KINDRA

krkawuryan
Chapter #15

Aklamasi

Di kantornya, si wakil ketua tampak bersolek berulang-ulang, merapikan dasi di depan cermin sambil sesekali mengembalikan helai-helai rambut yang mencuat. Senyum tipis tersungging di bibirnya karena kemenangan sudah di depannya. Periode berikutnya, ia akan memakai plat kendaraan berkode 1 (satu).

Setelah ratifikasi amandemen, sekarang tinggal ketok palu rancangan undang-undang ambang batas partai yang mau mencalonkan presiden. Falah harus dipatahkan sebelum mulai mencalonkan.

 Lima belas menit lagi sidang dimulai dan Falah masih belum menghubunginya. Sesuai yang Setyo perkirakan. Memang jabatan menjadi orang nomor satu ini terlalu menggiurkan untuk direlakan. Tapi setelah selesai sidang, Falah tak akan punya kesempatan. Partainya sudah tak kuat mengusungnya. Koalisinya dicuri Setyo. Semua sesuai rencana si wakil ketua.

“Bang, ketua sudah berada di tempat.” Lintong memanggil sopan dari depan pintu ruangan.

“Jika sampai sidang berakhir Falah belum menghubungi, telepon wartawan, berikan semua berkas itu. Kasih mereka uang, suruh mereka jadikan itu hotline di semua berita.” Setyo berpesan. 

Isu yang dimaksud adalah semua cerita kelam Falah yang selama ini berhasil dikumpulkan olehnya. Ia bukan hanya ingin membuat Falah gagal mencalonkan, tapi benar-benar ingin menyingkirkannya hingga ke akar-akarnya.

Suara gemuruh orang-orang berbicara terdengar dari balik pintu ganda besar berukiran bunga timbul dengan corak sulur dan daun, butuh tenaga ekstra untuk mendorongnya dan kebetulan Setyo memang dalam kekuatan penuh hari ini.

Kegaduhan semakin jelas begitu memasuki ruangan besar berbentuk prisma hexagonal ini. Beberapa anggota parlemen terlihat wara-wiri di sepanjang selasar, tampak sibuk sekali, melobi kanan-kiri.

Di balkon lantai dua, puluhan wartawan dan mahasiswa dengan almamater warna-warni mengawasi jalannya sidang. Hari ini akan sangat panjang.

..........

Sesuai dengan perkiraan Setyo, sidang berlangsung alot, interupsi bertebaran di udara. Beberapa fraksi termasuk fraksi partainya Pras menghujani dengan sahutan-sahutan penolakan. Namun karena terlalu ramai, jadi lebih mirip konser musik. 

Lihat selengkapnya