Prabu Arya yang mana telah sah menjadi Raja baru kerajaan kini ia memiliki satu pelayan setianya, yang bernama Sengkuni. Ia kemana saja mengawal Prabu Arya, baik dari bangun pagi sampai akan tidur malam, Sengkuni sebagai pelayan Raja baru yang sudah dipercaya oleh Prabu Arya.
Mahapatih Baturoja yang akan melakukan strategi dan siasatnya segera berkunjung ke kediaman Prabu Arya, ia masuk kedalam bilik kamarnya, lantas Sengkuni memberi tahu Prabu Arya. Sengkuni dipersilahkan keluar oleh Prabu Arya. Mahapatih Baturoja yang berada dikamar Prabu Arya menyatakan bahwa Prabu seharusnya segera memiliki seorang Permaisuri Kerajaan. Ia menawarkan agar anak perempuannya yang bernama Sri Hanasta bisa menjadi Selir Prabu Arya dan Permaisuri kerajaan nantinya dan bersanding dengan Prabu Arya. Mendengar perkataan itu, Prabu Arya menolak. Ia belum kepikiran akan memliki seorang selir ataupun seorang Permaisuri Kerajaan. Tak lama kemudian Ibu Prabu Arya pun datang ke bilik kamar Prabu Arya. Ia melihat Baturoja dengan muka sinis. Sedang apa kau berada disini? tanya Ratu Anjani. Aku sedang membicarakan masalah Selir Kerajaan kepada Prabu Arya, jawab Baturoja. Masalah itu biar aku saja yang mengurusnya, kau tak perlu repot - repot Baturoja, sahut Ratu Anjani. Lantas bagaimana menurutmu Ratu? tanya Baturoja. Nanti ada saatnya Kerajaan akan membuka sayembara pemilihan selir Raja, jadi kau tak perlu repot - repot mengurusi ini. Mendengar perkataan itu, Baturoja lantas pergi meninggalkan ruangan. Ratu Anjani berbincang dengan putranya Prabu Arya bahwa dirinya akan mrmbuat sayembara ke seluruh penjuru kerajaan untuk menampilkan selir - selir terbaik di setiap penjuru kerajaan untuk dijadikan selir Prabu Arya. Prabu Arya hanya mengangguk, ia menyetujui usulan Ibundanya itu.
Beberapa waktu kemudian, Kerajaan Syailendra akan melakukan perluasan wilayah ke tanah seberang, maka dari itu, bala tentaranya dipersiapkan sedemikian rupa, termasuk Anantari yang pada saat itu masih menjadi salah satu prajurit kerajaan. Prabu Arya meminta bantuan kepada seluruh pejabat dan bangsawan untuk mensukseskan perluasan wilayah kerajaan.
Dipihak Kerajaan Sanjaya, Raja Abimanyu beserta rombongannya akan melakukan perjalanan menuju Syailendra. Mereka akan memberikan upeti tahunan yang biasanya mereka kirimkan. Raja Abimanyu dikawal banyak prajuritnya termasuk pelayannya kaikesi. Dalam perjalanan, Raja Abimanyu memikirkan mengenai Anantari, Ia masih kepikiran terus menerus seperti halnya seseorang yang jatuh cinta. Tak lama kemudian, rombongan mereka datang di Kerajaan Syailendra, mereka memasuki kawasan tugu kerajaan yang telah disambut oleh pelayan Kerajaan. Raja Abimanyu melihat ke arah bala tentara kerajaan yang pada saat itu tengah berlatih. Ia melihat pasukannya Anantari juga ikut berlatih disana. Ia kemudian bertemu dengan Prabu Arya yang keluar dari bilik kediamannya. Oh wahai Abimanyu kemarilah!, lama tak berjumpa, kata Prabu Arya. Akhirnya Raja Abimanyu mendekati Prabu Arya dan mereka melakukan perbincangan mengenai Anantari.
Apakah Anantari masih kau perlukan wahai Prabu?, tanya Raja Abimanyu. Ya, dia masih saya perlukan untuk membantu kami memperluas wilayah kerajaan, sahut Prabu Arya. Bolehkah saya juga membantu Prabu dalam acara perluasan wilayah tersebut? Boleh dengan senang hati...
Waktu itu sudah malam tiba, Raja Abimanyu beserta pelayannya menuju ke basecamp tentara. Disana Ia ingin menemui Anantari. Dengan bergegas akhirnya mereka datang, Anantari yang sedang beristirahat kaget ketika Raja Abimanyu datang. Sontak suasana yang tadinya sepi kini sedikit ricuh akibat adanya Raja Abimanyu. Raja Abimanyu memegang tangan Anantari menriknya keluar dari basecamp untuk berbincang. Wahai Raja Abimanyu, mau dibawa kemana saya ini?, tanya Anantari. Kemarilah saya ingin berbicara sebentar denganmu Anantari.
