Sanjaya, Suatu Kerajaan kecil dibawah Dinasti Kerajaan Syailendra. Zaman dimana kekuasaan kerajaan Syailendra sangat berpengaruh di bagian dunia timur kala waktu itu. Malam hari, terdengar suara ramai tangisan dari suatu daerah di Sanjaya, Abimanyu yang pada saat itu masih menjadi putra Mahkota Raja melihat adanya segerombolan rakyat Sanjaya yang diikat dan ditarik oleh anak buah Seorang Jendral bernama Rahwana, jendral yang jahat utusan dari Kerajaan Syailendra. Abimanyu tidak bisa berbuat apa - apa kala itu dikarenakan ia masih kecil dan kekuasaan kerajaan masih dibawah aturan Syailendra. Abimanyu bertanya pada pelayannya yang setia, Kaikesi, apa yang akan terjadi pada para wanita itu. Dengan sedih Kai kesi menjawab mereka akan dikirim ke Syailendra untuk dijadikan budak. Abimanyu kesal karena ia tidak berdaya melakukan apapun.
Tapi ia memutuskan untuk bertindak dan melepaskan para tahanan itu pada malam harinya. Para tahanan itu segera melarikan diri ke hutan, termasuk Anantari kecil dan ibunya. Tapi karena keduanya terluka mereka tidak bisa lari dengan cepat.
Jendral Rahwana mengetahui pelarian mereka dan memerintahkan pasukannya membunuh semua tahanan yang melarikan diri. Ibu Anantari terkena panah. Saat Anantari hendak dipanah, ia kembali melindungi puterinya hingga panah kedua menghujum di punggungnya. Mereka beedua berguling ke jurang.
Dengan kekuatan terakhirnya, ibu Anantari meminta puterinya terus bertahan hidup karena dunia ini dunia yang kejam. Ia lalu memberikan sebuah cincin yang dulu pernah diberikan oleh ayah Anantari dan memberitahunya bahwa ayahnya masih hidup. Ayah Anantari juga memiliki cincin yang sama. Ibu Anantari menghembuskan nafas terakhirnya.
Abimanyu menangis saat melihat deretan mayat para tahanan itu. Itu adalah kesalahannya karena tidak bisa melindungi rakyatnya. Anantari lalu bergegas pergi dengan rasa sedih yang mendalam. Tak lama ia menemukan sebuah gubuk di tengah hutan, didepan gubuk itu ia terbujur lunglai karena lemas dan luka yang menyebabkan ia tertidur dan pingsan tak sadarkan diri.
Pagi hari saat ia terbangun ia kaget, ia sudah berada di dalam gubuk itu. Ia melihat kearah seorang Pria tua pemilik gubuk itu, bertanyalah Anantari, wahai orang tua, siapakah namamu? dan kenapa aku ada disini? tanya Anantari. Namaku Brahma, aku seorang kepala bandit di negeri ini,tadi pagi ku lihat kau tak sadarkan diri di depan gubuk ku, lalu kubawa kau kedalam untuk ku obati, sahut Orang tua yang bernama Brahma tersebut.
Tak lama setelah Anantari kembali pulih sebagai rasa terimakasihnya ia meminta Brahma sang pemilik Gubuk itu menerimanya sebagai salah satu anggota banditnya, dengan alasan ia sudah tidak memiliki siapa siapa lagi di dunia ini. Dengan penuh pertimbangan, Brahma akhirnya menyetujui Anantari kecil untuk menjadi salah satu anggota banditnya. Setiap hari diwaktu sore sampai malam hari Brahma mengajari beladiri dan teknik menggunakan pedang dan panah kepada Anantari kecil. Ia memberikan ilmu itu untuk Anantari gunakan pada saat melakukan aksi membandit atau merampok di Negeri Sanjaya nantinya. 15 tahun kemudiann...
Anantari kecil sudah tumbuh menjadi wanita kuat perkasa dengan ilmu yang dimilikinya. Brahma memberikan tugas kepada Anantari dan anak buah yang lainnya untuk melakukan perampokan di salah satu rumah warga Sanjaya. Malam hari tepat pada saat bulan purnama tiba, Anantari dan beberapa anak buah Brahma menuju ke daerah permukiman warga. Salah satu rumah target perampokan gagal dieksekusi dengan baik, alhasil Anantari dan anak buah Brahma segera kabur dengan cepat dari rumah tersebut, karena sang pemilik rumah berteriak meminta tolong. Dari kejauhan tampak ada seseorang berpakaian perwira berlari berlawanan arah dengan Anantari, yang tak diduga bahwa itu ayahnya. Anantari yang pada saat itu memakai topeng hitampun terus berlari tanpa menghiraukan perwira tersebut. Daerah selanjutnya sebagai target perampokan ialah di Daerah Ngestina. Disana merupakan daerah yang banyak berurusan dengan kerajaan Syailendra dikarenakan disana merupakan pusat pembuatan tembaga dan emas. Disana juga tempat tinggal Abimanyu sang putra mahkota kerajaan Sanjaya. Anantari dan anak buah yang lainnya diberikan tugas oleh Brahma untuk merampok tembaga dan emas yang akan dikirim ke Kerajaan Syailendra.
