"Akhirnya datang juga..." ucap Lisa saat pesanannya juga Killa serta Olive dan Nadia datang.
Setelah menunggu beberapa saat dengan perut yang menjerit-jerit, akhirnya apa yang mereka tunggu-tunggu datang.
Killa menarik mangkuk bakso yang di sodorkan pelayan kantin padanya dan ketiga temannya. Setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan kantin, ia mengambil saos, kecap, dan sambal untuk dituangkan ke baksonya.
"Kill," panggil Nadia saat dirinya sedang mengaduk-aduk baksonya.
"Ya?" tanya Killa. Ia menyicip rasa kuah baksonya dan menambahkan sambal lagi saat merasa makanan itu tidak terasa pedas.
"Kata temen gue yang ikut ekskul tari, Minggu depan ada acara pentas seni buat ngerayain ultah sekolah kita, ya?"
"Ultah?" tanya Lisa sampai kuah bakso di mulutnya muncrat ke depan dan mengenai Olive yang duduk di depannya.
"Jorok Lisa!" seru Olive marah. Killa mengambil tisu yang ada di depannya dan memberikannya pada Olive yang mukanya merah padam antara kepedasan dan marah.
"Ups, sorry," kata Lisa sambil nyengir kuda. "Sekolah kita Ultah? Yang keberapa tahun?"
"Ke-15 tahun," jawab Killa. Ia menyuapkan baksonya ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian ia menambahkan, "Dan semua siswa yang ikut ekskul seni, wajib tampil di acara itu."
"Wah, seru dong! Beneran semua?" tanya Olive.
"Beneran lah!" ucap Killa.
Ketiga temannya mengangguk-angguk mengerti dan kembali menikmati santapan mereka. Begitu juga dengan Killa. Sesekali salah satu dari cewek-cewek itu ber-huhah kepedasan.
Nadia yang pertama menghabiskan makanannya. Ia meminum minumannya sampai tandas kemudian menatap Killa dan bertanya, "Lo mau nampilin apa, Kill?"
"Musik dong," ia telah menghabiskan makanannya. Kemudian ia meminum minumannya tanpa sisa dan berkata, "Gue kolaborasi sama orang. Dia nyanyi, gue main musik."
"Wah! Keren dong! Sama siapa?" tanya Lisa antusias. Cewek itu sudah menghabiskan makanannya dan menyisakan separuh minumannya.
"Adam," jawab Killa pendek dan jelas.
"Adam siapa?" tanya Lisa.
"Sama cowok, dong?" tanya Nadia.
"Mana ada Adam cewek," kata Olive. Cewek itu mengelap mulutnya yang merah karena kepedasan dengan tisu. "Adam yang lo maksud, Samuel Adam, bukan?" tanyanya kemudian.
"Iya," jawab Killa. "Lo kenal?"
"Cuma tau namanya aja. Tapi, bukannya dia itu orangnya dingin, ya? Setahu gue. Dan juga cuek."
"Emang dingin dia. Apalagi tatapannya. Kalo cuek... Nggak terlalu deh kayaknya. Dan dia itu cenderung galak, lho Live."
"Dia galak? Masa sih?" tanya Olive dengan raut tak percaya.
"Dia itu galak. Dan nggak segan main tangan."
"Ya ampun emang lo pernah diapain? Dia nggak ngapa-ngapain lo, kan?"
"HEY!" tiba-tiba Lisa menggebrak meja mereka dan membuat Killa, Olive, dan Nadia yang sedang menyimak mereka bicara terkejut.
"Apaan, sih, Sa? Bikin kaget tau, nggak?!" kata Killa galak.
"Gue nggak tau siapa yang lo omongin," kata Lisa dramatis. "Lo kasih tau dulu Adam itu yang kek mana!"
Killa memutar bola matanya. "Cuma kek gitu aja sampe gebrak meja."
"Sorry," kata Lisa kemudian meringis.
"Gue juga belum tau Adam itu yang mana orangnya," kata Nadia.
"Ooh, berarti di sini ada dua kubu. Satu kubu yang tau Adam, satu lagi yang nggak tau gimana wujud dia itu," kata Olive. Ia melipat tangannya dan menoleh pada Killa. "Lo punya fotonya nggak, Kill?"
"Nggaklah!"
"Yaudah nggak usah ngegas," kata Olive.
"Atau, dia ada di kantin ini?" tanya Lisa. Seolah menanyakan seorang buronan.
"Kok jadi dramatis gini, sih?" tanya Killa pada ketiga temannya.
Ketiga temannya tertawa terbahak-bahak.
"Lo ada hubungan apa sama dia, Kill?" tanya Olive sambil tersenyum.
"Apaan? Nggak ada lah. Cuma partner doang," jawab Killa.
"Tapi menurut gue, ada sesuatu di antara lo dan si Adam," kata Lisa.
"Sok tau!" ucap Killa.
"Nah, Olive, apa yang lo tau dari Adam?" tanya Nadia.
"Lha kok gue?"
"Jawab aja!"
"Setahu gue, ya itu tadi. Adam itu, bisa dibilang cowok cool. Dia itu dingin. Dan, kayaknya nggak punya pacar. Maksud gue, dia itu belum pernah deket sama cewek. Lo belum lupa kan kalo gue dulu ikut ekskul seni?"
"Lo pernah ikut ekskul seni?" tanya Killa.