"Oh, jadi namanya Samuel Adam," ucap Killa sambil menganggukkan kepalanya. Ia menatap buku bergambar daun maple itu sejenak kemudian melihat ke arah di mana cowok bernama Samuel Adam itu menghilang dari pandangannya. Ia tersenyum kemudian berkata, "Gue simpen dulu deh," kata Killa kemudian berjalan ke kelasnya.
***
Adam duduk di bingkai jendela kamarnya sambil memangku sebuah gitar berwarna hitam metalik. Sejak setengah jam yang lalu, itulah yang ia lakukan.
Malam datang dengan embusan angin dingin yang menusuk kulit. Membelai wajah Adam yang duduk dengan tenang. Dan dingin. Seolah ia ingin mengalahkan dinginnya udara malam kala itu. Cowok itu menatap bintang-bintang yang gemerlapan di atas sana.
Ia merasa ada sesuatu yang kurang. Notebook. Ia belum melihat notebooknya sejak pulang sekolah tadi.
Cowok dengan poni yang menutupi sebelah matanya itu turun dari bingkai jendela kemudian melemparkan gitarnya ke atas kasur. Ia mengambil tasnya yang tergantung di dinding kemudian membuka resletingnya dan merogoh isinya. Benda yang ia cari tidak ia temukan di bagian tas manapun. Ia mengulang lagi pencariannya tetapi tetap tidak menemukannya. Adam mencari di rak bukunya. Siapa tahu ia menaruhnya di sana. Tidak ada. Ia kemudian mencari ke setiap tempat yang mungkin menjadi tempatnya menaruh benda itu. Barangkali ia lupa. Tapi ia tetap tidak menemukannya.
Map di atas meja belajarnya menghentikan pencariannya terhadap notebooknya. Ia baru menduga. Tapi ia yakin.
"Cewek itu," gumamnya.
***
Killa mengusap peluh yang muncul di kening dan bagian lain wajahnya. Ia dihukum lari tiga kali keliling lapangan karena terlambat. Mobil sopir Killa mogok di tengah jalan dan ia membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk mencari kendaraan yang dapat mengantarkannya ke sekolah.
Setelah hukumannya sudah ia selesaikan, Killa duduk di pinggir lapangan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan meluruskan kedua kakinya. Bersantai di sini beberapa menit dulu tak apalah. Toh, ia sudah di cap terlambat. Untung waktu itu angin berembus lumayan kencang. Jadi ia tidak perlu repot-repot untuk mengipasi tubuhnya yang berpotensi membuat tangannya pegal.
Killa tengah memejamkan matanya menikmati angin yang mengeringkan keringat di tubuhnya saat ia merasakan kehadiran seseorang di depannya. Ia mencium bau parfum seorang cowok. Killa membuka matanya dan mendongak. Adam dengan mata dinginnya menatap dirinya yang memandangnya dengan memicingkan matanya karena sinar matahari membuat matanya silau.
"Balikin notebook gue," kata Adam dengan suara beratnya.
"Emang ada di gue?" tanya Killa. Cewek itu bangkit dari duduknya kemudian menepuk-nepuk rok bagian belakangnya yang sedikit kotor. Ia tetap harus mendongak agar bisa menatap mata Adam.
"Emang ada di lo, kan," kata Adam.
"Kalo nggak ada di gue?"
"Cepetan balikin notebook gue," ucap Adam lagi. Ia mulai jengkel menghadapi Killa. Cewek itu sengaja membuatnya kesal.
"Penting, ya?"
Adam membuang napasnya kasar. "Cepet balikin!"
"Penting?" tanya Killa lagi. Cewek itu tersenyum pada Adam yang semakin kehilangan kesabaran.
"Kalo nggak penting, gue males keluar kelas, panas-panasan di depan lo gini. Buang-buang waktu," ucapannya kemudian mengusap keningnya yang berpeluh.
"Di depan gue panas-panasan begini buang-buang waktu?" tanya Killa.
"Banget," jawab Adam.
Matahari semakin terik tapi Killa terlalu enggan untuk langsung memberikan notebook pada cowok ini. Jiwa-jiwa isengnya mulai menguasai tubuhnya. Ia tersenyum kemudian berkata, "Notebook lo nggak ada di gue."
Adam mengernyitkan keningnya. "Lo main-main sama gue?"
"Iya," kata Killa kemudian tertawa.
"Balikin notebook gue!"
"Tidak semudah itu ferguso!"
"Kok lo ngelunjak, sih?"
