Ki Anantari

Deni Krismantoro
Chapter #3

Perang didalam Kerajaan

Setelah 9 bulan waktu berlalu, akhirnya tiba saatnya bagi Selir Sri Hanasta untuk melahirkan seorang bayi. Waktu itu ia berpura - pura memakai alat bantu pengembang perutnya, sehingga setiap orang yang melihatnya benar - benar tertipu kalau dia itu hamil. Malam harinya, ia memanggil seseorang pelayan untuk membawakan seorang bidan untuk membantunya dalam proses persalinan. Hal itu ia lakukan agar semua strateginya berjalan mulus dan lancar.

Akhirnya datanglah seorang bidan yang dibawa oleh pelayannya kedalam kamar. Disana Mahapatih Baturoja dan Jendral Rahwana sudah berjaga - jaga melindungi bilik kamar persalinan Selir Sri Hanasta. Mereka berdua sudah mengetahui rencana selir Sri Hanasta. Tak lama suara bayi terdengar, rupanya anak itu merupakan anak curian dari kuil dulu. Baturoja dan Jendral Rahwana segera masuk ke dalam kamar. Ia memastikan bayi itu tidak terjadi apa - apa. Cairan merah mirip seperti darah sudah mereka siapkan di tempat itu. Jadi kejadian itu terlihat asli.

Tak lama, Ratu Anjani, Prabu Arya, Selir Ki Anantari datang ke kediaman Selir Sri Hanasta untuk memastikan persalinan itu. Mereka melihat seorang bayi laki - laki sudah berada diluar dan mereka melihat banyak darah. Melihat bayi itu terus menangis di gendong oleh Baturoja, lalu bayi itu di berikan di samping selir Sri Hanasta tetapi bayi itu tetap menangis. Selir Ki Anantari merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat bayi laki - laki itu. Ia merasakan bahwa bayi itu ada hubungan batin dengannya. Tetapi ia segera melupakan itu dan ia terbayang bayinya yang berada di kuil. Ia sedih dan terbayang - bayang bayinya itu.

Tak lama setelah itu, Selir Sri Hanasta memberi nama anak itu bernama " Bintang " . Nama yang bagus, sahut Baturoja. Ia menginginkan nantinya Bintang bisa menjadi putra Mahkota Kerajaan. Tetapi sebelum ia mendapatkan jawabannya, Prabu Arya meninggalkan tempat persalinan itu, disusul oleh ibunya Ratu Anjani dan Selir Ki Anantari. Baturoja tertawa terbahak - bahak melihat mereka pergi.

Pagi itu, utusan dua orang Raja Abimanyu tiba juga di Kerajaan Sanjaya. Mereka segera menemui Raja Abimanyu untuk menginformasikan apa yang telah mereka peroleh. Raja Abimanyu mendengarkan dengan seksama apa yang kedua utusan itu bicarakan. Namun Raja Abimanyu sedih ketika mendengar bahwa Anantari benar - benar telah menjadi Selir disana.

Setelah beberapa waktu kemudian, Selir Ki Anantari akan melakukan pembalasan dendam untuk membunuh Prabu Arya karena dulu telah membunuh Ayahnya Jendral Ki Joko. Dirinya merencanakan dengan langsung membunuh menggunakan pisau. Pada malam itu, ia diam - diam menyelinap ke dalam bilik Prabu Arya. Tanpa sepengetahuan pelayan Prabu, ia dengan mulusnya masuk kedalam. Sampai didepan pintu kamar tidur Prabu, ternyata sengkuni sebagai pelayan Prabu tiba-tiba muncul dari arah yang tidak terduga. Selir Ki Anantari yang melihat kejadian itu lantas kaget, dan mengurungkan niatnya untuk membunuh Prabu Arya. Ia kemudian pergi dan mencari kesempatan lain.

