Tak....... Tak.
Dia datang!
Gemetaran, Jamila menapakkan kaki telanjangnya ke ruang kerja yang berantakan; robekan kertas, gulungan tak berbentuk, bekas rautan pensil, dan buku yang seakan sudah menjadi perabotan tetap di tempatnya berada. Punggung Jamila melengkung, saat membungkukkan diri di depan meja komputer yang masih menyala. Hanya ada halaman kosong di layarnya, yang beberapa hari ini sinarnya terlihat seperti mengejek kebuntuan otak Jamila. Padahal setiap hari ia sudah menghabiskan tiga jam sebelum subuh berkonsentrasi, berharap ada suatu keajaiban yang menggerakkan jemarinya. Tentu saja jawabannya, tidak mungkin. Ia adalah penulis. Ia tahu tak ada karya yang terlahir dari sihir.
Tak....... Tak.