KINDRA

krkawuryan
Chapter #28

Kutu, Loncat Lagi

Singgih tak memungkiri, memainkan peran sebagai calon presiden boneka ini memberikan kepuasan dalam dirinya. Ia bisa berkata apa pun kepada siapa pun dan di mana pun. Termasuk saat ia menghina menteri hukum dan HAM dalam sebuah seminar tentang pengungsi dengan mengatakan kalau menterinya payah dan tidak tegas dalam mengatur HAM. Padahal ia tak kenal siapa menteri Hukum dan HAM.

Nama Singgih melejit lebih cepat dari yang seharusnya, media mewartakannya hampir setiap hari sebagai calon presiden muda pengganti Prasasti. Setiap ucapannya menjadi konsumsi media, setiap tindak tanduknya di elu-elukan publik.

Beberapa partai besar pun mulai meminangnya, pengusaha dan tokoh nasional mulai merapat dengan halus dan perlahan, memastikan nama mereka diingat jika Singgih terpilih.

Semakin bertambah hari, semakin tergerus masa lalunya sebagai tukang parkir, semua rekam jejak palsunya mulai memanipulasi dirinya sendiri, ia mulai merasa itu nyata.

Semua pihak puas dengan progres yang terjadi, termasuk Pras. Semakin terkenal Singgih, semakin mudah mencalonkan namanya masuk bursa. Namun di balik semua yang berbahagia, ada kepanikan melanda seseorang, Setyo.

Semenjak pertama kali nama Singgih tertulis di media, Setyo langsung meradang. Seharusnya semua tokoh nasional sudah dikendalikan olehnya, tapi Singgih luput dari penglihatannya. Ia tidak mengenalnya dan tidak pernah melihatnya.

Singgih seperti dilempar begitu saja ke publik, muncul tiba-tiba di waktu dan tempat yang tepat. Setyo menahan geram melihat Singgih di televisi, yang untuk ke sekian kalinya mengkritisi negara ini bak ahlinya ahli.

“Ada yang bermain di belakang Singgih,” Setyo menerka.

Tokoh Singgih terlalu dibuat-buat, karakternya terlalu sempurna untuk seseorang yang baru muncul ke permukaan, seolah-olah ia sudah terasah bertahun-tahun. Dengan rekam jejak sebesar itu, tidak mungkin Singgih tidak terlihat olehnya, tapi nyatanya, dia seperti hantu yang tiba-tiba hidup.

Lintong sudah mengerahkan segala sumber daya untuk mencari tahu siapa sebenarnya Singgih Arwan ini. Tapi semua petunjuk yang ia dapat tak beda dengan yang ada di Wikipedia atau media mana pun.

Bahkan saat Setyo mencari tahu tentang keluarganya Singgih, ia justru terdampar ke sebuah keluarga lokal yang melakukan migrasi ke Belanda puluhan tahun yang lalu. Orang tua Singgih sudah dikuburkan di negeri kincir angin dan menyisakan ahli keluarga yang tidak sedarah. Pras dan Bima sudah memikirkan sejauh itu.

Akhirnya, usahanya menyingkirkan Falah berakhir sia-sia. Ia malah mendapat saingan baru yang alamat rumahnya saja tidak tahu.

Sementara itu Malik si menteri ESDM, ia tak kalah ketar-ketir dari si wakil ketua parlemen. Ia jelas sudah salah langkah dengan memilih kubu Setyo. Malik dengan mudah menyadari kalau Singgih adalah tokoh rekaan, calon amatir yang digunakan Pras untuk memecah suara dan mengambil suara tersebut di putaran kedua.

Sekali lalu saja, strategi ini terendus olehnya. Selain itu, sebuah surat yang terlampir di meja kerjanya menggandakan cemasnya. Pras berencana melakukan reshuffle menteri, namanya masuk dalam kandidat yang akan diganti. Ia terduduk lemas di kursi kerjanya, mencoba mencari jalan keluar.

Hari itu juga Malik menghadap Pras di istana, berencana membicarakan statusnya sebagai menteri yang akan diberhentikan. Satu buah peluru sudah ia siapkan untuk diskusinya, berupa informasi yang ia miliki tentang proyek Kindra. Jika terpaksa, ia akan melesatkannya.

Lihat selengkapnya