Killa dan Adam

Nur Afriyanti
Chapter #13

12. Dua Hati

Killa dan Adam duduk di rooftop sekolah yang menjadi tempat mereka latihan. Sudah kurang lebih setengah jam mereka duduk di sana. Biola milik Killa ia letakkan di samping kirinya. Di sebelahnya, Adam duduk tenang sambil memandang ke depan. Cowok itu mengenakan bandana berwarna merah yang berkelepak ditiup angin. Membuat cowok itu semakin tampan.

Tiba-tiba Adam menoleh pada Killa, membuat Killa menoleh padanya.

"Lo mikirin apa, Kill?" tanya Adam.

"Ha?"

"Nggak jadi," kata Adam kemudian kembali menatap ke depan.

Di ujung barat sana, matahari mulai tenggelam. Senja jingga sebentar lagi datang.

"Dam!" panggil Killa beberapa saat kemudian.

Adam menoleh padanya. "Ya?"

"Yang lo bilang di perpustakaan tadi, bener nggak sih?"

"Yang gue suka sama elo? Ya bener," jawab Adam.

Killa menelan ludahnya.

"Lo bohong, ya?" entah kenapa Killa menanyakan itu.

Adam mengubah posisi badannya untuk berhadapan dengan Killa. Ia memajukan wajahnya ke depan wajah Killa, membuat Killa reflek memundurkan wajahnya.

Adam menatap mata Killa tajam dan bertanya, "Gue keliatan bohong, kah?" tanyanya.

"Nggak tau!" kata Killa sambil mendorong wajah Adam supaya mundur.

Adam tertawa atas perlakuannya pada wajahnya. Ia menepuk puncak kepala Killa dan berkata, "Gue jujur." Kemudian ia kembali pada posisinya semula. Memandang ke depan.

"Udah sore nih. Pulang, yuk." Killa berdiri dengan membawa serta biolanya.

Adam tidak bergerak sedikit pun. Cowok itu masih duduk di sana tanpa sedikit pun merubah posisinya.

"Adam, lo nggak pulang?" tanya Killa.

"Nanti deh, Kill. Lo jalan sendiri ke gerbang nggak papa, kan?" tanya Adam setelah terlebih dahulu memutar badannya menghadap Killa.

"Ya nggak papa, sih. Tapi lo mau di sini sampe kapan? Ini udah mau Maghrib, lho. Udah jam lima."

Tiba-tiba Adam berdiri dan mengambil biola yang Killa pegang.

"Gue pulang sekarang deh. Yuk." Tanpa menunggu respon Killa, Adam melangkahkan kakinya menuruni rooftop.

Killa mengejarnya dan menjajarkan langkahnya dengan cowok itu.

"Sini, biolanya gue aja yang bawa," kata Killa sambil menunjuk biolanya yang dibawa Adam.

"Kenapa, sih? Nggak akan gue bawa pulang juga kok. Udah, gue aja yang bawa."

"Ck, terserah deh."

Mereka berjalan bersebelahan menuju ke gerbang sekolah. Sudah pukul lima lewat lima menit. Sekolah sudah benar-benar sepi. Bahkan sepertinya murid yang masih ada di sekolah ini hanya mereka berdua.

Killa menoleh pada Adam yang berjalan di sampingnya. Ia harus mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Adam dengan jelas. Saat pertama kali melihat Adam, Killa melihat tatapan cowok itu begitu dingin. Sorot matanya tajam menusuk. Kehadirannya di ruang musik kala itu amat sangat tidak diinginkan oleh cowok itu sehingga ia mengusirnya.

Adam itu memang cowok yang dingin. Tapi dia juga hangat. Ia galak. Sikapnya cool. Jika hanya dilihat dari penampilan, Adam itu seperti cowok-cowok yang jadi idaman para cewek kebanyakan. Ganteng, cool, pintar, dan ia lumayan jago main basket. Paket lengkap, kan?

Lalu, apa yang membuat Killa suka dengannya? Killa juga tidak tahu jawabannya. Adam ganteng, memang. Adam pintar, memang. Adam baik, memang. Tapi Adam juga galak.

