Killa menelan ludahnya saat wajah Adam semakin dekat dengannya. Insting pertahanannya muncul dan ia mengangkat tangannya untuk menjauhkan Adam dari dirinya tapi sebelum itu terjadi, tangannya tiba-tiba digenggam oleh Adam.
Killa melihat raut wajah yang semula dingin dengan pandangannya yang tajam memudar dan berganti dengan senyum kecil yang tersinggung di bibirnya. Detik berikutnya tawa kecil keluar dari sana.
"Mikir apa sih, Kill?" tanya cowok itu sambil tertawa kecil. Ia kemudian melepaskan tangan Killa dan mundur satu langkah ke belakang.
Killa membuang napasnya yang semula ia tahan. Ia mengerucutkan bibirnya melihat Adam yang masih memandanginya dengan senyum kecil di bibirnya.
"Gue kan anak alim. Nggak akan buat yang enggak-enggaklah," katanya masih dengan tertawa.
"Masa?" tanya Killa tak yakin. Sumpah, dia sudah gugup luar biasa.
Adam memajukannya tubuhnya dan menundukkan wajahnya. "Iya, dong," katanya kemudian menyentil kening Killa dengan tangannya yang dibalut kain kasa.
"Tangan lo kok makin parah?" tanya Killa sambil memegang tangan Adam.
"Iya. Gue ninju tembok tadi malem," jawab Adam.
"Ya ampun ini apa nggak sakit?!" tanya Killa sambil mengamati buku-buku jari Adam yang terluka lebih parah dari kemarin.
"Sakit," jawab Adam. Ia tak henti-hentinya tersenyum melihat Killa. Dan ia tertawa melihat raut wajah cewek itu yang terlihat khawatir melihat tangannya. "Lo khawatir banget ya sama keadaan gue?"
Killa mendongak dan menatapnya. "Ya iyalah! Gue nih takut lo nih ngelakuin hal-hal yang membayakan diri lo! Dan terbukti dengan keadaan lo yang kacau kemarin! Ditambah lagi lo emosi lagi! Gue nih udah mikir ke mana-mana ya, Dam! Lo tuh emosian banget sih! Liat aja sampai ninju kaca kek gini! Gue nih takut lo tuh melakukan hal-hal yang membayakan diri lo! Lebih dari ninju kaca!" katanya menggebu-gebu.
"Udah selesai ngomongnya?"
"Belum selesai! Lo belum makan, kan? Keliatan banget. Muka lo pucat waktu gue ke sini kemarin. Dan ekspresi wajah lo itu, serem banget. Gue tau lo tuh bad mood banget. Dan gue takut banget sesuatu yang nggak baik terjadi sama lo. Makanya gue sedini ini ke sini. Cari cara supaya bisa masuk ke rumah lo." Killa menarik napasnya panjang dan mengembuskannya perlahan. Bicara sepanjang itu cukup membuat napasnya ngos-ngosan.
"Sampai nekat masuk kamar gue?"
"Iya."
"Nggak takut gue apa-apain? Kan gue cowok?"
"Nggak mikir ke sana."
Adam mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Dan lo akhirnya bisa masuk," kata Adam.
"Iya. Kok lo ngadang gue di depan pintu? Lo tau ya gue panggil-panggil?" tanya Killa dengan mata membulat.
Sebelum Adam sempat menjawab Killa berkata lagi.
"Kenapa elo nggak nyaut? Malah diem aja? Bukain pintunya, kek! Lo sengaja atau gimana sih, Adam?"
"Iya, gue sengaja."
"Parah!"
"Maaf," kata Adam pelan.
Killa menatap mata Adam yang tatapan sendu.
"Maaf juga karena gue malah bentak-bentak lo kemarin," katanya.
Killa mengangguk. Ia paham karena Adam sangat emosi kala itu.
Adam tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Killa. "Makasih."
"Sama-sama. Luka lo masih sakit?" tanya Killa sambil menunjuk tangan Adam yang terluka.
Adam menyodorkan tangannya yang terluka ke depan wajah Killa. "Kira-kira sakit nggak?"
Killa melihat tangan Adam dengan seksama. "Sakit kalo menurut gue mah. Orang lukanya banyak gini," katanya kemudian memandang Adam.
"Tolong obatin lagi, ya," kata Adam.
"Iya," jawab Killa. Ia tiba-tiba teringat kotak bekalnya. "Lo mau makan dulu, nggak? Gue bawa makanan," ucapnya riang sambil mengangkat kotak bekal yang dibawanya.
Adam tertawa. "Nggak ada racunnya, kan?" tanyanya bercanda.
"Ya nggaklah!"
"Becanda," katanya sambil menepuk puncak kepala Killa. "Siapa yang masa makanannya?"
"Pembantu gue. Tapi yang masukkin ke kotak bekal gue."
"Gitu, ya."
"Iya."
"Yaudah gue mau makan. Tapi suapin, ya."
"Idih! Makan sendiri aja, kenapa."
"Kan tangan gue sakit. Bakal tambah sakit kalo digerakkin," kata Adam sambil menunjukkan tangannya yang terluka. Kebetulan tangan yang terluka itu yang sebelah kanan.
"Yaudah deh," kata Killa. "Mau makan di mana?"
"Di hati gue?"
"Serius Dam. Otak lo konslet, ya?"
"Bercanda, Kill. Yaudah ayo keluar." Adam berjalan keluar kamarnya dan Killa mengikutinya. Adam berjalan ke ruang makan. Ia mencegah Killa yang hendak duduk di kursi yang ada di sana.
Cowok itu mengambil dua kursi dan memosisikan dua benda itu untuk berhadapan.
"Nah, duduk di sini," katanya. Killa menurutinya. Cewek itu duduk di sana dan Adam duduk di depannya.
Di meja tersebut terdapat air putih dan gelas. Jadi salah satu dari mereka tidak perlu mengambil air minum lagi.
Killa membuka kotak bekalnya dan mulai meyendokkan nasi serta lauk pauknya.
"Dam lo tau, nggak?" tanyanya sambil meyendok makanan itu.
"Apa?"
"Gue seumur-umur belum pernah nyuapin orang makan."
"Terus?"
"Cuma mau ngasih tau aja," kata Killa sambil tertawa kecil. "Buka mulut lo lebar-lebar," katanya pada Adam.
Adam menurutinya dan makanan pun masuk ke mulutnya.
"Gimana rasanya?" tanya Killa.
"Enak," jawab Adam sambil mengunyah makanannya.
"Lagi," kata Killa. Ia telah siap dengan makanan di sendoknya. Adam membuka mulutnya dan makanan masuk lagi ke sana.