Kilatan Api di Langit Biru

Hargo Trapsilo
Chapter #4

Bab 3 : Bertemu Handri

Sebuah Rumah sederhana namun terlihat sudah halamannya tidak terawat dengan nuansa cina dan lingkungan tetangga yang kebanyakan orang keturunan Tionghoa, Rudi memasuki Komplek Perumahan sederhana dimana banyak perumahan yang lumayan rame dilingkungan tersebut yang berlalu lalang orang-orang lewat dengan kendaraan pribadi rudi tanpa sadar mengendarai kendaraanya karena teringat masa lalu karena suara klakson yang menyadarkannya Rudi memastikan bahwa dia sudah berada di alamat yang diberikan oleh Handri.

"Sepertinya disini alamat yang diberikan oleh Handri, Rumah yang cukup klasik dengan nuansa cina dan beberapa tanaman dan pot cantik dan sederhana tersusun rapi," gumam Rudi sambil turun dari mobilnya serta melihat disekelilingnya.

Rudi masuk ke halaman rumah dan menekan bel rumah itu tidak lama seorang pria yang Berumur Empat puluh tahun keluar dari rumahnya dialah Handri, wajah Handri tidak banyak berubah hanya terlihat lebih gemuk ketika dulu dia masih kecil.

"Permisi benarkah ini rumah Pak Handri," salam Rudi.

"Bapak yang menelpon saya tadi ya? Perkenalkan nama saya Handri," ucap Handri sambil berjabat tangan dengan Rudi.

Sambil ikut berjabat tangan dengan eratnya Rudi pun membalas perkenalan Handri tadi.

"Nama saya Rudi sudah lama kita tidak bertemu ya Handri dulu kamu masih SMP kelas tiga sekarang kamu terlihat sudah dewasa dan sehat," kata Rudi kepada Handri.

"Ka ... ka Rudi benarkah itu kau? Aku tidak percaya ini, Sudah lama sekali kita tidak bertemu Ka Rudi hampir 25 tahun sudah berlalu, Ka Rudi kemana saja aku pangling sudah tidak bisa mengenalimu lagi," ucap Handri sambil berkaca kaca matanya.

"Kakak Sudah terlihat tua Handri wajar saja kau sudah lupa sudah dua puluh lima tahun semenjak kakak pindah ke kota lain, Kakak kembali ke kota ini setelah hampir sebulan pindah kerja bersama anak-anak kakak yang juga pindah sekolah baru sempat sekarang untuk jalan-jalan, Semenjak kedua orang tua kakak meninggal dulu kakak pindah dan bekerja diluar kota setelah tabungan kakak cukup kakak akhirnya kembali kesini untuk memulai usaha baru sekaligus menjaga adik kakak yang masih tinggal di kota ini," jelas Rudi panjang lebar kepada Handri.

"Yang terpenting kakak sehat, Senang bisa berjumpa lagi dengan Kak Rudi, Mari masuk Kak Rudi" kata Handri sambil mempersilahkan Rudi masuk dan duduk di dalam rumahnya.

"Oh iya tadi ketika kakak melewati bekas Pabrik plastik yang sudah terbakar itu kakak teringat almarhum orang tua kakak sewaktu bekerja dulu di pabrik, Kakak terkejut mendapati pabrik dan juga tanahnya dijual, Apa yang terjadi Handri?" kata Rudi lagi.

"Iya Ka Rudi, Sebenarnya Papa juga melarang Handri menjual bekas Pabrik yang telah terbakar itu dan juga tanah disana karena itu adalah satu-satunya yang Papa bisa warisi ke Handri suatu hari nanti akan tetapi saat ini Papa dirumah sakit dan akan menjalani operasi Handri tidak punya uang untuk itu, usaha kecil-kecilan Handri pun di pasar tidak maju-maju kak Rudi mau tidak mau Handri menjualnya karena memang butuh uang untuk operasi papa," ucap Handri kepada Rudi.

"Ko Johan sakit apa? Operasi apa Handri?" tanya Rudi penasaran dengan penyakit Ko Johan.

"Papa saat ini mengidap benjolan seperti tumor di tubuhnya dan harus segera di operasi, Saat ini dia hanya bisa duduk sambil tiduran, Papa tidak bisa berjalan sudah hampir dua bulan ini dan hanya di kursi roda, Kondisinya semakin lama semakin parah dan melemah sebagai anak Handri belum mampu menolong Papa karena kondisi keuangan Handri yang tidak stabil," ucap Handri menjelaskan.

Lihat selengkapnya