanya bertemu dengan gunawan.

Gunawan berjalan ke arah Pria tersebut, tetapi pria tua itu mengarahkan gunawan untuk duduk di singgasana raja yang tadi gunawan lihat. Gunawan akhirnya duduk di singgasana raja dan ketika dirinya menduduki singgasana tersebut dirinya melihat Warok, Resi Jaya Kusuma, Pangeran ular bermata Kuning, Arya Tripa dan ketiga jin yang pernah menganggu waktu kelahiran adiknya Aris. Mereka semua terlihat lebih dewasa dan memiliki energi puluhan kali lebih kuat dari terakhir kali gunawan bertemu mereka.

“salam Hormat saya pangeran, saya adalah Eyang Jagat Semesta penasehat dan pemegang kekuasaan sementara di istana laut hitam.” Ucap eyang jagat semesta.

“apakah Kakek yang mengajari ku ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan serta memasukan sebuah kitab milik leluhur ku ke dalam ingatan ku.” Tanya Gunawan.

Lihat selengkapnya