Khodam Leluhur

Kakco
Chapter #69

BAB 69 DESA LEUWEUNG ARUM

Disuatu desa di daerah Kabupaten Bogor, terdapat sebuah Desa yang benama Desa Leuweung Arum. Penduduk Desa Leuweung Arum Mayoritas berprofesi sebagai Petani, Desa tersebut merupakan desa yang sejuk dikarenakan masih terdapat banyak Pepohonan yang rimbun dan terdapat hutan yang masih belum terjamah oleh manusia.

Dipedalaman hutan yang Rimbun berada di ujung desa, terdapat sebuah bangunan terlantar yang dulunya di gunakan oleh masyarakat untuk melakukan sebuah ritual untuk memberikan sesembahan untuk penguasa hutan. Ratusan tahun silam hutan ini sangat terkenal dan sering di datangi oleh manusia-manusia yang rela bersekutu dengan jin penguasa hutan.

Sebagian dari mereka ada yang mengingkan kekayaan dan melakukan pesugihan, dan memberikan persembahan mulai dari ayam cemani, kepala kerbau sampai nyawa orang terdekat mereka. sebagian dari mereka ada yang meminta kelancaran Karir atau menjadi cepat terkenal, mereka rela melakukan ritual bercinta dengan makhluk tak kasat mata penguasa hutan ini setiap malam bulan purnama sebanyak sembilan kali, setelah itu mereka akan terlihat lebih tampan dan karir mereka akan sangat lancar.

Penduduk desa setempat selalu di teror oleh para jin yang ada di dalam hutan setiap malam satu Suro, dan para penduduk desa diwajibkan untuk memberikan sesembahan berupa dua kerbau jantan, satu kerbau di bawa hidup-hidup dan dilepaskan di dalam hutan oleh kuncen, sedangkan satu kerbau lagi di sembelih. Sebahagian daging dan darahnya di basuhkan dan diletakan di tubuh bagian belakang KERBAU yang dibawa kehutan, sedangkan kepala kerbau di letakan di tempat kuncen melepaskan kerbau yang masih hidup di tengah hutan. Serta sepanjang perjalanan warga desa wajib melemparkan ke kenan dan ke kiri, potongan daging kerbau dan darah dari kerbau yang disembelih tersebut. Jika tidak diberikan tumbal maka masyarakat setempat pada zaman dulu percaya, desa mereka akan dilanda bencana dan akan mengalami gagal panen.

Penduduk desa ini memanggil sosok penunggu hutan ini dengan sebutan Nyi Arum, nama desa ini sendiri diambil dari sosok nama Nyi Arum, sedangkan arti kata Leuweung sendiri berasal dari bahasa sunda yang berarti hutan.

Sudah dua puluh tahun lebih desa Leuweung Arum tidak memberikan sesajen dan tumbal untuk Nyi Arum, sebenarnya Nyi Arum sendiri adalah Sosok Ratu penguasa Danau yang ada di dalam hutan tersebut, yang berwujud Siluman Buaya Putih. Karena dulunya banyak manusia yang melakukan ritual disebuah bangunan tua yang ada di tengah hutan, para manusia yang bersekutu dengan Nyi Arum mengira bahwa Nyi Arum adalah sosok jin penguasa hutan tersebut dan tidak ada yang tau termasuk kuncen penjaga petilasan dimana letak kerajaan Nyi Arum sebenarnya.

Karena suatu kecelakaan kuncen terakhir yang biasa menjadi pemimpin ritual para penduduk desa terjatuh dan masuk kedalam danau tempat kerajaan Nyi Arum berada. Ketika kuncen tersebut sedang berusaha berenang ketepi danau, tiba-tiba ada buaya besar memangsa tubuh kuncen tersebut.

Dan naasnya Kuncen tersebut belum pernah menikah dan tidak memiliki anak yang tercecer di tempat lain, sehingga penduduk desa secara tidak sengaja berhenti untuk melakukan kesirikan yang turun temurun di warisi oleh nenek moyang mereka.

Kematian Kuncen penjaga petilasan itu sangat membuat murka Nyi Arum, sehingga ketika dua purnama tidak ada sesembahan untuk dirinya, Nyi Arum membunuh buaya bodoh yang dengan sengaja menerkam dan mengunyah tubuh kuncen kesayangan Nyi Arum.

Semenjak kematian Kuncen yang menjadi penghubung Nyi Arum dan para manusia yang bersekutu dengannya dan juga masyarakat yang tinggal di desa Leuweung Arum, tidak ada lagi manusia yang mampu menjalin kontak dengan Nyi Arum sang ratu buaya Putih.

Lihat selengkapnya