KINDRA

krkawuryan
Chapter #17

Perburuan

Seminggu setelah ketuk palu, saat ormas-ormas sedang rajin-rajinnya turun ke jalan dan saat kaum intelek tak henti-henti meneriaki amandemen dan undang-undang baru, masyarakat gempar dengan beredarnya kasus suap yang terjadi tiga belas tahun yang lalu.

Sebuah dokumen korupsi dan sebuah foto tersebar di dunia maya. Media mewartakannya tanpa henti setiap hari demi bisa membangkitkan rasa benci publik.

Sebenarnya nilai korupsi yang dilakukan tidaklah sebesar dengan korupsi-korupsi yang terungkap belakangan ini. Masalahnya adalah aktor yang melakukannya, seorang bakal calon presiden, Falah Malomo.

Ia menjadi tokoh utama di semua media. Orang-orang mengutuknya bergantian, karena menurut mereka seorang calon presiden seharusnya tanpa cela, sempurna bagai malaikat.

Namun demikian, tetap masih ada yang membelanya. Tapi tak terlihat karena hanya segelintir rakyat kecil yang kerap disantap hoax.

Tak henti di situ, setelah dokumen korupsi, beredar pula foto Falah yang sedang menempel mesra kepada salah satu artis yang kabarnya kecantikannya membahana sampai kahyangan, di dalam sebuah yacht milik pribadi.

Jadilah ia bulan-bulanan lawan politiknya. Popularitasnya meroket ke dasar jurang dalam hitungan hari, ia bahkan tak diberi kesempatan untuk membela diri.

Setyo benar-benar menepati janjinya untuk menghancurkan karir Falah. Tidak lupa bonusnya, rumah tangga yang juga berantakan.

Di sudut ruangan sebuah rumah yang rencanya dijadikan markas tim sukses itu, Falah bersandar pucat seperti kelinci terkunci elang. Ia tak menyangka secepat ini ia jatuh. Usaha dan lobi-lobi yang sudah dilakukan bertahun-tahun menguap begitu saja akibat ulah satu orang.

Selembar kertas dengan logo kepolisian tergeletak di atas meja di hadapannya. Unit anti korupsi bergerak cepat menyelidiki dugaan korupsinya Falah. Menangkap seseorang yang dielu-elukan menjadi presiden akan sangat bagus untuk publisitas. Ia mengutuk Setyo berkali-kali hingga dering telepon menyadarkannya kembali, nama Jafar tertera di dalamnya.

“Ya,” sapa Falah dengan suara seperti orang sekarat dan siap dicabut.

“Falah, kamu baik-baik saja?” Jafar bertanya cemas.

“Menurutmu?”

“Mungkin sebaiknya kamu menghubungi Setyo.”

“Untuk apa lagi, isu sudah tersiar, istri saya bahkan tak ingin bicara lagi dengan saya semenjak melihat foto itu.”

Jafar seperti kehilangan temannya yang dulu bersemangat dan penuh ide liar untuk negara ini. Ambisinya sudah tidak terasa lagi.. “Kamu tidak berhubungan dengan The Fourth, kan?” tanyanya ragu.

“Saya bertemu dengan mereka seminggu yang lalu.”

"Bukankah sudah saya bilang untuk tidak menghubungi mereka!”

 “Kamu berlebihan, tidak ada urusannya dengan kamu.”

“Tidak ada katamu! Mereka akan memburumu Falah. Kamu sudah tidak punya taring, tidak punya kekuatan, tidak punya kesempatan. Singkatnya kamu sudah tidak ada gunanya lagi bagi mereka.”

Lihat selengkapnya