"Lo bapak gue emangnya?"
"Balikin notebook gue!"
"Kalo gue nggak mau?"
"Balikin!"
"Nggak!"
Adam membuang napas kasar dan mengusap wajahnya. Ia sepertinya harus bertindak tegas pada cewek di depannya itu. Ia memandang Killa tajam kemudian membalikkan badan cewek itu. "Main-main sama gue? Oke!" Katanya.
Killa yang langsung tahu bahwa Adam akan mengambil tasnya berusaha membalikkan tubuhnya agar di posisi semula tapi Adam menahannya dengan kuat. Killa menggerak-gerakkan badannya agar Adam tidak bisa membuka tasnya. "Lo main-main sama gue? Oke!" kata Killa meniru kalimat Adam.
Adam terus berusaha membuka tas Killa tapi tak juga berhasil karena cewek itu terus meronta agar lepas dari cekalannya. Cewek itu berusaha lari namun Adam menariknya dengan kuat hingga membuat Killa mundur ke belakang dan membentur dirinya. Benturan yang keras itu membuat keduanya jatuh bersamaan dengan posisi Killa berada di pangkuan Adam.
"Iihhh!!!" Killa menjerit dan hendak bangun tapi Adam menahannya dengan melingkarkan kedua tangannya ke depan bahunya.
"Balikin notebook gue," kata Adam di telinga Killa. Tak ada jarak lagi di antara keduanya saat itu. Adam mencengkeram bahu Killa agar cewek itu tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Lepasin gue dulu," kata Killa. Ia bisa merasakan embusan napas Adam di telinganya.
"Balikin notebook gue dulu," kata Adam.
"Lepasin dulu!"
"Balikin dulu!" Adam mengeratkan lingkaran tangannya di bahu Killa. "Balikin," katanya lagi.
Senyum sinis tiba-tiba muncul di bibir Killa. "Nggak semudah itu." Dengan menarik napas dalam-dalam dalam waktu yang singkat Killa menggigit tangan Adam yang melingkarinya membuat cowok itu menjerit setengah kaget setengah sakit. Dalam hitungan detik, Killa melepaskan diri dari belenggu Adam kemudian berdiri dan berlari.
Adam bangun dan mengejarnya. Mereka hanya lari sekitar sepuluh meter kemudian berhenti. Tepatnya Killa duluan yang berhenti. Di depan mereka berdiri sang guru BK dengan penggaris kayu panjang yang ia jadikan tongkat.
"Kalian telat?" tanya Bapak itu.
"Iya, pak," jawab Killa sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Adam di belakangnyapun kondisinya tidak jauh berbeda dengannya.
"Lalu kenapa belum masuk juga?" tanya bapak itu.
Keduanya bungkam. Baik Killa maupun Adam tidak menjawab pertanyaan bapak itu. Mereka bingung mau menjawab bagaimana. Apakah Adam harus menjawab bahwa ia ingin mengambil notebooknya yang ada di Killa tapi cewek itu tak mau mengembalikannya? Kenapa harus mengambilnya waktu jam pelajaran? Istirahat nanti kan, bisa? Kalau Adam menjawab karena guru mata pelajarannya belum masuk, bapak itu pasti menjawab, biar bagaimanapun, keluar waktu jam pelajaran itu tidak diperbolehkan. Kecuali dengan izin. Sedangkan Adam keluar tanpa izin.
Killa diam karena alasan ia masih berada di luar kelas adalah ia terlambat, dan ingin bersantai dulu sebelum masuk ke kelas. Ia tidak mau mengembalikan notebook milik Adam dengan cepat karena ia ingin mengerjainya. Jiwa isengnya muncul.
"Baik. Berdiri sambil hormat di depan tiang bendera dan nyanyikan lagu Indonesia Raya. Bersamaan!" titah bapak guru itu.
Killa dan Adam berjalan ke depan tiang bendera tanpa suara yang keluar dari mulut mereka. Setelah sampai di depan tiang bendera keduanya saling melihat beberapa detik kemudian membuang muka ke arah guru BK yang mengawasi mereka di teras ruangannya.
Dua insan itu membentuk sikap hormat dengan mendongakkan kepalanya ke bendera merah putih. Dan mulai menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan pelan.
Sesekali Killa maupun Adam mengusap wajah mereka yang berpeluh dengan punggung tangan. Jarum jam sudah mau menunjuk angka sembilan. Cuaca hari itu sangat cerah dan matahari bersinar sangat terik.