Kila & Meri

Barkah Azhari
Chapter #2

2 | SEPATU KILA MENGHILANG

Ilustrasi 2:

Kila duduk cemberut dengan sebuah tas di punggungnya. Ia sangat kesal dan sedih karena kehilangan sepatu. Saat ini, Kila sedang menunggu teman-teman dan Ibu Guru yang sedang mencari sepatunya di seluruh area sekolah.

 

 

2 | SEPATU KILA MENGHILANG

 

Kila sangat suka dengan sekolah dan teman-teman barunya. Namun, perasaan senangnya harus berubah ketika sepulang sekolah, sepatu Kila tidak ada di tempatnya. Kila terdiam seperti patung. Memandangi rak sepatu di depan kelas. Anak-anak dari kelasnya dan anak-anak dari kelas sebelah berhamburan ke halaman. Bel jam pulang sekolah sudah membuat semua anak sibuk dengan hal masing-masing. Teman-temannya, sudah berlarian ke halaman. Tempat untuk main ayunan, main prosotan, sambil menunggu orang tua masing-masing datang menjemput. Tapi tidak untuk Kila. Dirinya hanya berkacak pinggang di depan rak sepatu dan memutar badannya ke kiri dan kanan. Matanya, menyorot seluruh tempat yang bisa dipandang.

“Kila, ayo ke sini!” Aya berseru dengan tubuh berayun-melesat maju. “Kamu harus coba ayunan ini!”

 Kila hanya menggeleng pelan kepada Aya. Llihatlah, taman bermain itu berada tepat di depan kelas. Lalu ada bangunan lain di seberang kelas. Bangunan itu, seperti sebuah rumah yang terpisah dari bangunan sekolah. Kila tahu, tadi Ibu Guru masuk ke salah satu pintu di rumah itu. Tapi Kila masih ragu untuk mengetuk pintu itu. Ia malu dan enggan, kalau harus berlari menyeberang taman bermain tanpa sepatu. Lagi pula, ini kan hari pertamaku sekolah, aku malu. Begitu menurutnya.

Maka, Kila tetap berdiri dengan sebuah tas menggantung di pundaknya.

Sampai akhirnya… Tiba-tiba saja, suara napas Kila semakin cepat. Dadanya naik-turun. Cepat sekali napasnya. Tak ada yang tahu apa yang akan segera terjadi. Seperti hujan yang turun di terik siang.... mendadak Kila berteriak sambil berdiri. Semua teman-temannya menoleh ke arahnya. Kila menangis. Tangisan Kila pecah. Dirinya tak kuat memikirkan ke mana sepatunya hilang?

Kila malu, kalau harus berjalan tanpa sepatu. Kila takut, kalau harus bertanya kepada teman-temannya. Kila juga segan, untuk bertanya kepada Ibu Guru. Kila tak tahu ke mana perginya sepatu miliknya. Kila tak tahu harus bagimana…. Dan, untuk semua situasi rumit itu, menangis adalah yang paling mudah yang bisa Kila lakukan. Kila menangis sambil berdiri. Sesekali ia berteriak panjang sekali….

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”

Sebentar kemudian, teman-teman Kila sudah mengerumuni tempat Kila berdiri, mirip gerombolan laron menyerbu lampu. Tak ada yang tahu mengapa Kila menangis. Akan tetapi, teman-teman Kila tampak ingin tahu.

“Ibu Guru...! Kila nangis...!” Aya berteriak sambil berlari ke arah rumah di seberang kelas. Tak lama kemudian, Ibu Guru berjalan cepat menuju ke tempat Kila berdiri. Aya sampai menarik-narik tangan Ibu Guru, agar lebih cepat sampai.

Lihat selengkapnya