Aku menggeleng-gelengkan kepala, mencoba mengenyahkan pikiran menyeramkan kalau mama sedang hamil. Sementara sekarang, aku lihat mobil papa sudah dibawa pergi lagi oleh para petugas bengkel itu.
Ah, ku kira sudah selesai direparasi. Berarti besok pagi aku harus berangkat lebih pagi lagi, untuk naik angkutan umum ke sekolah.
"Ma, belum beres benerin mobilnya?" tanyaku pada mama yang berjalan mendekat.
"Udah, baru beres tadi," jawab mama sambil mengambil sapu dan membersihkan teras yang agak berdebu.
"Kok, dibawa ke bengkel lagi? Besok Kila pake angkot lagi berarti ya?" tanyaku.
"Besok dan seterusnya, Kila sekolah pake angkot. Nanti kalau mama jadi beli motor, kamu berangkat sekolah dianter Kang Rezky." Mama berkata sambil menyimpan sapu dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Aku masih melongo tak mengerti. Mama berjalan masuk. Dengan cepat aku mengikuti laju langkah mama yang terlihat masuk ke dalam kamar.
Mama terlihat mengeluarkan sejumlah uang dari dalam kertas coklat yang sedang dipegangnya.
"Terus mobil papa dibawa kemana tadi, Ma?" tanyaku lagi begitu masuk kamar mama dan mendaratkan tubuh di tepi ranjang.
"Mobil papa udah di jual sama kedua orang tadi. Mereka bukan tukang bengkel." Mama berbicara sambil menyimpan amplop coklat di lemari.
Oh, ya ampun! Jual barang lagi??
Setelah tv besar di ruang keluarga, piano, komputer di kamar Kang Riswan, speaker dan radio tape, video game, dan entah apa lagi yang tak aku ketahui. Terus, sekarang mobil juga??
Nanti gimana kalau papa pulang terus nanya?!
"Mama jual-jualin barang disuruh sama papa, Kila. Udah ya, mending kamu makan dulu sana!"
Mama seolah tahu apa yang ada di pikiranku. Ternyata semua barang ini dijual karena papa yang suruh. Tapi kenapa harus jual-jual barang segala sih?
"Oh ya. Terus, perut mama kenapa gede kayak gitu?"
"Aku tak tahan untuk tak bertanya hal yang lebih membuatku penasaran. Meskipun malas menerka kemungkinan jawabannya.
Mama masih diam, sambil sibuk memasukkan pakaian bekas disetrika ke dalam lemari.
"Mama hamil lagi, ya??" Aku memutuskan langsung bertanya ke inti dan cemas menunggu jawaban.
Mama menoleh kepadaku dan memberi senyuman paling manis.