Terlambat bukan hal yang baru lagi bagi Rena Dianata. Ia berjalan masuk secara mengendap-endap agar dosen yang kini tengah menulis di white bord tidak melihatnya. Setelah menemukan kursi kosong, Rena pun segera meletakkan pantatnya di sana. Ia beruntung memiliki sahabat sebaik Kayra yang selalu ada saat dibutuhkan.
"Jangan lupa satu mangkuk mie ayam," pinta Kayra sebagai imbalan atas tempat duduk yang sudah ia bookingkan untuk Rena.
Rena mengangkat tangan kanannya dan membentuk huruf 'O' dengan telunjuk dan jempolnya sebagai tanda persetujuan.
"Sudah masuk dari tadi, ya?" bisik Rena pada Kayra, sembari membuka buku catatannya.
"Kamu telat hampir satu sks, Ren," jawab Kayra.
Rena terkikik geli kemudian menarik catatan Kayra sedikit mendekat ke arahnya agar dapat ia contek. Kayra pun sudah biasa dengan hal itu. Ia membiarkan Rena berbuat sesukanya, asal tidak menimbulkan masalah untuknya.
Dan seperti yang sudah dijanjikan, saat jam istirahat Rena kembali harus mentraktir Kayra makan seporsi mie ayam ditambah es teh. Mungkin ini sudah ketiga kalinya untuk minggu ini.
"Ren, masih nyari lowongan pekerjaan part time, nggak?" tanya Kayra.
Rena lebih dulu menyuapkan mie ke dalam mulutnya sebelum mengangguk.
"Om aku ada. Jadi penjaga toko kalau kamu mau," tawar Kayra.
"Eh? Serius? Boleh deh, boleh. Ada shift buat anak kuliahan, kan?" tanya Rena antusias.
"Ada. Tapi kalau weekend kamu harus masuk siang sebagai gantinya. Gajinya lumayan kok. Sesuai UMR lah," jawab Kayra.
Rena mengangguk kemudian menjabat tangan Kayra sebagai tanda persetujuannya.
"Kalau gitu nanti pulang kuliah aku ajak kamu ke sana," ajak Kayra yang kembali diangguki oleh Rena.
Rena merupakan orang yang cukup beruntung. Yang ia ingat, otaknya sedang-sedang saja. Tidak terlalu pintar, namun juga tak layak dikatakan bodoh. Namun keberuntungan berpihak padanya. Ia adalah salah satu orang yang beruntung, karena bisa mendapat beasiswa di universitas tempatnya mengenyam pendidikan kini. Namun, karena universitas ini terletak di kota yang berbeda dengan tempat tinggal aslinya, Rena pun harus merantau. Ia tinggal di sebuah kos-kosan sederhana. Kamarnya hanya berukuran sembilan meter persegi, ditambah dengan sebuah kamar mandi dalam yang sederhana.
Rena bukan anak yang manja. Ia selalu menerima berapapun uang yang orang tuanya kirimkan tanpa banyak protes. Dan sebenarnya uang itu cukup jika hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, Rena ingin belajar mandiri. Ini adalah kesempatan emas untuknya, mumpung ia sedang berada jauh dari keluarganya. Dan untung saja ia bertemu dengan Kayra. Bisa dikatakan, mereka sudah cocok sejak pertemuan pertama. Kayra ini tak jauh beda dari Rena. Hanya saja ia lebih rajin dalam belajar dan soal ketepatan waktu.
*
"Ini teman kamu yang mau kerja di sini, Kay?" tanya Pak Bimo, Om Kayra sekaligus pemilik toko tempat Rena melamar kerja.