Tahun pertama SMP tahun 2017. Seorang pemain futsal yang sangat terkenal di sekolahnya. Sudah pasti itu adalah Ferdi. Ferdi merupakan pemain futsal pada masa SMP-nya. Dia cukup semangat dan rajin untuk terus berlatih, berlatih, dan berlatih. SMP X tidak pernah juara tingkat kota sebelumnya. Maka dari itu Ferdi terus berlatih.
Teman-teman yang lain bahkan juga kakak kelasnya merasa Ferdi terlalu memaksankan diri. Kakak kelas mengampirinya dengan membawa minuman. Ferdi terlihat kelelahan karena sering berlatih dengann sangat keras.
“Kau terlihat sangat kelelahan, Ferdi,” kata kakak kelas tersebut yang bernama Isal. Dia merasa kasihan dengan Ferdi yang terus-terusan berlatih sangat keras. Mengingat turnamen sebelumnya tim yang dipimpin oleh Ferdi tersebut kalah padahal dia satu-satunya harapan SMP X.
“Terima kasih kak.”
Isal merasa tersenyum tapi tidak dengan usaha yang sangat keras yang dilakukan oleh Ferdi. Setelah meminumnya, Ferdi kemudian bangkit lagi lalu mencoba untuk sekali lagi menendang bola ke gawang. Namun, Isal menahannya dengan menarik lengannya.
“Kak, apa yang kakak lakukan?” tanya Ferdi dengan sebal.
“Kamu harus berhenti latihan Ferdi, ini sudah berlebihan sekali. Jika kamu melakukan terus-terusan tubuhmu akan sakit.”
Ferdi kemudian tertunduk dan menatap bola yang ada di depannya. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Isal kemudian menasehati Ferdi. Semangat boleh, berlatih boleh tetapi apa yang ia lakukan sekarang ini merupakan sebuah penyiksaan. Ferdi merasa dirinya bersalah sehingga ia haris berlatih dengan sekuat tenaga agar bisa membawa nama baik sekolah dan juga timnya. Itulah impian Ferdi.
***
Hanya itu saja yang diceritakan oleh Ferdi. Meski begitu ceritanya masih terkesan menggantung. Mungkin sedikit abstrak bagiku. Tapi benar, dia menghentikan ceritanya di tengah jalan ketika kami bertiga sebagai pendengar sudah memulai membentuk imajinasi.