KINDRA

krkawuryan
Chapter #14

Ambisi

Harga dari sebuah ambisi adalah ia tak mengenal rata-rata. Ia kecanduan pada tujuan akhir. Ia tak mengenal maklum. Ia mengeluarkan sifat naturalmu. Gabungkan ia dengan keserakahan dan ideologi, jadilah dirimu makhluk paling berbahaya di semesta. Sejarah sudah menuliskannya, you named it, mulai dari Xerxes hingga Hittler, mulai dari Alexander The Great hingga Temujin. Tapi manusia memang hanya pandai menulis sejarah, tak pandai mengambil hikmah.

Tak sampai lima puluh hari, sebuah negeri dilanda tragedi karena sebuah ambisi.

Hura-hara tersebar merata, menyisakan puing dan abu di kota-kota. Api menyala di batas senja, membakar toko, kendaraan dan siapa pun yang ada di dalamnya. Perekonomian ambruk mendadak setelah sebulan sebelumnya ia seperti sedang naik kapal di atas ombak berangin, terombang-ambing tak jelas arah. Si ekonomi ini hancur begitu saja, tanpa permisi, tanpa persiapan.

Dibantu peran Victoria, si perusahaan keuangan ghaib global yang memang mengincar negara ini sejak awal, keuangan negara ini mereka telan bulat-bulat. Negara seketika menjadi ricuh akibat ambisi dua orang, Pras dan Setyo. Si wakil ketua ingin mengubah proses pemilihan menjadi voting dalam parlemen, si tuan presiden ingin maju lagi menjadi presiden. Hancur!

Agar tetap memiliki pembela, Pras memulai unjuk giginya dengan menaikkan harga barang primer masyarakat. Kali ini ia memilih bensin sebagai korbannya. Nantinya saat masyarakat sudah sangat gerah dan panas dengan kondisi itu, ia akan muncul sebagai pahlawan kesiangan, membuat kebijakan yang bisa menurunkan harga bensin. Lalu hasilnya, Pras akan dipuja layaknya Ra sang dewa matahari. Ia akan terlihat terang saat di kertas pemilihan. Sebuah strategi usang yang masih ampuh.

Sementara Setyo, ia melancarkan aksinya dengan rencana undang-undang pemilihannya. Setelah mendapat transferan dari Alice, ia mengetuk lebih dari setengah pintu anggota parlemen untuk ketuk palu naskah. Sekejap saja, naskah itu sudah siap di paripurnakan dan usulan amandemen pun sudah disiapkan.

Sedangkan Alice, ini yang paling mengerikan. Ia menggunakan kekuatan Victoria sebagai raja keuangan dunia, melancarkan aksinya dengan sangat beringas. Ia mengabulkan permintaan Setyo dalam suratnya, ‘I need financial crisis.’

Tuan presiden tidak perlu menciptakan kerusuhan untuk mengubah konstitusi masa jabatan, ia hanya perlu menunggangi yang sudah ada. Jelas sudah mengapa Pras tidak menunda memberikan pengantar revisi undang-undang dari Harto, jelas sudah maksud Pras dengan ‘kita pikirkan nanti’ tempo lalu. Ia memanfaatkan strategi Setyo.

Sepanjang sejarah sebuah negara, untuk melakukan amandemen konstitusi dasar dibutuhkan sebuah gejolak besar, dimulai dari krisis keuangan yang mengakibatkan gelombang demonstrasi besar dan huru-hara, lalu bermuara ke pergolakan politik yang penuh drama.

Alice mempermainkan nila mata uang yang menyebabkan para spekulan mata uang bertindak. Cadangan devisa dikuras hingga tetes terakhir, mata uang ambruk ke titik yang sangat rendah. Harga melonjak, warga kelaparan, dan perut yang lapar bisa membuat orang beringas, mengakibatkan pergolakan yang tadinya hanya tentang ekonomi dan politik merembet ke perang suku, agama dan ras.

Lihat selengkapnya