Brilyan tahu kalau dirinya tidak memiliki kemampuan khusus seperti halnya para hunter. Namun, dirinya tidak bisa bila hanya diam menunggu pertolongan. Meski kemungkinan mengalahkan goblin sangat kecil, tapi setidaknya Brilyan bisa memfokuskan diri untuk menyelamatkan sang anak perempuan.
“Mau ke mana kau?” tanya Brilyan sembari melemparkan sebuah batu bata ke punggung goblin. Namun, goblin itu hanya menggeram tanpa menoleh sedikit pun. Dia seolah lebih peduli pada portal dungeon yang ada di ujung parkiran gedung. Sebuah portal dungeon dengan campuran warna merah, kuning, dan hitam.
Tangan Brilyan mengepal. Dia tahu betul dungeon apa yang muncul di sana. Sebuah dungeon yang level kesulitannya berada di tingkat A. Lebih sulit dari dungeon tingkat B dan C. Hanya hunter dengan ranking S yang biasanya ditugaskan untuk membasmi dungeon tingkat A dan itu pun tidak bisa seorang diri.
Brilyan membatin. Dia harus segera menyelamatkan anak perempuan itu sebelum sang goblin itu kembali masuk ke dalam dungeon. Kemungkinan untuk selamat sangat kecil.
Setelah melihat sekitar, segera saja Brilyan mengeluarkan cangkul lancip ukuran sedang yang biasa dia pakai untuk menambang kristal. Brilyan berusaha sekeras mungkin menghantamkan cangkul lancipnya pada punggung goblin, tapi kulitnya begitu keras dan malah membuat mata cangkulnya terlepas dari pegangan dan jatuh ke tanah.
Goblin itu menggeram lalu menyiku Brilyan dengan kuatnya hingga badan Brilyan terpental mengenai tembok bangunan.
“Uhuk.” Dapat Brilyan lihat percikan darah dari mulutnya yang jatuh mengenai tangannya. Sikuan dari goblin itu membuat badan Brilyan terasa sakit, tapi Brilyan masih sanggup untuk berdiri.
Segera saja Brilyan mengambil kembali mata cangkul lancip yang tergeletak di tanah. Tidak lupa, Brilyan mengambil segenggam kerikil sebelum kemudian berlari secepat mungkin mengejar sang goblin.
Saat Brilyan sudah ada satu meter di depan goblin, segera saja dia melemparkan batu kerikil ke mata goblin. Lemparan itu cukup membuat sang goblin sedikit terganggu meski tidak benar-benar berarti.
Brilyan pun langsung saja melemparkan cangkul lancipnya hingga mengenai mata kiri sang goblin. Sontak saja tangan yang mencengkram anak perempuan itu terbuka. Brilyan dengan sigap menangkapnya dan segera berlari.
Apakah selesai? Tidak. Meski refleks Brilyan cukup cepat, tapi sang goblin mengetahuinya. Hanya dalam waktu singkat, sang goblin sudah dapat meraih kepala Brilyan. Dia pun langsung melemparkan Brilyan bersama sang anak kecil masuk ke dalam portal dungeon.
“Ack!” Mata Brilyan membelalak, lemparan sang goblin itu teramat kuat dan cepat hingga dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menyelamatkan diri.
SRASS
Brilyan terlempar masuk ke dalam portal dungeon. Dia pun merengkuh sang anak perempuan ke dadanya.