"Haha, kalau aku sih lebih suka puding rasa coklat, lebih manis tahu." Perempuannya berkata. Meski bagi Eza, puding rasa strawberry lebih manis dari pada coklat, tetapi tetap saja perempuannya lebih manis dari apapun.
Gula dan madu lewat.
"Enggak, yang lebih manis itu puding rasa strawberry, sayang." Ia berkata. Ingin memperpanjang perdebatan tak penting, yang membuat hubungannya dengan Eva kian menghangat.
"Kamu selalu menang, Za." Eva berkomentar. Sekarang, perempuannya yang tak mau memperpanjang perdebatan. Ia mulai menyuapkan satu sendok puding ke dalam mulutnya. Eza melakukan hal yang sama. Selama beberapa menit mereka berdua hanya saling diam, pandanganya lurus ke depan.
Cafe yang menggunakan kayu sebagai dindingnya adalah tempat favorit keduanya. Jika Eva malas masak, atau Eza sedang ingin mencari udara, keduanya selalu mendatangi tempat itu.
Saat itu kota Bandung tengah berada pada musim penghujan. Sudut mata Eza bisa melihat tangan Eva yang tengah membenarkan jaket yang dipakainya.
Perempuannya, sangat sensitif dengan udara dingin.
"Kamu mau pake jaket aku, Va?" Eza menawarkan jaket yang tengah dipakainya. Eva menoleh sebentar sebelum akhirnya mengelengkan kepalanya. Selalu begitu. Selalu tak mau menerima bantuanya.
Tahu Eva tengah kedinginan. Tangan Eza mengusap lembut tangan Eva. Eva menoleh lagi, kini tersenyum.
"Kadang aku selalu mikir, kenapa Tuhan ngasih aku orang sebaik kamu." Eva bergumam. Namun, bagi Eza kalimat itu bukan hanya sekedar gumaman, itu seperti pertanyaan yang harus ia jawab.
"Karena kamu juga baik, Va."
"Enggak, Za." Eva mengelengkan kepalanya. Matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku gak sebaik itu,"
"Aku juga gak sebaik yang kamu pikirin."
Tangan Eva terulur untuk mengusap pipi Eza. "Tapi di dunia ini cuman kamu satu-satunya orang yang ngerti aku."
"Ada banyak orang yang bisa ngertiin kamu, Va. Tapi Tuhan pengennya aku yang dipertemukan sama kamu." Eza menjeda ucapannya. Dibawalah tangan kecil Eva yang masih mengusap pipinya. "Jangan pernah mempertanyakan apapun yang udah terjadi Va. Itu namanya takdir, takdir selalu baik."