Matahari mulai menghangat di ketinggian 2.386 mdpl, Larasati sedikit melepaskan genggaman tangan Lee Yo Han dengan tatapan kosong kedepan melihat birunya awan. Dalam hati Larasati ingin meninggalkan kisah ini disini di Puncak Gunung Ijen. Seperti indahnya alam Ijen yang tak mungkin dia bawa pulang. Berat rasanya tapi Larasati tak mempunyai pilihan lagi, dia tak ingin menjadi pengkhianat setelah semua kebaikan Anita untuknya. Walau ini adalah cinta pertama Larasati yang di rasakan setelah !7 tahun namun keadaanlah yang membuat dia tak mampu memilih untuk bertahan. Sambil sedikit demi sedikit Larasati membuka genggaman tangan Lee Yo Han yang begitu erat semakin Larasati berusaha semakin kuatlah genggaman Lee Yo Han.
"Lee tolong lepaskan genggamanmu ini sudah berakhir, tinggalkan semua kenangan ini disini". Larasati terus berusaha melepaskan genggaman Lee Yo Han.
"Ras aku tidak sepakat dengan keinginanmu, aku juga merasakan jika kamupun mempunyai perasaan yang sama seperti aku". Lee Yo Han menjawab dengan harapan yang penuh.
"Aku mohon Lee kamu tahu kan alasannya kenapa, aku tak bisa memilihmu dan menyakiti Anita".
"Aku tahu, tapi mengapa kamu mengorbankan perasaanmu sendiri untuk orang lain sekalipun itu sahabatmu? kamu juga pantas bahagia Ras".
"Lee tidak semudah itu berat rasanya jika diposisiku. Sudahlah Lee aku mohon mengertilah, jika benar kamu mencintaiku seharusnya selesaikan kisah ini seperti yang aku mau". bulir-bulir bening mulai membahasi pipi Larasati yang membuat hatinya semakin sesak. Melihat Larasati seperti itu Lee Yo Han merasa bersalah dan melepaskan genggamannya perlahan. Larasatipun akhirnya melangkah pergi menuju Paltuding bersama teman-teman yang lainnya.
Paltuding 10.00 WIB rerumputan hijau di paltuding masih basah oleh embun pagi tadi. Larasati bersama teman-teman melipat tenda dan membersihkan barang-barang untuk bergegas pulang. Para lelaki mencari truck pengangkut belerang untuk angkutan kita pulang. Hanya Lee Yo Han yang tinggal di Paltuding untuk membantu para wanita melipat tenda. Walau bekerjasama namun Larasati tak memperdulikan lagi Lee Yo Han. Tak patah semangat terus mencari perhatian Larasati. Setiap apa yang Larasati kerjakan Lee Yo Han berusaha mendekati dan membantu namun Larasati langsung meninggalkan Lee Yo Han. Hanya tatapan sendu Lee Yo Han mengiringi kepergian Larasati sehingga membuat teman-teman lainnya yang memperhatikan hal itu saling bertanya-tanya. Sikap Larasati tak perduli lagi dengan Lee Yo Han bahkan pada saat pulang dengan truck belerang Lee Yo Han berusaha mendekati Larasati begitu pula Larasati selalu saja menghindar hingga mereka sampai dirumah masing-masing.
Senin ini membuat Larasati merasa lelah yang begitu berat. Tak seperti senin-senin sebelumnya hari ini beda karena hari ini dia akan bertemu Lee Yo Han yang duduk dibelakang meja Larasati dan yang beratnya lagi adalah bertemu dengan Anita. Larasati takut tak mampu menguasai hatinya saat bertemu dengan Lee Yo Han karena tak dipungkiri Larasati sebenarnya telah terlanjur jatuh cinta. Tapi apalah daya dia tak mungkin untuk bolos sekolah karena hari ini ada ujian harian. Dengan langkah lemas dan lunglai dia menuju kamar mandi, tak seperti biasanya Larasati di kamar mandi 10 menit lebih lama. Emak yang dari tadi memperhatikan sedikit heran meski masih disibukkan dengan mempersiapkan bumbu-bumbu kesrut. Memakai seragampun menjadi slow motion, emak melihat jarum jam di dinding dapur menunjukkan pukul 06.00 Wib yang biasanya jam tersebut Larasati sudah mencium tangan Emak untuk bekal menuntut ilmu. Emak yang asyik mengupas bawang-bawangan bergegas menuju kamar gadisnya.