Setelah mereka berdua keluar dari basecamp tentara, mereka akhirnya berbincang yang pada intinya Raja Abimanyu menginginkan Anantari kembali mengabdi kepada Kerajaan Sanjaya. Akan tetapi Anantari menolak, dirinya akan kembali setelah apa yang dia inginkan tercapai. Mendengar perkataan Anantari Raja Abimanyu bersedih karena dia kehilangan sosok prajurit yang sangat diseganinya itu. Setelah beberapa saat, aksi perluasan wilayah pun dimulai, setiap anggota dan beberapa kelompok tentara sudah bersiap menuju ke medan pertempuran tak terkecuali Anantari. Melihat rombongan akan berangkat, Prabu Arya mengingkatkan bahwasannya setelah kegiatan perluasan wilayah berakhir maka akan diadakannya pemilihan selir oleh Ratu Anjani sebagai ibunya.
Malam harinya pasukan dari daerah seberang sudah bersiap siaga, pasukan Kerajaan Syailendra pun masuk menerobos wilayah musuh, suara pedang dan panah sangat membuat suasana menjadi ramai. Pertempuran antar pasukan terjadi. Anantari yang saat itu sebagai pasukan pemanah, ia sangat berhati - hati dan fokus untuk memanah musuh dari atas bukit. Para tentara yang lainnya bertarung di medan tempur paling depan menyerbu tentara pasukan seberang. Tak lama kemudian, setelah akhirnya mereka dapat mengalahkan wilayah seberang tersebut. Rombongan mereka akhirnya kembali ke Syailendra.
Rombongan mereka disambut dengan senang dan gembira oleh seluruh orang yang berada di Kerajaan. Tak lama kemudian, Prabu Arya keluar dan memberikan sambutan kepada mereka semua. Mereka dipersilahkan beristirahat dan menikmati masa cuti mereka semua, termasuk Anantari. Setelah itu, Ratu Anjani mendekati Prabu Arya dan membisikkan bahwa pemilihan selir kerajaan akan segera dibuka. Akhirnya surat pembukaan pemilihan selir kerajaan pun dibuat oleh Prabu Arya beserta diberi cap Kerajaan. Surat edaran tersebut resmi di sebar ke seluruh penjuru kerajaan. Melihat hal tersebut, seluruh penjuru kerajaan menyiapkan para selir terbaik mereka. Tak luput Anantari yang merupakan seorang perempuan, dalam batinnya ini merupakan langkah awal untuk bisa membalaskan kematian orang tuanya. Ia berencana akan menunjukkan siapakah sebenarnya dirinya dan akan mengikuti acara pemilihan selir kerajaan.
Rencana tersebut ia akan lakukan dengan bantuan Raja Abimanyu dari Sanjaya. Anantari kembali ke Sanjaya untuk menemui Raja Abimanyu disana. Ia akhirnya menunjukkan siapa dirinya sebenarnya kepada Raja Abimanyu. Dengan mata terbelalak, Raja Sanjaya Abamanyu setengah tidak sadar kaget melihat Anantari yang sebenarnya perempuan dan dirinya membuka identitas aslinya itu. Ia sempat berfikir benar mengenai Anantari dulu yangmana mereka pernah bertemu sebelumnya dan ia berfikir bahwa Anantari mirip seorang wanita.
Tak butuh banyak waktu, Anantari yang telah membuka identitas aslinya itu meminta bantuan Raja Abimanyu untuk mengikutsertakan dirinya dalam ajang pemilihan selir kerajaan Syailendra dengan alasan bahwa dirinya akan membalaskan dendam kematian orang tuanya. Mendengar permintaan Anantari itu, akhirnya Raja Sanjaya Abimanyu menyetujui permintaan Anantari meskipun ia sendiri aslinya tidak setuju karena ia mencintai Anantari. Ia melihat Anantari dengan penuh harapan, ia bertanya kepada Anantari dengan keseriusan. Anantari, maaf atas kelancangan saya, tetapi apakah kamu tidak memiliki rasa apa - apa terhadap saya? tanya Raja Abimanyu. Dengan malu Anantari menjawab bahwa dirinya juga menyukai Raja Abimanyu tetapi ia sadar bahwa dirinya sudah banyak ditolong oleh Raja Abimanyu dan dirinya sadar bahwa dirinya bukanlah siapa - siapa yang pantas bersanding dengan seorang Raja. Mendengar perkataan itu, Raja Abimanyu merasa kesal karena Amantari melihat status sosial mereka yang jauh berbeda. Ia berkata kepada Anantari bahwasannya dirinya sudah menyukai dan mencintainya pada saat mereka awal bertemu. Bahkan dirinya sempat gila karena merasa menyukai seorang laki - laki. Mendengar perkataan itu, Anantari tersenyum dan meminta maaf atas penyamaran yang dilakukannya dahulu dikarenakan adanya niat balas dendam yang Anantari harus lakukan. Suasana malam itu sangat sepi hanya mereka berdua di dalam kamar Raja Abimanyu. Tak lama karena mereka sama - sama mencintai dan menyukai satu sama lain akhirnya tanpa sadar mereka melakukan hubungan badan.
