Gedung Parlemen, satu minggu setelahnya, 22.00.
Dua belas poci kopi disuguhkan untuk kedua kalinya. Wanginya memenuhi ruangan begitu dituangkan ke cangkir para anggota parlemen yang malam ini dipaksa melek oleh Setyo.
Kalau bukan sang wakil ketua yang meminta, jangan harap mereka sudi menunda waktu pulang. Setengah dari mereka sudah menunjukkan wajah lemas tak bertulang, berharap Setyo berbelas asih dan membubarkan rapat ilegal ini.
Setelah beres dengan kedua calo, kini Setyo melobi anggota parlemen lainnya. Tak lupa sang ketua majelis yang sedari awal sibuk mengawasi bursa saham Amerika pun turut serta. Ia memang lebih peduli dengan asetnya ketimbang negaranya. Maklum saja, ia bermain di dua kaki, koalisi Pras dan koalisi Setyo, itulah pasal ia terpilih aklamasi saat pemilihan ketua majelis dulu.
Setyo berusaha menghimpun kekuatan dari seluruh parlemen dan restu ketua majelis. Memastikan agar naskah diterima tanpa ada protes berarti.
Untuk amandemen konstitusi dasar, Setyo butuh setidaknya dua per tiga suara parlemen untuk mengusulkan dan melegalkannya. Sedangkan untuk undang-undang ambang batas, ia berusaha untuk aklamasi dari mereka semua.
Interupsi dan saling serang mewarnai pertemuan ini. Hampir semua yang hadir menganggap Setyo gila karena ingin mengubah proses pemilu, dari langsung menjadi electoral votes.
Belum lagi tentang ambang batas, fraksi dengan jumlah kursi di bawah 25 persen bersuara bulat, tidak sudi menerima naskah yang mengerdilkan kuasa partainya.
“Undang-undang picik,” kata mereka.
“Untuk apa memaksakan ini semua! Memangnya mau kerusuhan besar apa hingga memutuskan untuk amandemen!” tukas mereka.
“Kita tidak terima, kita akan membuat petisi penolakan terkait naskah ini,” salah satu anggota fraksi angkat bicara. Setengah dari mereka mengangguk-angguk sepakat.
“Silakan kalau tidak setuju, toh jumlahmu juga sedikit. Nanti di pembahasan tingkat satu dan dua kalian bisa apa? Walkout?” Sindir Lintong.
Beberapa anggota yang tadinya lemas tak bertulang seketika meluruskan duduknya dan langsung tersulut, bersiap untuk menyalak.