Kin dan Mara

kearaami
Chapter #7

Chapter 7 : A Disgrace to The Family

19 September 2019, 

    Kin mengeratkan mantelnya saat angin musim kemarau menerpa kencang badannya. Baru saja ia mendarat di bandara Flughafen Zurich, Kin sudah mulai menyesali keputusannya untuk pergi ke Zurich, Switzerland. Mencoba untuk tak menggubris pikirannya sendiri, ia segera memasuki mobil Mercedes hitam yang sudah menunggunya di luar bandara. Untuk tempat menginapnya malam ini, Kin sudah melakukan reservasi tempat di hotel yang sering ia tempati di Zurich, The Dolder Grand. 

Setelah perjalanan yang memakan waktu dari hari sebelumnya, Kin segera melempar dirinya ke kasur saat ia sudah check-in di hotel tersebut. Sejujurnya, ia sendiri bingung apa sebenarnya langkah setelah sampai di Zurich. Apa yang harus ia katakan saat bertemu dengan orang yang ada di alamat tersebut, itulah yang sedari tadi Kin pikirkan. 

Pikiran Kin hampir semakin larut dalam kecemasannya, sebelum tiba - tiba ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Otomatis, Kin segera loncat dari kasurnya dan mengambil ponselnya yang berada di meja karena ia mempunyai firasat kalau itu adalah pesan dari Mara. Sebelumnya Kin sudah mengirimkan foto saat pertama kali ia sampai di bandara. Walau Mara tidak pernah menyuruhnya untuk mengabarkan keadaan dirinya di Swiss, Kin tahu Mara sebenarnya hanya malu untuk bertanya. Selalu begitu. 

Bu Galak

Tebak siapa yang baru sampai di Zurich

    Ya. 

    Raut wajah Kin yang melihat respon singkat Mara langsung berubah menjadi masam. 

Bisa - bisanya Mara mempertahankan sikap “dinginnya” bahkan setelah berminggu - minggu bersama Kin. 

Sedang apa di Jakarta? Apa kamu 

nggak kangen, Mar? Aku saja sudah ingin

balik ke Jakarta...

Beberapa waktu Kin menunggu balasan Mara. Harusnya Mara tak terlalu lama menjawab pesan Kin karena saat Kin sampai di Zurich pukul 8, di Jakarta menunjukan pukul 1 siang. 

Makan siang, 

Posisi kamu udah tergantikan 

sama Faisal

So… Bye

Yang penting suami mu tetap aku kan? ;)

Blocked.

    Kin tertawa melihat respon Mara. Dirinya sendiri juga geli saat mengetik “suami”, apalagi dengan Mara yang sangat anti terhadap hal - hal seperti itu. Lagipula, Kin hanya suka meledek Mara yang sangat gengsian itu, sampai - sampai ia rela menjatuhkan harga dirinya sendiri.   

Memutuskan untuk tidak membuang - buang waktu karena ia harus kembali ke Jakarta besok pagi dini hari, Kin langsung mengganti pakaiannya dan segera pergi lagi dari hotelnya. 

Jantungnya berdegup kencang, takut dengan informasi apa yang akan ia peroleh setelah mendatangi alamat tersebut. Kin memandangi ponselnya, melihat alamat yang ia foto di perpustakaan beberapa waktu lalu. 

Mikhaela S. Nama itulah yang tertera di ponsel Kin beserta alamat dan nomor telepon Mikhaela. Kin benar - benar tidak mengetahui siapa orang ini sampai berurusan dengan keluarga Soerjawidjaja. Yang pasti, ia berharap orang yang akan ia kunjungi, bukanlah orang gila… itu satu; dan kedua, ia berharap orang yang ia kunjungi tidak akan memberikannya informasi yang terlalu sulit untuk ia proses.

Terlalu lama hanyut dalam pikirannya sendiri, Kin akhirnya sampai di rumah minimalis bercat abu - abu yang terletak lumayan jauh dari pusat kota Zurich. Kin menoleh ke sekitarnya, dan setelah banyak pertimbangan, akhirnya Kin mengetuk pintu rumah tersebut. Kin hampir saja menyerah dan memutuskan untuk melepaskan masalah ini saja, sebelum tiba - tiba seorang perempuan membuka pintu rumah yang barusan Kin ketuk.

Wer ist das (Siapa itu)?” ucap seseorang yang membukakan pintu untuk Kin. 

Lihat selengkapnya