Kin dan Mara

kearaami
Chapter #10

Chapter 10 : His Private Agenda

Jakarta pagi itu menunjukan sinarnya yang kian benderang, walau waktu baru saja menunjukan pukul 9 pagi. Kin, kembali ke rutinitas kaku yang biasanya ia lakukan, segera mengambil roti dari dapurnya dan bergegas menuju ke kantor. Hari itu adalah hari pertama Kin kembali bekerja, tanpa harus menyisakan waktu makan siang untuk bertemu Mara; atau, bergegas menuju kantor Mara untuk menjemputnya di sore hari. Kabar tentang pertunangannya dengan Mara yang dibatalkan memang disengaja belum mencapai telinga para tabloid. Augustin bilang, memang sebaiknya dibiarkan dulu untuk beberapa hari, baru disebarkan berita yang dapat mengguncang dunia tabloid ini. Kin juga tak punya masalah dengan usulan Augustin kemarin, sehingga dirinya langsung mengangguk setuju.

   Baru saja Kin hendak mengunci pintu rumahnya, ia sudah melihat 3 mobil Range Rover hitam memenuhi halaman depannya. 

“Pak, silahkan masuk. Pak Kevlar meminta untuk bertemu anda di rumah Pak Keano.” Tiba - tiba seseorang membukakan pintu belakang dari mobil hitam tersebut, membiarkan Kin untuk masuk.

Kin heran, karena Kevlar saja tidak memberitahunya apa - apa, dan apa pula dengan segala kehebohan ini pukul 9 pagi. “Maaf, tapi, saya ada urusan sekarang.”

Sebelum Kin sempat melangkah lebih jauh, orang yang merupakan utusan Kevlar berkata pelan, “Ada hubungannya dengan Bu Mara, Pak.”

Entah kenapa, Kin bisa merasakan urgensi di nada bicara orang utusan keluarga Soerjawidjaja. Ditambah Kevlar mengirimkan 3 buah mobil untuk menjaga Kin saat mengarah ke rumah Pak Keano, semakin membuat Kin yakin bahwa ada sesuatu yang janggal terjadi. Saat mendengar nama Mara diucapkan, tanpa berpikir panjang, Kin langsung memasuki mobil. Sepanjang perjalanan Kin hanya berharap, semoga hal - hal buruk yang ia pikirkan tak terjadi, dan semoga Mara tidak kenapa - kenapa.

Kin membuka pintu ruang rapat Keano, dan untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah Keano, yang biasanya khusus keluarga. Kin melihat beberapa keluarga Soerjawidjaja tengah berkumpul, namun tak seorang pun menunjukan raut wajah senang. Saat itulah Kin tahu, bahwa ia sedang berada di tengah - tengah urusan yang kemelut. Di ruangan itu hanya ada orang - orang sepantarannya, seperti Kevlar, Keano, juga Neandra. Zanine sengaja tidak diikutsertakan karena tidak diperbolehkan oleh Keano dan Neandra, sehingga Zanine sekarang sedang “terkurung” rapat di kamarnya. 

Kevlar menoleh saat melihat pintu terbuka dan menunjukan Kin memasuki ruangan tersebut. “Sorry tadi heboh pas ngirim orang ke rumah elo, tapi Keano insists harus ngelakuin extra protocol sekarang.”

   “Wait… Ini sebenarnya apa yang terjadi ?”

Kevlar menghela napas sejenak, sambil mempersilahkan Kin untuk duduk di salah satu kursi. Ia tahu berita yang akan ia sampaikan ke Kin akan membuat seluruh tubuh Kin mendadak lemas, seperti halnya yang terjadi padanya.

“Mara…” Kevlar menjeda ucapannya, “Mara hilang, Kin.”

Dunia Kin yang belum sepenuhnya tertata kembali sejak kehilangan Mara dari beberapa hari lalu, langsung hancur terporak - poranda. Dirinya hanya bisa menatap kosong dinding di depannya, tak percaya apa yang baru saja Kin dengar.

Hilang gimana? Diculik? Atau Mara sengaja ingin kabur dari keluarganya sebentar? Beribu macam pertanyaan mencuat di pikiran Kin, namun satu persatu ia mencoret kemungkinan alasan kehilangan Mara.

   “Sejak kapan?” ucap Kin, kata - katanya dingin. Baru kali itu Kevlar, Neandra, bahkan Keano melihat aura dingin seorang Kin, yang seperti rela membunuh siapapun yang berani menyentuh Mara.

   “Tadi pagi Kevlar ketemu Augustin, terus nanya Mara kemana. Tiba - tiba, Augustin bilang terakhir kali ia bertemu Mara itu kemarin sebelum Mara pergi sama Pak Iwan mau ke rumah elo.” ucap Neandra, menjelaskan keadaannya sekarang, “Tapi, kata Kevlar, Pak Iwan saja kemarin izin pulang dari siang karena ada urusan keluarga. Jadi, siapapun yang ada di mobil sama Mara saat itu, pasti bukan salah satu supir Soerjawidjaja.”

   “Rumah gue?” Kin berkata heran.

   Kevlar mengangguk, “Mara bahkan belum sempat sampai di rumah elo kan?”

   Kin menggeleng. Ia ingat betul kemarin saja ia menghabiskan waktu berjam - jam duduk termangu di kafe langganannya. Dan, ketika ia pulang, ia langsung terlelap diatas kasur. “Jadi, Mara diculik...?”

Lihat selengkapnya