KINDRA

krkawuryan
Chapter #3

Sang Wakil

Sejumlah cenderamata menghiasi ruangan kantor wakil ketua parlemen negara ini. Meja penuh dengan dokumen berserakan serta dua buah layar komputer besar di atasnya menjelaskan kesibukan si pemilik ruangan.

Setyo merebahkan punggungnya di kursi kerjanya sambil mengurut titik yintang di antara dua matanya, ia migrain membaca satu per satu dokumen di mejanya.

“Jadi, apa langkah berikutnya, Bang?” Tanya Lintong, rekan kerjanya di fraksi yang masih minim pengalaman tapi besar mulut.

Setyo tidak menanggapi, migrainnya terlalu pelik untuk tidak dirasa.

“Pertemuan kemarin bagaimana?” Lintong melemparkan pertanyaan lain.

“Masih lanjut kan, proyek kita?” Badannya dicondongkan, matanya melotot antusias, bibirnya pun tidak kembali terkatup setelah bertanya barusan.

Setyo mendelik, kalau bukan dari partai yang sama, sudah pasti ia singkirkan sejak lama orang ini.

“Falah masih belum jelas, belum banyak partai yang mau mengusung dia,” Setyo menanggapi malas.

“Alah, nantinya pasti pada mendekat kalau tahu siapa yang mensponsorinya.”

“Memangnya siapa?”

“Kabar burung saja, Bang. Dengar-dengar dia didekati The Fourth.”

“Oh ya?” Malasnya Setyo mendadak luntur.

Valid?” tanyanya.

Gold dan Oil kemungkinan valid, yang dua lainnya saya belum tahu. Tapi para pemain itu biasanya hanya akan saling mengekor saja, kan.”

Setyo bertopang dagu di mejanya, raut migrainnya berubah antusias.

“Menurutmu kenapa The Fourth merapat ke Falah?” Tanya Lintong, matanya kembali melotot.

“Memangnya apalagi, sudah pasti karena presiden sering menganaktirikan mereka.”

“Bisa berbahaya kalau Falah mencalonkan diri. The Fourth pasti bisa menyaingi proyek Kindra kita.”

“Tidak, tidak akan bisa. Kindra terlalu besar untuk disaingi industri remeh macam itu. Namun, bisa jadi justru Kindra justu ikut beralih mendukung Falah,”

Raut Lintong berubah panik, begitu mudahnya ia beralih dari mode antusias ke mode ini.

“Falah maju tanpa The Fourth saja Vidya sudah buncah, apalagi kalau tahu mereka mendukungnya. Saya yakin proyek Kindra akan bermanuver ke Falah kalau dia mendengar berita ini.” Setyo melanjutkan.

“Apa dampak terbesarnya untuk kita? Bukan penjara, kan?”

“Istri-istrimu akan terlantar.” Setyo menjawab asal. Tapi benar adanya, semenjak mendapat sumbangan dari Kindra, Lintong jadi hobi kawin. Dia bahkan baru cicil Lamborghini baru demi menggaet mahasiswi incarannya.

Tatapan Setyo menerawang deretan keris di dinding ruangannya. Satu hal yang ia pelajari dalam dunia politik adalah jangan pernah meremehkan kabar burung. Tindakan preventif saat mendengarnya adalah keniscayaan di dunia politik yang cepat, keji dan tak mengenal ampun ini. Dunia para gladiator, begitu Setyo menyebutnya.

“Undang Mendagri makan malam, pakai jaringan internal saja, saya tidak mau pertemuan ini melibatkan fraksi lain.” Setyo memerintah adik partainya yang sudah mengekorinya tahunan ini, adik oportunis yang lebih memilih mengekor pada paus daripada jadi pemimpin teri.

..........

Sementara itu di ujung barat negeri.

Kilatan kamera berseliweran di udara, para wartawan lokal berebut mengabadikan kehadiran presiden di antara riuh warga. Jika sudah begini, paspampres yang dapat bonus kerja ekstra.

Terseliplah Malik di antara kerumunan itu. Ia berusaha mendekat ke presidennya.

"Tidak bisakah kamu menunggu, saya akan berpidato sebentar lagi." Pras menghardiknya.

"Pras ini penting, kamu sulit sekali saya hubungi sejak kemarin."

Lihat selengkapnya