KINDRA

krkawuryan
Chapter #13

VICTORIA

London, Hyde Park Penthouse.

Di jantung kota London, di salah satu griya tawang termahal di dunia, di tengah hari menjelang sore. Vidya dan Julian bertatap muka dengan dengan aktor tertinggi di kisah ini, Alice, seorang Managing Director Victoria.

“So, how’s our President?” Alice bertanya dengan nada rendah namun congkak. Sebagai orang yang paling berpengaruh di korporasi keuangan terbesar dunia tersebut -yang hobi ikut campur dalam sejarah banyak bangsa- Tidak heran kalau dia suka menegaskan gaya aristokratnya.

“He is good, masih menjabat, dan masih mengendalikan proyek Kindra.” Jawab Vidya.

“Hey, easy, don’t be American.” Alice menuangkan sesendok gula ke cangkir tehnya dengan elegan. Jemarinya yang dibalut sarung tangan putih ala borjuis lihai memainkan sendok emas di cangkirnya, mengaduk teh berkelas yang mungkin saja impor dari PTPN.

“Mulailah dengan berbasa-basi dahulu.” Ujarnya sambil membaui aroma tehnya.

“Kamu ingin basa-basi. Oke! Saya akan ceritakan kondisi Julian sebagai pembukaan.” Intonasi Vidya sarat sindiran, ia muak melihat gaya wanita tua di hadapannya. Kalau bukan petinggi Victoria, sudah dari dulu ia racuni.

Alice dan sekretarisnya justru tergelak, ia sampai menutupi mulutnya dengan tangannya, memastikan giginya tidak mencuat keluar.

“What makes you think you guys important? You both!” Telunjuknya mengarah ke kedua calo di hadapannya satu per satu.

Raut Vidya berubah, bibir bawahnya bergetar menahan geram. Ia sontak berdiri. Dua orang yang terlihat seperti pengawal dan duduk di sofa dekat jendela merespons gerakan dadakan Vidya, salah satunya menaruh tangannya di pinggang, meraih pistol. 

“You!” Vidya gagap. Telunjuknya mengacung gemas ke Alice. Ia sedang diujung tanduk menahan diri untuk tidak memakan perempuan tua di hadapannya.

Alice memang hobi mempertunjukkan arogansinya kepada Vidya. Ia semacam paham kalau calo seperti Vidya ini akan terus berlutut sekasar apa pun ia berucap, dan memang benar,

Vidya terus bertahan karena jumlah uang yang ia terima tidak terbatas nominalnya. Selain itu, ia juga tidak ingin punya masalah dengan salah satu Royal Family meskipun Alice tidak di dalam pohon silsilah yang utama.

Alice mengodekan kedua pengawalnya untuk kembali duduk. Lalu menatap Vidya yang sulur-sulur emosinya tertampak jelas.

“Easy young lady.” Ujarnya.

Vidya tidak kembali ke kursinya, ia malah berjalan ke arah jendela yang menghadap lurus ke air mancur joy of life dan melempar pandangannya ke luar.

“Dia dalam persiapan pemilihan,” ujarnya pelan.

“Saya dengar rivalnya saat ini cukup populer, can you guys handle?”

“Saya sudah berbicara dengan seseorang, ia akan membereskannya.”

“Who?”

“Setyo”

“The guy from house of common?” Alice mengonfirmasi.

Lihat selengkapnya