Killa dan Adam

Nur Afriyanti
Chapter #23

22. Lagu

Lelah. Pusing. Kesal.

Killa bangun dari tempat tidurnya. Di sekitarnya bertebaran berlembar-lembar kertas yang ia gunakan untuk mencari jawaban soal kimia.

Dari sepuluh soal esai kimia yang diberikan oleh gurunya, baru lima soal yang dapat ia kerjakan. Killa sudah mengerjakannya selama tiga hari yang lalu, tapi ia belum bisa menyelesaikannya juga.

Puh. Sepertinya memang dia bodoh tentang pelajaran ini. Rumit, sulit dimengerti.

Ia meraih ponselnya yang berada di sebelahnya. Mengecek pesan yang ia kirimkan ke Adam. Killa menendang permukaan kasurnya dengan tumit karena kesal lantaran pesannya belum juga dibalas.

Ah, memang sih. Adam bilang ia sangat sibuk. Banyak hal yang harus cepat ia pelajari. Tentang pelajaran-pelajaran di sana, juga tentang segala tetek bengek perusahaan papanya.

"Tapi sesibuk-sibuknya gue, gue masih keinget sama elo terus, kok." Itu yang Adam katakan satu hari setelah ia pindah.

Masa? Terus kenapa pesan chat-nya yang ia kirimkan siang tadi belum dibalas? Padahal sudah tersampaikan! Bikin kesel deh!

Killa bangkit dari posisi tidurannya lalu membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja. Menaruhnya ke atas meja belajarnya. Masih ada waktu satu hari lagi untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Saat Killa kembali ke atas tempat tidurnya, ponselnya berdering tanda ada telepon masuk. Dari Adam. Entah kenapa hati Killa rasanya senang sekali. Ia mengambil benda itu, menggulir layarnya ke atas dan mendekatkannya ke telinga.

"Selamat malam," sapa Adam di seberang sana. Suara beratnya membuat hati Killa bergetar.

"Malam," balas Killa.

"Apa benar ini dengan cewek yang bernama Killa?" Killa tertawa mendengarnya.

"Apaan sih, Dam," katanya masih dengan tertawa.

Adam mengulangi pertanyaannya. "Apa benar ini dengan cewek yang bernama Killa?" Nada bicaranya dibuat serius.

"Benar," jawab Killa. "Ini siapa, ya?"

"Pacarmu."

"Hahaha. Apaan sih, Dam?" Killa tertawa dengan jantung jumpalitan. Lelucon Adam membuatnya deg-degan.

Tawa Adam yang disukai telinganya mengalun. Setelah tawanya, reda cowok itu berkata, "baper, ya?"

"Nggak, lah!" Padahal iya.

"Bohong, tuh."

"Nggak, kok."

"Masa, sih?"

"Iya!"

"Bener nggak baper?"

"Nggak."

"Jantungnya nggak jumpalitan?"

"Nggak!" Kata Killa bohong. Ya kali dia mau ngaku. Malu lah.

"Yaudah oke. Gimana hari ini?"

"Pusing ngerjain tugas. Lo gimana?"

"Capek, tapi gue nyaman kok ngejalaninnya."

Killa mengembuskan napas lega mendengarnya. Baguslah.

"Baguslah kalo lo nyaman. Terus, lo ngapain aja sih sampe nggak bales-bales chat gue?"

Adam terdiam beberapa.

"Ya lagi ada kerjaan dong, Kill. Kenapa, lo kangen? Bilang geh."

"Ih, bukanlah!"

"Terus apa?"

"Ya pokoknya bukan!"

Adam tertawa. "Yaudah deh, kalo nggak mau ngaku."

Killa cemberut. Tidak membalas. Hening beberapa saat di antara keduanya.

"Dam," panggil Killa.

"Kenapa?"

"Gue pengen denger suara lo nyanyi," kata Killa.

"Oh, kangen suara merdu gue?"

"Ampun deh," kata Killa sambil geleng-geleng kepala.

Adam terkekeh. "Mau lagu apa?" tanyanya.

"Terserah lo aja. Basing."

"Yaudah gue mulai, ya," kata Adam dan Killa mengangguk.

"Untukmu yang di sana dengarkanlah laguku

Dalam kesunyian malam

Kuingin bernyanyi

Dari lubuk hatiku, kuyakin kau cinta suciku

Rasa rindu di hatiku hanyalah untukmu...."

Killa senyum-senyum mendengarnya.

"Gimana?" Tiba-tiba Adam bertanya.

Killa bingung. "Apanya yang gimana?"

"Udah senyum-senyum sendiri belum?"

"Ih!" Udah, ucapnya dalam hati.

Adam tertawa kecil di sana. "Mau lanjut aja atau gue ulangin?"

"Terserah."

"Jangan terserah dong."

"Ya terserah lo aja."

Terdengar Adam mendesah di seberang sana. "Nggak jadi nyanyi deh gue."

"Ihhh! Yaudah ulangin!"

"Nah, gitu dong." Adam berdehem terlebih dahulu lalu memulai nyanyiannya.

"Untukmu yang di sana dengarkanlah laguku

Dalam kesunyian malam

Kuingin bernyanyi

Lihat selengkapnya