KI AGENG KUTU SURYA NGALAM

Arfian Adita
Chapter #1

Ki Ageng Kutu Surya Ngalam

Terkisahlah sebuah kerajaan Kecil yang berada didaerah Ponoro­go, Kerajaan Wengker nanianya. Kerajaan kecil ini merupakan bagian yang erat dengan kerajaan Majapahit yang agung. Adapun yang memerintah kerajaan Wengker yang kecil ini adalah Ki Ageng Kutu Surya Alam di­bantu oleh dua orang saudara seperguruannya, yakni Ki Ageng Anggagana dan Ki Ageng Anggajaya. Sebagai seorang raja yang menguasai sebu­ah kerajaan yang kecil, Ki Ageng merasa hidupnya aman tenteram dan damai, dengan dikaruniai dua orang anak. Yang sulung bernama Sulastri seorang wanita yang sangat rupawan, dan yang bungsu adalah Menak Sopal, seorang ksatria yang gagah perkasa.

Konon, dengan perkembangan Majapahit, yang sangat pesat ini, Ki Ageng Kutu Surya Alam mengamatinya dari kacamata yang lain. Dengan kehadiran para pedagang asing yang kemudian menetap di tlatah Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Kutu Surya Alam, merasa sangat khawatir, sebab menurut Ki Ageng Surya Alam, bila keadaan yang demikian ini dibiarkan berlarut-larut bisa berakibat membahayakan ekonomi, yang kemudian bisa merembet ke bidang keamanan dan bidang-bidang yang lain. Salah-salah Majapahit terganggu keselamatan serta keutuhannya sebagai negara yang besar, agung dan sedang menduduki puncak kejaya­an.

Demikianlah, akhirnya dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang, Ki Ageng Surya Alam menghadap baginda raja Majapahit. Ki Ageng Surya Alam kemudian mengajukan usul-usul dan saran-saran tentang kehadiran pedagang asing di negara Majapahit, yang kemudian bertempat tinggal tetap di wilayah Kerajaan Majapahit. Pedagang-peda­gang ini sebaiknya dicegah atau setidak-tidaknya dibatasi kehadiran dan ruang geraknya. Namun apa yang terjadi ? Usul dan saran-saran Ki Ageng Kutu Surya Alam ditolak mentah-mentah oleh Baginda Raja Majapahit. Ki Ageng Kutu sangat kecewa akan sikap dan tanggapan Baginda Raja Maja­pahit. Oleh karena itu sejak saat itu Ki Ageng Kutu Surya Alam, memu­tuskan untuk tidak akan datang lagi, menghadap ke Kerajaan Majapahit. Tegasnya mulai saat itu Ki Ageng Surya Alam membangkang terhadap raja Majapahit. Ia bersumpah tidak akan datang menghadap raja lagi sebelum semua usul dan saran-sarannya dikabulkan oleh Baginda Raja.

Oleh karena itu untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi atas kerajaan kecil Wengker yang sangat dicintainya, Ki Ageng Kutu Surya Alam, meningkatkan dan mengembangkan pertahanan ne­gerinya. Ki Ageng membentuk dan melatih prajurit dengan giat, demi ketahanan negerinya.

Latihan dan ulah keprajuritan terus ditingkatkan. Disiplin prajurit di­perketat. Prajurit-prajurit tidak diperkenankan kawin terlalu muda, supaya bisa memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya sebagai se­orang prajurit yang pilih tanding. Pendek kata Wengker telah menjadi sebuah kerajaan kecil yang mempunyai pertahanan yang kuat. Prajurit- prajurit selalu dalam keadaan siap tempur. Ki Ageng menyadari bahwa tindakannya ini akan menimbulkan kemurkaan Baginda Raja Majapahit. Dan bukan tidak mungkin Majapahit sewaktu-waktu akan mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan Wengker.

Meskipun sahabat dan saudara seperguruan Ki Ageng, yakni Ki Ageng Anggajaya dan Ki Ageng Anggalana, selalu memberikan nasehat dan pe­tuah, bahwa tindakan Ki Ageng Kutu tersebut sangat berbahaya bagi Kerajaan Wengker, Ki Ageng Kutu tetap pada pendiriannya. Ia tidak akan mau menghadap ke Majapahit, sebelum semua saran dan usulnya dika­bulkan oleh Baginda Raja Majapahit.

Memang benar apa yang diduga Ki Ageng Kutu, Majapahit sangat murka akan tindakan Wengker. Oleh sebab itu Majapahit mengirimkan pasukan yang cukup kuat untuk menangkap Ki Ageng Kutu Surya Alam yang telah berani membangkang kepada Baginda Raja Majapahit.

Lihat selengkapnya