Pagi harinya, Anantari yang kaget setengah sadar karena dirinya dan Raja Abimanyu yang berada di atas kasur yang sama dan dirinya yang tanpa busana. Dengan bergegas Anantari segera memakai pakaiannya itu, sementara Raja Abimanyu masih terlelap tidur.
Dipihak Syailendra, Baturoja yang kini bersiap mempersiapkan anak perempuannya yang telah datang dari kampung halamannya. Ia menyuruh pelayan kerajaan merias wajah anaknya itu agar nantinya Prabu Arya tertarik dan menjadikannya selir maupun permaisurinya kelak. Pada saat bersamaan Baturoja mengunjungi bilik Prabu Arya bahwasannya dirinya akan menunjukkan anak perempuannya ke hadapan Prabu nanti siang. Prabu Arya diharap bersedia melihat dan berkenalan dengan putrinya Sri Hanasta.
Siang itu Prabu Arya yang didampingi ibunya Ratu Anjani beserta para pelayan lainnya sudah berada di depan teras Kerajaan, mereka sudah bersiap menyambut putri dari Mahapatih Baturoja. Terlihat dari kejauhan kereta yang membawa tenda pun datang bersama Mahapatih Baturoja dan Jendral Rahwana. Akhirnya setelah tenda itu berhenti, Mahapatih Baturoja mempersilahkan putrinya itu untuk keluar dan memberikan salam kepada Prabu Arya. Sri hanasta akhirnya keluar, dengan wajah ditutupi rias dan gemerlap penutup wajah, ia menuju kehadapan Prabu Arya seraya memperkenalkan diri. Perkenalkan Nama saya Sri Hanasta, senang bertemu denganmu Prabu Arya, ucap putri Baturoja itu. Sambil tersenyum dan mendekat, Prabu Arya membisikkan ditelinga Sri Hanasta bahwasannya dirinya tidak akan pernah menjadi Permaisuri di kerajaan ini, Ratu Anjani yang melihat hal itu takut apabila anaknya akan diguna - guna oleh Baturoja sehingga ia menasehati anaknya ketika anaknya sudah kembali berada disamping dirinya. Dengan tatapan kesal, Sri Hanasta bergumam didalam mulutnya ia bersumpah akan menjadikan Prabu Arya menyesal dengan apa yang telah ia ucapkan. Ia kembali ke tenda dengan tatapan marah. Ia memiliki dendam untuk mendapatkan kekuasan kerajaan setelah dirinya menjadi selir ataupun permaisuri Prabu. Ia berfikir keras agar diringa bisa menjadi Permaisuri kerajaan.
Disatu sisi setelah momen perkenalan terlaksana, Prabu Arya mencari Anantari, ia kira Anantari masih berada di Syailendra, akan tetapi ia sedih ketika mengetahui Anantari sudah kembali ke Sanjaya. Ratu Anjani akhirnya mulai berbicara kepada Prabu Arya, besuk saatnya penerimaan para selir dari berbagai kerajaan dibawah naungan Syailendra untung ditampung di Kerajaan. Mereka akan di lakukan tes baik tes fisik maupun pengetahuannya mengenai cara mengurus kerajaan dan cara menjadi seorang pendaming Prabu atau Raja.
Di pihak Sanjaya, akhirnya Anantari sudah merias dirinya, ia sudah siap berangkat ke Syailendra. Raja Abimanyu yang melihat hal itu bersedih, karena Anantari ialah orang yang ia cintai dan ia sayangi harus meninggalkan dirinya. Tetapi karena mempertimbangkan alasan Anantari yang ia ceritakan sebelumnya, ia akhirnya ikhlas Anantari pergi. Hari itu Anantari dikawal beberapa pengawal kerajaan Sanjaya menuju Kerajaan Syailendra. Raja Abimanyu hanya bisa bersedih melihat orang yang dicintainya pergi meninghalkan dirinya.
Para selir dari berbagai daerahpun datang di Syailendra. Salah satunya ialah Sri Hanasta yang merupakan putri dari Mahapatih Baturoja. Ia lebih dihormati dari banyak selir dikarenakan posisinya yang sudah bisa dibilang ia selir dari Prabu Arya meskipun Prabu Arya tidak menyukai dirinya. Ratu Anjani beserta pelayannya menyambut para selir dari berbagai daerah. Tak lama rombongan selir Anantari pun datang juga. Mereka langsung menuju ke aula pertemuan. Disana sudah banyak sekali selir - selir dari berbagai penjuru. Itu merupakan momen - momen pertama kali Anantari melihat Sri Hanasta yang berlagak sombong dan lebih mengatur dikarenakan posisinya yang sudah selir dari Prabu, tetapi hal itu tidak mengecilkan niat Anantari untuk terus maju.