Yang pasti, Killa senang bisa kenal dan dekat dengan cowok yang berjalan di sebelahnya ini.

"Aw!" Killa memekik kejut dan sakit saat ia jatuh ke jalan setapak ber-paving yang tengah ia dan Adam lewati.

Ia jatuh dengan posisi lutut dan telapak tangan yang menghantam paving yang tersusun rapi itu terlebih dahulu. Rasa perih langsung ia rasakan di lutut dan telapak tangannya.

Tanpa berkata-kata Adam menaruh biola milik Killa dan membantu cewek itu bangun dari jatuhnya.

"Aduhh..." Killa merintih sakit saat Adam menariknya berdiri. Kedua telapak tangan dan kedua lututnya luka dan mengeluarkan darah.

"Bisa jalan nggak?" tanya Adam.

"Nggak tau," jawab Killa. Ia mencoba melangkahkan kakinya dan langsung mengaduh karena lututnya sakit saat diajak berjalan. "Kok sakit, ya?"

"Ya namanya berdarah. Gimana sih, lo," kata Adam. "Jadi gimana, nih? Apa perlu gue gendong?"

"Nggak lah!" kata Killa. "Lebay amat cuma kayak gini aja digendong," katanya kemudian.

"Oke, kalo gitu ayo lanjut jalan." Adam mengambil biola milik Killa yang tadi ia taruh di bawah. "Bisa jalan, kan?" tanyanya lagi.

"Bisa keknya," jawab Killa.

"UKS kayaknya udah tutup. Jadi lo obatin di rumah aja, ya."

"Iya," jawab Killa.

Adam mulai berjalan dan Killa dengan susah payah mengikutinya.

"Ck." Killa berdecak jengkel. Entah apa yang cowok itu pikirkan. Pasalnya, Adam berjalan dengan kecepatan yang tinggi. Membuatnya tertinggal beberapa meter di belakang.

"Dam, tungguin gue dong!" teriak Killa pada Adam yang langsung berhenti begitu Killa meneriakinya.

Dengan langkah tertatih-tatih Killa menyusul Adam yang berdiri memandanginya.

"Elo nih gimana, lah. Malah dulu-duluan," kata Killa saat sudah sampai di sampingnya.

Adam hanya tersenyum tipis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Elo jatoh gara-gara apa, sih? Perasaan ngga ada batu atau ranting yang bisa nyandung kaki lo, deh."

"Gue jatoh gara-gara ..." Killa tampak berpikir. Ia kan jatuh gara-gara memandangi wajah Adam dan sibuk dengan pikiran Adam di kepalanya. Masa iya gue ngomong kek gitu?

"Gara-gara ngeliatin gue," kata Adam.

"Pede lo!"

"Ya pede dong! Emang bener, kan?"

"Udah deh nggak usah dibahas. Ayo lanjut jalan karena hari udah semakin sore dan kaki gue harus cepet-cepet diobati."

"Yaudah ayo lanjut jalan," kata Adam kemudian melanjutkan, "sini tangan lo biar gue gandeng."

"Biar apa?"

"Biar nggak ketinggalan," kata Adam kemudian meraih pergelangan tangan Killa. Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.

Sampai di depan gerbang, sopir Killa sudah menunggu di dalam mobilnya. Adam mengantarkan Killa sampai ke mobil. Cowok itu meletakkan biola milik Adam ke dalamnya, juga membukakan pintu mobil tersebut.

"Makasih," ucap Killa saat ia sudah duduk nyaman di mobilnya.

"Ya," jawab Adam pendek. "Jalan pak," kata Adam pada pak sopir."

Setelah pintu mobil itu ditutup, Pak sopir mulai menjalankan mobilnya.

Killa melambaikan tangannya pada Adam yang dibalas juga oleh cowok itu. Sambil tersenyum tipis Adam berbalik. Berjalan kembali ke dalam sekolah untuk mengambil motornya dan pulang.

***

Lihat selengkapnya