Kota ini sedang dilanda kepanikan, seorang pembunuh berantai yang oleh media dijuluki “kindness killer” menyerang tanpa ampun. Satu demi satu korban ditemukan. Mereka dibunuh dengan cara yang sangat menakutkan dan mengerikan, seolah-olah mereka dieksekusi dengan kejam. Rasa ketakutan semakin mendalam di hati warga. Kepanikan menjalar seiring bertambahnya jumlah korban yang jatuh. Yang lebih menakutkan lagi “Kindness Killer” selalu meninggalkan kertas berisi nama korban yang diikat pita merah di samping jasad korbannya, seolah-olah ia ingin mempersembahkan “hadiah” kepada mereka sebelum meninggal.
Rendra, seorang detektif yang terkenal akan ketajamannya, ditugaskan untuk menghentikan kasus ini. Bersama dengan asistennya Dharma Malamindra, seorang pria dengan sifat yang baik hati dan berjiwa kasih sayang. Mereka kini harus berpacu dengan waktu untuk mengungkapkan siapa pelaku pembunuhan berantai ini.
Dari beberapa korban sebelumnya, Detektif Rendra memperhatikan pola yang menarik dari pembunuhan ini; setiap korban memiliki keahlian di bidang tertentu yang akan digunakan oleh pembunuh untuk menyiksa mereka sebelum meninggal, dan di setiap tempat kejadian “Kindness Killer” akan meninggalkan pesan biasa yang memiliki makna mendalam, seperti “aku tidak akan menyentuhmu, aku hanya ingin melihat tarian yang bagus.“ dan satu kalimat yang tidak pernah berubah “Mereka terlalu menyilaukan, jadi aku memadamkannya.“
Beberapa petunjuk yang diarahkan pelaku pembunuhan selalu mengarah pada Dharma yang terlihat sangat tertarik dengan kasus ini. Ia begitu terobsesi dengan kasus “Kindness Killer” dan seolah dapat menebak langkah pelaku selanjutnya, membuat beberapa perbedaan pendapat tentang Dharma hingga terbagilah dua kelompok.