Saat itu, ada kesempatan dimana waktu Prabu akan makan siang. Pelayan yang akan membawakan makanan ke dalam bilik Prabu ia tahan dan disuruhnya pergi. Dirinyalah yang akan mengantarkan makanan itu. Melihat Selir Ki Anantari yang masuk kedalam bilik Prabu Arya, Sengkuni kaget, ia memberitahu Prabu Arya bahwa selir Ki Anantari datang dan membawakan perjamuan makan siang dirinya. Prabu Arya dengan senang langsung menyuruh sengkuni untuk membawanya masuk. Tak lama Selir Ki Anantari masuk membawakan beberapa makanan menu sajian untuk Prabu Arya. Ketika Sengkuni akan mulai mencoba makanan itu untuk memastikan makanan itu aman tanpa adanya racun, dengan cepat Prabu Arya memberhentikan dan menyuruh Sengkuni untuk tidak melakukan hal tersebut. Prabu Arya dengan tersenyum menyuruh Selir Ki Anantari yang melakukan itu, dengan wajah terheran - heran Sengkuni langsung berhenti dan memberikan sendoknya ke Selir Ki Anantari. Dengan tersenyum Selir Ki Anantari segera mencicipi masakan itu, dan ia berkata bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi Prabu. Prabu Arya masih tersenyum bahagia melihat kecantikan Anantari, ia akhirnya menyuruh pelayannya Sengkuni untuk pergi meninggalkan mereka berdua dikamar.

Tak lama akhirnya Sengkuni pergi keluar kediaman Prabu, kini tinggallah berdua saja. Selir Ki Anantari yang melihat Prabu Arya lahap memakan masakannya itu, ia segera mengambil kesempatan itu untuk menghabisi Prabu Arya. Kali ini dirinya tidak memakai pisau, melainkan memakai besi panjang yang ia gunakan sebagai pengikat rambutnya itu. Ia mengambil besi itu dengan penuh hati - hati, dirinya merasa kurang percaya diri. Dengan hati yang berdegup kencang yangmana posisi diringa berada dibelakang Prabu Arya, ia sudah bersiap untuk membunuh Prabu Arya. Entah karena apa, ketika Anantari akan melesakkan besi itu ke Prabu Arya, tangannya tidak bisa digerakkan, dengan kekuatan sepenuh raga ia keluarkan agar besi itu bisa membunuh Prabu tetapi tetap tidak bisa. Dirinya merasa badannya tidak bisa digerakkan. Prabu Arya yang seketika melihat kebelakang lantas kaget sampai - sampai makanan yang dihadapannya ia jatuhkan. Apa yang kau lakukan Anantari? tanya Prabu dengan rasa ketakutan dan rasa kagetnya. Aku akan membalaskan dendam Ayahanda ku ke Prabu, Prabu kau harus mati ditanganku, jawab Ki Anatari dengan keras. Prabu Arya pun bertanya lagi, salah apakah diriku sehingga dirimu sampai akan membunuh Aku Anantari? . Kau telah membunuh Ayahku, Jendral Ki di Sanjaya dulu Prabu. Kau tak memiliki perasaan, kau tak mengerti perasaanku, kau pembunuh, dengan suara yang keras dan mata berkaca - kaca Anantari masih mengacungkan besi itu.

Prabu Arya yang mendengar perkataan Anantari lantas kaget setengah mati, ketika mengetahui bahwa Jendral Ki Joko Tayub adalah Ayah Anantari. Dirinya merasa terpukul, dan ketakutan. Dirinya memohon ampunan kepada Anantari. Anantari yang saat itu menangis sejadi - jadinya ia segera pergi keluar meninggalkan Prabu Arya disana. Lantas Prabu Arya sampai terengah napasnya karena kaget mendengar apa yang diketahui oleh Anantari. Ia segera memanggil Sengkuni pelayannya untuk segera membawakan minuman penenang. Setiap kali Prabu Arya mengalamai masalah yang membuat dirinya ketakutan dan nafasnya tersengal ia selalu meminta Sengkuni membawakan obat minuman penenang.

Setelah tak lama Sengkuni datang, ia membawa kendi berisi obat minuman penenang. Sengkuni segera menuangkan ke gelas dan Prabu Arya segera meminumnya, ia masih tak percaya apa yang ia dengar itu, sambil nafas tersengal dan badannya yang lemas ia tetap meminum obat itu.

