Adam menghapus air mata yang meleleh di pipinya. Ia menatap Killa yang juga sedang menatapnya dengan pandangan sedih. Lalu Killa tersenyum, membuatnya ikut tersenyum juga.
Dalam hati Killa ingin bertanya siapa cewek itu. Apakah pacar Adam dulu? Atau temannya yang sangat berarti, saudara, atau kakaknya, atau adiknya? Killa ingin bertanya, tapi urung. Tunggu dia ngasih tau aja, deh. Kata Killa dalam hati.
"Lo pasti bertanya-tanya, siapa cewek itu, kan?"
Killa mengangguk mengiyakan.
"Dia adek gue, Naila," kata Adam. Ia menengadahkan kepalanya ke atas. Menghalau air mata yang hendak turun lagi.
Killa hanya mengangguk-angguk menanggapinya. Jujur, dia turut sedih. Karena ia tahu rasanya ditinggal pergi, selama-lamanya oleh orang yang sangat dicintai, yaitu anggota keluarganya. Killa tahu persis bagaimana rasanya.
"Kill," panggil Adam.
"Iya?"
"Lo nggak papa pulang telat?" tanya Adam.
"Nggak papa. Gue udah bilang sama sopir gue, kalo gue minta jemput gue bakal telpon dia," jawab Killa sambil tersenyum.
"Orang tua lo nggak nyariin?" tanya Ada lagi.
Orang tua gue? Mereka udah nggak ada, Dam. Kata Killa dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba matanya terasa panas. Kill, jangan nangis! Ada sesuatu yang ingin keluar dari mata Killa. Ia mencoba menahannya, tapi sulit. Please, jangan nangis, Kill.
"Killa, lo kenapa?" Adam panik melihat mata Killa yang berkaca-kaca.
Killa menggeleng. Matanya semakin panas dan ia sudah tidak mampu membendung air mata yang mau keluar dari sana. Ia berpaling dari Adam yang memandangnya khawatir kemudian berdiri dan berjalan menjauh darinya.
"Killa, mau kemana?" Adam berdiri dan menyusul Killa yang berjalan meninggalkannya. Ia meraih pergelangan tangannya dan menghadap cewek itu. "Lo kenapa? Kok nangis? Gue salah ngomong, ya?"
Killa merutuki dirinya yang entah mengapa malah menangis. Dan ia semakin memaki dirinya dalam hati saat tidak bisa menghentikan air mata yang keluar dari matanya.
"Kill?" tanya Adam lagi. Killa menggeleng. Dan ia mulai sesegukan.
Adam mengangkat dagu cewek itu. Membuat Killa yang semua menunduk menjadi menatap matanya. "Lo kenapa?" tanya Adam dengan suara pelan.
Killa tidak dapat menjawab. Ia tidak bisa mengeluarkannya suaranya, dan parahnya lagi ia tidak bisa menghentikan air mata itu. Benda cair itu terus mengalir dari kelopak matanya.
Killa menepis tangan Adam yang membuatnya mendongak. Ia menunduk dan memunggungi Adam. Menghindari tatapan tajam Adam. Bukan takut, tapi malu.
Tiba-tiba Adam melingkarkan tangannya ke leher Killa membuat cewek itu terkejut. Ia juga memeluk tubuh cewek itu dari belakang, mengunci tangannya, dan menatap wajahnya. Membuat sang cewek melotot tajam padanya.
"Lo ngapain sih? Lepasin, nggak?!" kata Killa dengan suara serak. Air matanya tiba-tiba berhenti mengalir. Ia menggerakkan badannya untuk melepaskan dirinya dari cowok itu tapi gagal. Adam malah mengeratkan pelukannya.
"Lepasin!" kata Killa lagi.
Adam malah tersenyum. "Jawab dulu pertanyaan gue. Lo kenapa?"
"Lepasin dululah! Gila ya, lo! Nggak sopan tau nggak! Adam!"
"Iya, gue di sini."
"Lepasin! Kalo orang liat nanti bisa menciptakan fitnah!"
"Lo jangan teriak-teriak nanti gue dikira ngapa-ngapain lo."
"Ya lepasin!"
"Jawab dulu. Kenapa lo nangis?" tanya Adam dengan menatapnya tajam. Jarak keduanya begitu dekat sampai Killa dapat mencium jelas bau parfum yang digunakan cowok itu.
"Lepasin dulu!" kata Killa tegas.
"Jawab dulu."
"Lepasin!"
"Jawab atau gue cium?"
"Kurang ajar!"
"Yaudah, jawab!"
"Lepasin gue dulu!"
"Mau gue cium?"
"Bangke lah, Dam!"
Adam tertawa. "Muka lo merah," katanya. Ia kemudian melepaskan pelukannya. Adam berjalan di depan Killa dan menundukkan kepalanya agar dapat melihat jelas mata cewek itu yang agak merah. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan berwarna putih dari sana. Dengan benda itu ia mengelap air mata yang mengering di pipi Killa.
"Diem," katanya saat Killa hendak mengambil sapu tangannya. "Sapu tangannya bersih," kata Adam kemudian melanjutkan, "Lo bisa nyium bau harumnya, kan?"
"Bisa," kata Killa sambil mengangguk.
"Omongan gue nyakitin elo, ya," kata Adam sambil mengelap air mata di pipi Killa. "Ngomong sih, Kill. Kok diem? Mau gue peluk lagi?"