Killa melempar tas selempangnya ke tempat tidur. Ia duduk duduk di tepi tempat tidurnya dan menggigiti kuku jarinya. Apa yang harus ia lakukan? Adam sepertinya marah dengannya. Ia marah atas apa yang Killa katakan.
"Gimana coba?" tanyanya pada diri sendiri sambil mendongak ke atas.
Tiba-tiba Killa menyambar tasnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia membuka aplikasi WhatsApp, hendak mengirim pesan pada Adam. Ia mendesah panjang saat melihat ponsel cowok itu belum aktif juga. Ia tadi juga tidak kepikiran menanyakan perihal ponsel cowok itu yang sudah lama tidak aktif.
Ia mencoba meneleponnya, dan hasilnya sesuai dugaan. Tidak diangkat karena nomor tersebut tidak aktif.
Bagaimana keadaan Adam sekarang? Apa yang dia pikirkan? Adam itu pemarah. Killa khawatir dia melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
Dan satu lagi, apa dia sudah makan? Melihat keadaannya yang berantakan seperti itu, Killa tak yakin kalau tubuh cowok itu sudah diisi makanan. Bahkan menurut penglihatannya, cowok itu sepertinya belum lama tersadar sewaktu ia datang ke sana.
Bagaimana jika Adam melakukan sesuatu yang akan membuatnya terluka lagi? Dia sudah membuat dirinya terluka cukup parah dengan meninju kaca. Entah kaca apa yang ia tinju.
Killa gelisah. Nomor cowok itu tidak ia bisa dihubungi. Apa yang ia lakukan dengan ponselnya?
Killa ingin ke sana lagi. Tapi ini sudah malam. Sudah pukul sembilan malam.
Tiba-tiba ia bersorak dalam hati. Besok kan hari Minggu. Berarti ia bisa ke sana kapan pun waktunya.
"Oke, sip. Sekarang gue tidur dulu," ucapnya kemudian bersiap-siap untuk tidur.
***
Setelah Killa pulang, Adam berjalan pelan ke pintu depan kemudian menutupnya. Ia merasakan perutnya berbunyi karena kelaparan. Adam baru sadar bahwa ia belum makan sejak kemarin malam.
Ia lapar, tapi dirinya amat sangat malas makan. Maka ia hanya menenggak air putih dingin dari lemari pendiginnya sebanyak dua gelas. Ia meraih susu yang ada di sana dan meminumnya hingga tandas.
Perutnya menjadi lebih baik. Dengan langkah pelan ia berjalan ke kamarnya yang berantakan. Sungguh ia tidak mood untuk merapikannya. Maka ia mengabaikannya. Ia berjalan dengan hati-hati agar tidak menginjak segala sesuatu yang pecah belah di sana untuk menuju tempat tidurnya.
Pikirannya masih penuh dengan masalahnya. Moodnya juga masih buruk. Luka-luka di tubuhnya terasa berdenyut-denyut walaupun sudah diberi obat. Ia membuang napas kasar. Dengan tangannya yang tidak dibalut kain kasa ia mengacak-ngacak rambutnya karena merasa kesal.
Dalam pikirannya ia bermonolog. Sejauh ini, orang tuanya tidak mendatanginya. Mereka membiarkannya. Yang artinya, Adam memang sudah benar-benar dibuang oleh mereka. Betapa menyedihkannya dirinya. Memiliki orang tua yang sedemikan egois dan tak berperasaan seperti mereka.
Dadanya kembali sesak. Ia bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk dan meninju tembok di sampingnya dengan tangannya yang dibalut kasa. Bagian itu kembali mengucur darah segar. Terasa sakit, tetapi tidak sesakit hatinya saat ini.
Setelah melampiaskan amarahnya dengan tembok di sampingnya, Adam memutuskan untuk tidur berharap dengan begitu moodnya akan menjadi sedikit lebih baik.
***
Adam tertidur dan terbangun saat jarum jam menunjukkan pukul dua belas malam. Ia turun dari tempat tidurnya kemudian berjalan ke toilet untuk mengeluarkan isi kandung kemihnya.
Setelah itu keluar dari toilet dan kembali ke kamarnya, merasa perlu membersihkan kamarnya yang sungguh berantakan itu. Maka di tengah malam itu ia membersihkannya kamarnya. Dimulai dengan memunguti pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai dan barang-barangnya yang pecah belah. Ia terdiam cukup lama saat melihat ponselnya yang tampak mengenaskan. Adam mengambil benda itu dan melihat keadaannya.
Benda itu hancur, dan tidak bisa hidup kembali saat ia mencoba menghidupkannya. Tapi, dilihat dari kerusakannya ponsel itu masih dapat diperbaiki. Maka Adam menyimpan benda itu di laci mejanya.
Selanjutnya ia menyapu seluruh ruangan itu. Ia juga merapikan barang-barangnya yang berantakan. Agak sulit melakukannya karena tangannya sakit. Ia juga harus melangkah hati-hati karena telapak kakinya terluka.
Ia merasakan lelah luar biasa setelah membersihkan dan merapikan kamarnya. Adam berjalan ke dapur dan minum air putih sebanyak-banyaknya dan kembali ke kamarnya. Ia lelah, dan lukanya terasa sakit terutama di kakinya. Efek karena banyak bergerak.
Setelah mematikan lampu kamarnya, Adam berjalan ke tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Suasana hatinya merasa sedikit lebih baik. Adam memejamkan matanya, rasa lelah bukannya membuat dirinya cepat tidur malah membuatnya sulit tidur.
Matanya yang terbuka itu membuatnya teringat kembali dengan masalahnya. Itu membuatnya jengkel.
Adam berusaha tidur tapi sangat sulit. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Dan akhirnya pikirannya sampai pada sosok Killa.
Apa yang sedang cewek itu pikiran sekarang?
Ah, sudah. Memikirkan banyak hal membuat kepalanya terasa sakit berdenyut-denyut. Terutama di keningnya yang terluka.
Adam berusaha tidur. Ia baru bisa tidur satu jam setelahnya.
***
Pukul empat pagi, mata Killa terbuka tiba-tiba. Ia lalu duduk dan turun dari tempat tidur untuk membuka jendela kamarnya. Killa memandang keluar jendela. Pikirannya langsung tertuju pada Adam. Masih tidur kah cowok itu? Apa moodnya masih berantakan?