Killa dan Adam

Nur Afriyanti
Chapter #8

7. Kisah

Pelajaran apa yang paling susah menurutmu?

Bagi Killa, kimia adalah jawabannya. Dari pertama kali ia masuk SMA, sampai pada detik ini, ia tak pernah sekalipun paham materi kimia yang disampaikan oleh gurunya. Bukannya ia tidak memperhatikan saat gurunya menjelaskan atau tidak mau memahaminya dan mempelajarinya di rumah. Tetapi apa yang gurunya sampaikan memang tidak bisa ia pahami, dan lebih tidak bisa ia pahami saat ia mempelajarinya di rumah.

PR kimia yang diberikan gurunya membuatnya hampir gila malam ini. Ia mengacak-ngacak rambutnya karena sebal akan soal yang tidak dapat ia kerjakan. Sudah hampir dua jam ia duduk di meja belajarnya untuk mengerjakan PR kimia itu. Ada lima soal, semuanya esai, dan belum ada satu pun soal yang dapat ia kerjakan.

Tiga sohibnya tidak bisa dihubungi. Entah kenapa mereka bertiga kompak tidak aktif WhatsApp pada saat Killa membutuhkannya. Ia juga iseng menghubungi temannya yang lain, tapi tidak ada yang membalasnya. Killa mencari alternatif lain, jalan pintas yang sering digunakan oleh beberapa murid sekolah jika mendapat soal sulit dan tidak bisa mengerjakannya, yaitu dengan searching di google. Tapi sayang seribu sayang, di google tidak ada jawaban atas soal tersebut. Mengerjakan sendiri? Oh, ya jelas Killa tidak bisa. Dia sudah berusaha dengan menghabiskan beberapa kertas untuk coret-coretan, tapi tidak bisa memecahkan satu soal pun.

Killa menghela napas pelan dan menyenderkan punggungnya ke senderan kursi. Ia mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamarnya yang didominasi warna abu-abu. Matanya melirik biola yang tergantung di dinding kamarnya. Tiba-tiba satu nama muncul begitu saja dalam otaknya. Adam.

"Gue coba tanya Adam deh. Sapa tau bisa," katanya pada diri sendiri. Ia menegakkan punggungnya dan meraih ponselnya yang ia letakkan di meja belajarnya.

Setelah menemukan nama Adam di daftar kontaknya, ia langsung menyentuhnya dan mengetikkan pesan untuk cowok tersebut.

Killa: Assalamu'alaikum. Dam, bisa bantu gue ngerjain Kimia, nggak?

Last seen cowok itu menunjukkan ia aktif sepuluh menit yang lalu. Pesannya sudah tersampaikan. Berarti ia sedang menghidupkan data.

Killa menunggu beberapa saat. Dua menit. Belum dibaca apalagi dibalas. Lima menit, belum juga. Killa naik ke tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya. Ia menyalakan musik sambil menunggu pesannya dibalas.

Sepuluh menit, Killa kehilangan kesabaran. "Ini orang sibuk banget, tah?" Killa mengirim pesan lagi.

Killa: Adam!

Tersampaikan. Tapi tak kunjung dilihat juga. Killa mencoba bersabar lagi. Ia menunggu sambil ikut menyanyikan lagu yang ia setel dari ponselnya.

Killa mengirimkan pesan lagi.

Killa: ADAAAAMMM!

Dan akhirnya pesannya dibaca. Beberapa detik kemudian Adam mengetik pesan.

Adam: Wa'alaikumsalam. Coba foto soalnya.

Killa mengambil buku kimianya dan memoto soalnya. Ia kemudian mengirimkannya pada Adam.

Killa: Bantu, ya... Please. Besok dikumpul.

Adam: Lo minta gua ngerjain?

Killa: Iya. Bisa nggak?

Adam: Elo nggak bisa?

Killa: Kalo gue bisa ngapain minta bantuan lo?

Killa geram sendiri di tempatnya.

Adam: He:)

Killa: Kesurupan apa gimana, sih?

Adam: Tunggu bentar, ya.

Setelah itu Adam tidak mengaktifkan WhatsApp-nya.

"Eh, dia mau ngapain?"

Killa mengirimkan pesan pada Adam.

Killa: Lo mau ke mana? Kan gue minta bantuan.

Killa: Adam.

Killa: DAM!

Killa: Ih!

Pesan tidak tersampaikan. Adam sudah mematikan data ponselnya.

"Iiihhh!!! Kok malah offf, sih?! Ah! Dasar!!" hardik Killa.

Sudah pukul sebelas kurang lima belas menit. Matanya sudah berat.

"Udahlah tidur aja. Kalo si Adam nggak bantuin ya nyontek ajalah. Dahlah sekali-kali nggak papa. Pusing." Setelah itu Killa menaruh ponselnya ke meja belajarnya dan menarik selimut.

****

Adam sudah mengerjakan tiga soal yang ada. Ya, dia sedang mengerjakan soal dari Killa. Tidak sulit mengerjakan soal kimia ini. Karena itu adalah salah satu pelajaran yang ia gemari, sekaligus ia kuasai.

Sangat tepat Killa meminta bantuan padanya. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas saat ia sudah mengerjakan semua soal.

Adam menaruh peralatan menulisnya dan berjalan ke depan jendela. Daun jendelanya sengaja ia buka agar angin malam dapat masuk. Di atas sana, bintang-gemintang bertaburan dengan indahnya. Bulan pucat setengah lingkaran tampak jelas di langit yang cerah.

Kenapa ia mau membantu Killa mengerjakan semua tugasnya? Jawabannya tidak ada. Tidak ada alasan. Ia ingin. Hanya ingin.

Adam melipat kedua tangannya ke bingkai jendela dan memandang keluar. Angin malam membelai kulitnya dan membuat bulu kuduknya berdiri. Ia tiba-tiba tersenyum. "Kayaknya gue suka sama elo deh, Kill."

***

Seperti biasa, Killa selalu mengecek ponselnya sebelum berangkat ke sekolah. Alasannya, siapa tahu ada informasi yang tiba-tiba diumumkan pada pagi ini.

Ia mengecek WhatsApp-nya. Tidak ada balasan dari ketiga temannya. Tersampaikan, tapi tidak dibaca. Killa mendengus dalam hati. Ada satu pesan dari Adam. Pesan itu dikirim pukul sebelas lewat empat puluh delapan menit. Gue udah tidur. Katanya dalam hati. Ia membukanya dan membacanya.

Adam: Temui gue di ruang musik. Besok. Jangan kesiangan. Berangkat pagi.

Cowok itu sedang online. Killa membalas pesan tersebut.

Killa: Mo ngapain?

Beberapa detik kemudian pesannya dibaca dan Adam mengetikkan pesan.

Adam: Lo tadi malem minta apa?

Tadi malem? Gue minta... Ya ampun!

Killa: Lo ngerjain tugas gue?!

Adam: Ya.

Killa: Serius?

Adam: Gak guna banget gue bohong. Yaudah cepetan temuin gue. Tugasnya hari ini, kan?

Killa: Iyaaaaaa.

Adam: Yaudah buruan ke sini.

Killa: Lo udah di sekolah?

Adam: Udah. Buruan ke sini. Ke ruang musik.

Killa: Gue otw!

Setelah itu Killa mengantongi ponselnya dan menyambar tasnya. Melangkah cepat ke luar rumah dan masuk ke mobil yang sudah menunggunya.

Lihat selengkapnya