Sebuah mobil yang dikendarai Rudi seorang manager perusahaan mobil yang cukup ternama di tahun itu, Pria paruh baya yang memakai kacamata tebal dengan rambut rapi berwarna hitam dengan sedikit uban dan berusia 47 tahun memandangi sebuah tempat tinggal yang dulu adalah rumahnya yang saat ini sudah menjadi milik orang lain, Dia ingat dulu ayahnya menjual rumahnya setelah sering sakit-sakitan akibat menghisap banyak asap akibat peristiwa kebakaran pabrik ditempat ayahnya bekerja untuk biaya pengobatan, Diapun teringat kembali dengan kejadian sekitar Dua Puluh Lima tahun yang lalu setelah tragedi mei 1998 dimana banyak orang kehilangan orang-orang yang disayanginya ada yang pulang tanpa nama, alias meninggal dunia, ada yang terluka dan cacat bahkan ada juga yang hilang tanpa jejak, termasuk dirinya Rudi pernah mengalami peristiwa itu. Rudi masih memandangi Rumah yang pernah menjadi tempat tinggalnya puluhan tahun yang lalu seakan kejadian itu baru saja terjadi kemarin Rudi tanpa sadar terbawa suasana Palembang di tahun 1998 dimana saat itu awal mulai Demo Mahasiswa di setiap pelosok daerah tidak kecuali di Palembang.
Di pagi yang cerah, sinar matahari menyapu jalan-jalan kota Palembang yang mulai ramai dan terlihat penduduknya berlalu lalang. Suara klakson dan kerumunan manusia yang bergegas ke tempat kerja mengisi udara. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, terdapat sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal keluarga Suryadi. Pak Suryadi, seorang pria paruh baya berusia 45 tahun yang teguh dan berhati baik, adalah tulang punggung keluarga tersebut. Dia bekerja sebagai buruh pabrik plastik dengan upah yang pas-pasan, tetapi dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk istrinya terlihat sore itu dia menuju pulang kerumahnya dengan mengendarai sepeda motor lamanya, Ratna adalah Istri Pak Suryadi, dan dua anak mereka, Rudi dan Maya. Ratna adalah seorang ibu rumah tangga yang penuh cinta dan kehangatan. Dia mengatur rumah dengan cermat, menjaga keharmonisan keluarga dan mengatur pengeluaran dengan bijaksana. Meskipun hidup mereka sederhana, keluarga Suryadi selalu merasa beruntung memiliki satu sama lain. Rudi, anak sulung mereka, adalah seorang remaja yang cerdas dan bersemangat. Dia bercita-cita menjadi Sarjana Teknik Mesin yang sukses dimasa depan, dan setiap malam, dia belajar dengan tekun di sudut kamarnya, berharap dapat mengubah nasib keluarganya melalui pendidikan. Maya, adik Rudi, adalah gadis muda yang ceria dan berbakat. Dia sedang mengejar impian menjadi seorang penulis. Maya mencurahkan waktunya untuk menulis cerita pendek yang indah, yang menjadi pelarian darinya dari kehidupan sehari-hari yang kadang-kadang membebani.
Sebuah Rumah yang sederhana lengkap dengan tiga kamar yang cukup rapi dan bersih tampak membuat keluarga yang tinggal didalamnya sangat betah dan nyaman dilengkapi dengan beberapa meja ruang tamu yang sederhana dan beberapa foto anggota keluarga, Ketika Sore menjelang malam sebuah motor yang sederhana memasuki perkarangan rumah pukul enam sore dimana saat terdengar suara ketukan pintu menandakan kepala rumah tangga pulang kerja.
"Ayah Pulang," ucap Pria paruh Baya yang bernama Pak Suryadi.
"Ayah Sudah Pulang?" tanya Istrinya yang bernama Ratna.
"Sudah Bu, Dimana anak-anak kita?" tanya Pak Suryadi balik.
"Ada dikamar mereka masing-masing yah," jawab Istrinya Ratna.
"Ayah Liat anak-anak dulu ya bu?" ucap Pak Suryadi sambil menuju ke kamar anaknya.
"Ayah tidak makan dulu?" tanya Istrinya.
"Nanti Bu sama anak-anak siapkan saja untuk makan malam," jawab Pak Suryadi.
Pak Suryadi bergegas mengecek Kamar anak-anaknya satu persatu walaupun badannya terasa lelah setelah bekerja dari pagi hingga sore tak membuat Pak Suryadi merasakan kelelahannya.
"Rudi kamu lagi ngapain Nak?" tanya ayahnya Suryadi menghampiri anaknya yang sedang menulis tugas.
"Ayah sudah pulang, lagi buat tugas kuliah yah, ini tugas kuliah terakhir Rudi karena sebentar lagi kan hampir semua mata kuliah selesai setelah itu Skripsi yah," jawab Anaknya Rudi.
"Baguslah Nak tidak terasa sebentar lagi kamu akan Skripsi, Ayah mendoakan yang terbaik untuk kamu Nak semoga cepat lulus ayah akan sangat senang kalau kamu sudah wisuda kelak," ucap Ayahnya.
"Iya yah semoga anakmu ini akan menjadi Sarjana Teknik Mesin yang ayah bisa banggakan nantinya," jawab Rudi.
"Tentu Rudi Ayah akan bahagia kalau kamu memakai pakaian toga itu saat kelulusan," kata Ayahnya.
Ayahnya Pak Suryadi tersenyum puas dengan jawaban anaknya Rudi dan mengajak anaknya makan karena ibu mereka sudah menyiapkan makanan di meja makan.
"Ibumu sudah menyiapkan makan malam untuk kita mari makan? Ayah mau menghampiri adikmu dulu," ucap ayahnya.
"Baiklah Ayah," jawab Rudi sambil membereskan tulisannya dan beranjak dari kursi duduknya di kamarnya Rudi.
Pak Suryadi melihat anak gadis satu-satunya itu terlihat murung dan sedih tak tega Pak Suryadi melihatnya dan menyapa anak gadis kesayangannya yang saat itu masih duduk di kelas satu SMA.
"Kenapa lagi Maya? Biasanya Anak ayah yang manis ini sibuk menulis cerpen,Bukanya Maya mau jadi Penulis?" tanya Pak Suryadi.
"Ayah sudah pulang ya, Lagi malas yah menulis satu hurup pun tidak kepikiran kata-katanya, Maya lagi tidak fokus banyak pikiran yah," jawab Maya sambil menjelaskan kepada ayahnya.