KILIAN HUMPHREY - Cowok Berdarah Campuran

Hendrina Erving
Chapter #1

Prolog

Suatu hari di musim dingin yang hebat di kota Cordova yang dipenuhi salju, seorang pemuda berwajah tampan dan berambut cokelat berantakan menyusuri jalan kota yang sepi. Seorang diri dia berkelana. Tak ada yang menemaninya. Tak ada juga yang ingin keluar menemaninya. Udara di luar begitu dingin. Tetapi dengan hanya bermodalkan jaket kulit cool cokelat andalannya, pemuda itu menyusuri kota tersebut. Udara dingin bukan masalah baginya. Sepanjang hidupnya dia tidak merasa dingin. Tidak sekali pun. Karena dia adalah Kilian Humphrey, pemuda berdarah campuran.

Dan hari itu Kilian keluar untuk mencari kebutuhannya. Selama berhari-hari dia telah terkurung dalam rumahnya. Badai salju yang menerjang Alaska selama beberapa pekan telah melumpuhkan segala aktivitas di kota Cordova. Orang-orang mengunci diri di rumah mereka yang hangat. Hal itu membuat kota itu seperti kota mati.

Ketika angin berhembus kencang di atas permukaan salju lalu membumbung tinggi ke atap bangunan, seorang pria tiba-tiba terlihat di atap salah satu gedung. Jubah medievalnya terkibas angin. Di balik tudung jubahnya, matanya yang berwarna biru karibia menyapu kota Cordova yang tampak putih. Hari itu adalah hari yang tepat bagi kelompoknya. Badai adalah keuntungan bagi mereka. Tak ada manusia berarti kebebasan. Mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Dan di hari itu juga, setelah menunggu hampir sepekan, apa yang diharapkannya terjadi. Mereka akhirnya menemukan Kilian. Hampir dua belas tahun mereka telah mencarinya. Tentu tak ada yang pernah bertemu dengannya tetapi aromanya yang terbawa angin telah memastikan dugaannya. Aroma oriental adalah identitas pemuda itu. Dialah yang mereka cari.

“Tangkap dia sebelum pengasuhnya muncul,” kata pria itu pelan. Suaranya nyaris tertutup deru angin. Tapi di kejauhan dua bayangan terlihat berkelebat cepat ke arah Kilian. Pria itu segera menyusul. Salah satu dari mereka menabrakkan dirinya ke Kilian. Pemuda itu jatuh tersungkur di salju yang tebal.

Kilian bergegas bangkit. Ketiga pria berjubah medieval itu langsung mengelilinginya. Mereka mengawasinya dengan ketat. Tidak salah lagi, batin salah satu pria itu. Pemuda itu berkulit putih pualam dengan rona merah di pipi dan bibirnya. Ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang berdarah campuran.

Salah seorang dari mereka melepaskan tudungnya. Wajahnya tampan dengan rambut pirang dan mata biru karibia yang sedikit melotot. “Akhirnya kami menemukanmu juga, Kid,” katanya dengan logat British.

Kilian mengawasi ketiganya. Wajah mereka yang pucat dan dingin membuatnya langsung menyadari siapa mereka. Insiders. “Siapa yang kalian maksud?” katanya pura-pura tidak mengerti. Dia harus mengulur waktu hingga pengasuhnya muncul.

“Jangan berlagak tidak tahu,” sahut pria itu.

“Kalian salah orang,” kata Kilian berusaha terlihat biasa tapi ketegangan dalam dirinya mulai membesar.

Lihat selengkapnya