Kinanti

arke milieu
Chapter #1

1

September 20.

Kinan akan terus mengingat hari itu sebagai hari terkelam dalam hidupnya.

Setidaknya untuk saat ini. Sejak orangtuanya bercerai, baru kali ini ayahnya kembali.

Kinan kira kembalinya sang ayah akan jadi hari bahagia untuknya. Tapi, tidak.

Ayahnya datang untuk pergi. Pamit.

Gadis kecil itu terduduk di lantai, di sudut ruang tamu kecil di rumahnya. Masih dengan seragam putih biru yang dia pakai dari sekolah.

Dia menutup telinga sambil menyanyikan sebuah lagu kesukaannya. Lagu yang selalu ia nyanyikan bersama sang ayah saat mereka sedang jalan-jalan bersama. “Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira”

Suaranya bergetar. Kini dia mulai menangis saat teriakan-teriakan dari arah kamar orangtuanya kian terdengar jelas. Mereka saling memaki. Diiringi suara barang yang beterbangan dan terbanting ke tembok, ke lantai. Suara ibunya terdengar jelas.

Jika ibu-ibu lain akan memperdengarkan suara lembut penuh kasih sayang, dengan berbagai kalimat-kalimat pujian, suara ibu Kinan justru penuh dengan kebencian.

Dan, Kinan tumbuh dengan suara itu. Suara dan makian yang begitu dalam tertoreh di memori Kinan sejak kecil.

Brak!

Kinan membuka mata karena kaget.

Dia melihat ayahnya terengah. Keringat mengucur di wajahnya.

Ataukah itu air mata? Seperti yang ada di wajah Kinan sekarang?

Kinan menatap ayahnya, ingin memanggil tapi suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

Sang ayah memaksakan senyum, mendekati putrinya.

Lihat selengkapnya