Anantari yang akhirnya bisa keluar itu segera kembali ke kediamannya, dengan menangis dan tak kuasa menahan dendamnya itu. Tak lama kemudian datang seorang pelayan ke bilik Anantari dan memberitahukan bahwa Selir Ki Anantari kedatangan seorang tamu. Anantari yang mendengar itu langsung segera membasuh mukanya itu, dan menghilangkan rasa sedihnya. Ia segera menyuruh pelayan itu membawa tamu itu ke dalam. Tak lama, datang juga tamu itu, ternyata selir Dewi yang dulu pernah berteman dengan Selir Ki Anantari. Dirinya dengan senang bertemu Selir Ki disana. Ia meminta kepada Selir Ki bahwa dirinya akan menginap beberapa malam di Kerajaan Syailendra lagi dan menemani selir Ki disana.

Selir Ki Anantari yang saat itu masih merasa sedih karena dirinya belum bisa membalaskan dendam Ayahnya, ia bercerita kepada selir Dewi. Selir Dewi mendengarkan keluhan selir Ki Anantari. Selir Dewi segera menyadarkan Selir Ki Anantari bahwa dirinya jangan sampai membalaskan dendam Ayahnya. Dikarenakan itu akan membawa malapetaka bagi dirinya kelak, karena telah membunuh seorang utusan dewata. Mendengar nasihat tersebut selir Ki Anantari hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya.

Tak lama kemudian, Prabu Arya terbangun dari lelapnya tidur, Ia merasakan kepalanya mulai sakit akibat obat penenang yang ia minum itu. Dan akhirnya setelah ia sadar, ia kembali mengingat perkataan Anantari yang menusuk hatinya itu. Ia pusing, dan akhirnya dirinya berencana memberanikan diri menemui Selir Ki Anantari untuk memohon ampunan. Ia segera bersiap memakai pakaian kerajaan dan segera berangkat ke kediaman selir Ki Anantari bersama pelayannya Sengkuni. Tibalah mereka di depan pintu masuk kediaman selir Ki Anantari, sengkuni menuju ke depan untuk mengetuk pintu dan memberi tahu selir Ki Anantari bahwa Prabu Arya datang. Akhirnya Selir Ki mempersilahkan masuk Prabu Arya, sedangkan selir Dewi keluar ruangan.

Tak lama setelah itu Prabu Arya datang dengan hati yang amat gelisah, dirinya merasa dihantui rasa yang amat bersalah. Setelah tiba dihadapan Selir Ki Anantari dirinya memohon ampun kepada Selir Ki atas perbuatannya dahulu, ia tidak mengetahui bahwa Jendral Ki Joko adalah Ayah dari Selir Ki Anantari. Dengan bersedih dan menangis akhirnya Selir Ki memeluk Prabu Arya dan memaafkan dirinya. Prabu Arya pun turut memeluk Selir Ki Anantari dengan erat. Dirinya berjanji akan menebus kesalahannya dengan membahagiakan Selir Ki Anantari kelak.

Tiba - tiba sore haripun tiba, Adipati Panji dan kian tarub mendatangi kediaman Prabu Arya untuk membahas lebih lanjut startegi menyingkirkan Mahapatih Baturoja. Mereka secara diam - diam menyusun rencana untuk membunuh semua keluarga Baturoja yang jahat itu. Sampai pada tengah malam akhirnya diputuskanlah suatu strategi dan disepakatilah suatu cara yangmana pada malam sura nantinya akan dilakukan pemberontakan dikerajaan yang bertujuan untuk membunuh Baturoja. Lantas setelah itu mereka, Adipati Panji dan kian Tarub dengan segera meninggalkan kediaman Prabu Arya.

Sementara dipihak Baturoja, dirinya masih terlena dengan adanya cucu atau anak dari Selir Sri Hanasta. Ia mengira bahwa Prabu Arya akan segera menikahi putrinya itu dikarenakan Prabu Arya sudah memiliki anak dari Selir Sri Hanasta. Ia setiap hari selalu datang ke kediaman Selir Sri Hanasta untuk melihat cucunya itu yang bernama bintang, bersama jendral Rahwana.

Lihat selengkapnya