Bima mengejar langkah Singgih yang berjalan terlalu cepat. Singgih jelas tak main-main dengan ancamannya, ia akan membuka semuanya kepada wartawan hari ini juga, ia akan menelanjangi Pras dan seluruh negeri.
Pemilu ini serupa maruah negeri, suatu momen yang terdengar dan dibicarakan di seluruh penjuru negeri, mulai dari dalam istana sampai pangkalan becak. Akan ada masalah besar jika Singgih tidak dihentikan.
“Singgih, ada apa ini!” Bima berusaha menjajari langkah Singgih.
“Kamu sudah lihat, kan? Bosmu itu pembunuh rakus!”
“Lihat apa? Yang saya lihat hanya adu mulut kalian.”
“Kamu sudah tahu tentang ini. Tapi kamu membiarkan!”
“Saya tidak tahu, Singgih! Saya hanya tahu namanya, tapi saya tidak tahu apa pun tentang proyek itu.”