"Byeng riko upuwo tek?, lorok tah?", ( Nak kamu kenapa sayang?, sakitkah? ) Emak bertanya dengan nada yang cemas dan memegang kening Larasati seraya mengukur suhu tubuhnya dan Emak lupa cuci tangan akibatnya aroma bawang-bawangan itu menempel manjah di kening Larasati sehingga aromanya semriwing-semriwing hihihihihi.
"Hemmm... Emak isun kan weh adus mambu bawang roh hun ikai..." ( Hemm....ibu aku kan sudah mandi nanti bau bawang aku ) Larasati ngedumel sedikit meninggalkan emak menuju wastafel dan mencuci keningnya, kemudian kembali lagi kekamar meneruskan ritual pagi sebelum berangkat sekolah.
"Yo.... riko opuwo seh byeng heng tau-taune riko gedigi. Riko kesel ta? awak e loro kabeh? heng usah sekolah weh byeng, Ngongkon apake baen byeng ngeterno surat geringe yuh?, riko pijeto hun celokno bek Holipah, riko kesel byeng awake mari munggah gunung. wes turuo" ( Ya.... terus kamu kenapa nak gak tahu-tahunya begini. Kamu lelah? badan sakit semua? nggak usah sekolah nak nanti minta tolong bapak membawa surat sakit ke sekolah ya?. kamu nanti pijet Emak panggilkan bibi Hollipah, kamu itu capek kan kemaren naik gunung ) Emak adalah ibu terbaik di dunia untuk anak. Selalu tahu walau sang anak tak mau mengeluh. Karena aroma bawang masih melekat di kening Larasati akhirnya Larasati mengikuti saran sang emak. Dia kembali rebahan di tempat tidur mungilnya namun membuat merasa nyaman bertahun-tahun. Emak pun melanjutkan pekerjaannya ke dapur setelah menandatangani surat sakit Larasati dan memberikan pada Apak yang juga masih menjalankan rutinitas pagi memandikan burung-burung kesayangan.
"Pak riko muduno yah dek sekolahanne Larasati terno surat ikai terus riiko dek Holipah Larasati pijet" { Bapak turun ya ke sekolahannya Larasati antarkan surat ini terus Bapak ke bibi Holipah Larasati mau pijet ).pemaparan Emak untuk Apak, disertai anggukan tanda mengerti. Emak kembali ke mobilitasnya dan Apakpun bergegas kekamar mandi dengan mengalungkan handuk di lehernya.
Apak sampai di sekolah Larasati dengan CB tahun 1974 andalannya, motor ini adalah motor kenangan semenjak Larasati belum ada dan Apak begitu sayang, bahkan motor ini juga memberikan sedikit rezeki untuk keluarga Larasati. Apak menyandarkan motor CB kesayangannya dengan membawa sepucuk surat. Apak melihat sosok Lee Yo Han di gerbang sekolah dan menitipkan surat dengan amplop terbuka itu pada Lee Yo Han.
"Le hun nitip ini ya, Larasati heng mlebu lagi sakit" ( Le sebutan anak laki-laki ) (Le saya titip ini ya Larasati tidak masuk sekolah karena sakit ) Apak memang tak begitu menguasai bahasa Indonesia dengan baik jadi ya begitu bahasa Indonesianya bercampur baur dengan Bahasa Oseng. Namun Lee Yo Han yang diajak bicara hanya mengangguk-angguk memahaminya melalui bahasa tubuh hanya saja dia sedikit berpikir tentang mengapa ayahnya Larasati bisa tahu jika dia bernama 'Lee' padahal ayahnya Larasati menyebut Lee Yo Han dengan sebutan 'Le' yang artinya anak laki-laki.