Siang hari pada saat yang bersamaan, Anantari dan anak buah Brahma menuju Ngastina. Mereka sudah membuat siasat untuk merampok kawalan pengirim emas dan tembaga di sebuah jembatan dekat hutan didaerah Ngastina. Tidak terasa lama, kawalan pengirim emas dan tembaga pun terlihat akan melewati jembatan. Anatari dan anak buah Brahma melakukan aksi perampokan. Tanpa disadari dari beberapa kawalan emas tersebut ada beberapa orang yang merupakan pasukan penjaga kerajaan Sanjaya. Anantari dan kelompoknya menyerang mereka, sampai akhirnya banyak yang kabur kembali ke kerajaan Sanjaya. Melihat pasukan kerajaan yang terluka, Abimanyu marah, ia memerintahkan para pasukan menangkap atau menyandra para bandit itu. Akhirnya para pasukan termasuk Perwira kerajaan pun bersiap siaga di setiap penjuru kerajaan apabila bandit itu datang dan merampok lagi.
Tak berselang lama, waktu pengiriman upeti ke Kerajaan Syailendra pun tiba, Abimanyu ikut serta dalam pengiriman upeti tersebut. Di tengah hutan, pasukan bandit Brahma dan Anantari tengah bersiap merampok upeti tersebut, akan tetapi, Abimanyu Sang putra mahkota mengajak Pasukan bandit untuk bertaruh melawan Abimanyu dalam duel memanah satu lawan satu. Apabila kalian menang, kalian akan saya berikan upeti tersebut, dan apabila kalian kalah, kalian harus menjadi bawahan dan prajurit Sanjaya sahut Abimanyu. Anantari lantas menjawab : " Baiklah, lawan aku satu lawan satu memanah, siapa yang kalah akan menepati janjinya". Duel memanah pun terjadi, tak terelakkan, di samping duel tersebut para pemanah juga diwajibkan meminum arak agar menguji kosentrasi mereka. Panah pertama, kedua, dan ketiga dari Abimanyu dan Anantari sukses mendarat sesuai target. Akan tetapi, pada saat panah ketiga, Anantari sudah mabuk, dan jatuh pingsan akibat minuman arak yang diminumnya. Lantas Abimanyu membawanya ke Kerajaan Sanjaya dan tidak jadi ikut mengirim upeti.
Kedipan mata terbuka, Anantari yang masih agak sedikit pusing kaget melihat dirinya sudah ada di dalam suatu ruangan yang belum ia ketahui sebelumnya, Ia mendengar alunan musik dari samping bilik tempat tidurnya, terlihat Abimanyu sedang memainkan kecapi miliknya, Lantas Anantari mendekatinya. Kau sudah bangun? tanya Abimanyu.. Ya, aku sudah bangun.. bisakah kau mengajariku memainkan kecapi itu? tanya Anantari. Kemarilah, jawab Abimanyu. Akhirnya Anantari duduk di pangkuan Abimanyu sambil memegang alat kecapi, Abimanyu memegang tangan Anatari untuk mengajari cara memainkan kecapi miliknya. Tangan yang halus dan mulus sebagai seorang bandit dan prajurit, kata Abimanyu. Biasa saja sahut Anantari. Abimanyu kaget melihat ada luka dibagian tangan Anantari, ia dengan cepat menyobek sedikit kain dari celana anantari untuk menutup luka ditangannya. Anantari lantas kaget dan hampir memukul Abimanyu yang sengaja menyobek celananya. Kenapa kau bertindak seperti itu? tanya Anantari, Maaf aku melihat luka di tanganmu dan aku berinisiatif untuk membalutnya dengan kain di celanamu? adakah masalah dengan itu? tanya Abimanyu. Tidak, aku cuma memiliki satu celana saja sahut Anantari.
Maukah kamu menjadi bagian dari pasukan kerajaan ku Anantari? tanya Abimanyu. Anantari sempat berfikir lama, ia masih bingung bagaimana ia bisa membalaskan dendamnya kepada Jendral Rahwana yangmana telah membunuh Ibunya. Tetapi, setelah berfikir panjang akhirnya Anantari mau menjadi bagian dari pasukan kerajaan Sanjaya. Paginya, Ia dan para pengikutnya kembali menghadap kepada Kepala bandit Brahma untuk memberi tahu kejadian yang sebenarnya dan Anantari juga mau keluar dari keanggotaan Bandit tersebut. Brahma sebagai kepala Bandit menyetujui apa yang menjadi keinginan Anantari, hanya saja ia berpesan agar Anantari bisa menjaga dan tidak membocorkan aliansi bandit dirinya. Lantas Anantari menyanggupinya dan ia pergi ke Sanjaya.
Setibanya di Sanjaya, Ia sudah di kawal oleh pasukan kerajaan untuk menghadap Abimanyu. Di sanalah Anatari bertemu kembali dengan Ayahandanya, Ki Joko Tayub yang mana ia sudah menjadi jendral di Kerajaan Sanjaya waktu itu. Setelah, menghadap Abimanyu, Anantari bersama prajurit lainnya menemui Jendral Ki Joko Tayub untuk dilatih dan dididik agar menjadi pasukan kerajaan. Waktu cepat berlalu, Abimanyu yang kala itu masih sebagai putra Mahkota kerajaan, kini ia sudah akan diangkat menjadi Raja Kerajaan Sanjaya. Dalam acara penobatan Raja, Abimanyu membacakan surat wasiat dan surat perintah Raja untuk membangun kerajaan menjadi lebih damai dan maju. Sejak saat itu, Abimanyu sah sebagai Raja kerajaan Sanjaya.